36. DINNER

3.4K 325 20
                                    

Jangan Hanya Menyayangi Pasanganmu, Tetapi Sayangi Juga Keluarganya.

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Play Mulmed ya!

•••

36. DINNER

"Bungsu, kamu di mana? Bunda panggil dari tadi kok nggak nyahut-nyahut? Capek loh Bunda teriak-teriak terus dari tadi. Ke sini, Nak!"

Suara Bunda terdengar sampai kamar Gentar yang ada di lantai dua. Gentar baru saja bangun karena tadi tertidur, bahkan seragam sekolah masih melekat di tubuhnya.

"Kenapa Bunda?" Gentar menuruni tangga sembari mengucek matanya. Sesekali ia menguap, pertanda jika ia masih mengantuk.

"Kamu bangun tidur?" tanya Bunda menghentikan aktivitas memasaknya saat melihat tampilan putra bungsunya khas seperti orang yang baru saja bangun tidur.

"Iya, Gentar ketiduran tadi. Bunda kenapa teriak-teriak?"

"Bunda cuma mau mastiin kamu udah bilang ke mantu idaman Bunda tentang makan malam nanti kan?"

"Udah."

"Bagus."

Gentar mendekati Bunda dan duduk di samping Bunda yang sedang memotong sayuran.

"Cuma mau nanya itu doang Bunda teriak-teriak?" tanya Gentar tidak habis pikir dengan Bundanya.

"Bunda kan nggak tau kalo kamu lagi tidur. Biasanya jam segini kamu lagi nonton di kamar. Tumben banget tidur," balas Bunda tidak mau disalahkan.

"Cape, Bunda."

"Secape-capenya kamu nggak pernah tuh tidur siang. Bunda aja heran kamu bisa tidur siang."

Gentar tidak memedulikan ucapan Bundanya. Gentar turun dari tempatnya duduk tadi lalu mengecup singkat pipi Bundanya.

"Semangat masaknya, Bunda. Gentar mandi dulu ya."

Bunda hanya menggeleng pelan dan terkekeh mendapati kelakuan putra bungsunya yang selalu membuatnya terkejut sekaligus senang dalam satu waktu.

"Bunda," panggil Tasqia yang baru saja datang bersama suaminya.

"Eh, mantu Bunda dateng." Bunda cipika-cipiki dengan Tasqia lalu mengucap perut bumil itu penuh sayang. "Calon cucu Bunda sehat kan?"

"Alhamdulillah sehat."

Tegar yang berdiri di samping Tasqia berdehem, mengundang atensi Bunda.

"Aduh anak sulung Bunda makin ganteng aja," ucap Bunda ngalus karena takut putra sulungnya ngambek.

"Gentar di mana, Bun?"

"Ada di kamar."

Tegar mengangguk lalu menoleh ke arah istrinya. "Aku ke kamar Gentar dulu. Kamu jangan banyak tingkah. Kalo ngeluh kram perut lagi aku nggak mau tanggung jawab," katanya mengancam.

"Sulung!" tegur Bunda tidak suka putranya berkata seperti itu. "Kamu suaminya ya jelas kamu harus tanggung jawab dong."

"Tuh dengerin kata Bunda. Kamu—"

"Iya," sahut Tegar cepat sebelum Tasqia menyelesaikan ucapannya. Tegar langsung pergi ke lantai dua untuk menemui Gentar.

Tegar langsung naik ke atas tempat tidur adiknya dan menyalakan televisi. Bunyi gemercik yang berasal dari kamar mandi membuatnya yakin adiknya itu sedang berada di dalam sana. Toh, kamar ini dulu miliknya. Tetapi karena ia pindah ke apartemen jadi diambil alih oleh Gentar.

GENTAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang