Pembatalan pertunangan

63.5K 6.9K 75
                                    

||~~~~~🦋 TRANSMIGRASI🦋~~~~~||

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

||~~~~~🦋 TRANSMIGRASI🦋~~~~~||

Setelah menempuh perjalanan beberapa jam lamanya, akhirnya Felix, Ansell, Lucky dan Mike sudah sampai ke Indonesia, mereka berada didepan bandara menunggu jemputan.

"Apa kalian yakin grandpa menghubungi supirnya?" Tanya Felix pada sepupunya.

"Apa kau meragukan pria tua itu," kata Lucky.

"Berdosa sekali kau," ucap Mike.

"Hei dimana salahku, aku hanya mengatakan dia pria tua, apa aku harus mengatakan dia bocah," dumel Lucky.

"Berisik," sahut Ansell, mereka mendengus mengganggu perdebatan saja si kulkas itu.

Tak lama kemudian dua mobil berhenti dihadapan mereka, mereka menatap mobil itu dengan seksama, hingga keluarlah pria paruh baya dari dalam mobil.

"Apa tuan-tuan cucu dari Mr.Grissham?" Tanya salah satu supir itu.

"Iya pak, kami cucu Grissham," sahut Mike.

"Kami datang untuk menjemput tuan," kata supir itu.

"Baiklah."

Dua supir itu mengambil koper yang mereka bawa dan memasukkannya kedalam bagasi mobil, sementara para cucu Grissham masuk kedalam mobil yang berbeda, Felix dan Ansell masuk kedalam mobil yang berwarna hitam sedangkan Mike dan Lucky masuk kedalam mobil berwarna merah, setelah menata koper dibagasi mobil, kedua supir itu kemudian masuk kedalam kursi kemudi, dan mulai melajukan mobil menjauh dari area bandara, mereka akan tinggal di Indonesia dalam waktu yang tidak ditentukan.

~~==🦋🦋==~~

Sore berganti malam kini sudah menunjukkan pukul 18.06, setelah mandi tadi Vio langsung rebahan diranjangnya, ia sama sekali belum keluar kamar, Vio menatap langit-langit kamarnya.

"Mmm, kayaknya ngechat Kenzo seru tuh," gumamnya, Vio kemudian mengambil ponselnya, semenit kemudian ia mematikan ponselnya dan berjalan keluar kamar.

"Saya masih Ting... Ting...dijamin masih Ting...Ting."

Ia menuruni tangga sembari bersenandung ria, sekarang ia merasa lapar, Vio berjalan ke ruang makan, tak ada satupun orang disana.

Ia membuka penutup makanan, rupanya mama Alva sudah menyiapkan makan malam, duh sungguh berdosa dirinya seharusnya ia membantu calon mertuanya itu ralat sebentar lagi akan menjadi mantan calon.

Ia kemudian duduk dikursi dan mulai mengambil nasi, sayur dll, ia mulai makan dengan khidmat sungguh tak ada masakan yang lebih enak daripada masakan ibu.

Kriettt....

Bunyi kursi digeser terdengar ditelinganya, ia kemudian mendongak, di depannya sana ada Alva yang sedang duduk sembari menatapnya.

"Apa," ucap Vio dengan garang.

Alva menatap datar kearah Vio. "Bolos lo ya," ujar Alva.

"AlvaMidi urusannya elo apa? Sewot amat lo jadi titisan Susanti," dumel Vio, ia kemudian melanjutkan makannya, Alva sama sekali tidak mengalihkan pandangannya pada Vio.

"Berhenti ngeliatin gue, gue tau gue cantik," pedenya.

Alva menaikkan sebelah alisnya. "Gue mau ngomong sama lo," sekarang Alva buka suara.

"Ya udah ngomong aja susah amat sih."

"Jauhin Kenzo," perkataan Alva membuat Vio berhenti mengunyah, ia menatap Alva dengan aneh.

"Siape lo, terserah gue dong mau sama siapa aja, lagian ya bentar lagi hubungan kita hanya sekedar mantan jadi nggak usah sok ngatur, bukannya ini yang lo mau kan? Seharusnya lo bersyukur, lo bisa lepas dari hubungan kampret ini," jelas Vio, Alva menyadari itu seharusnya ia senang karena sebentar lagi ia dan Vio akan menjadi dua orang yang tak saling mengenal.

"Halo anak-anak," suara itu membuat Alva dan Vio berbalik disana ada kedua orang tua Alva.

"Loh papa."

"Hehehe papa baru nyampe," papa Alva duduk dikursi, ia baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya.

"Makan dulu," mama Alva meletakkan nasi dan lauk pauknya dipiring, yang sebelumnya ia sudah siapkan untuk papa Alva.

"Loh kamu nggak makan?" Tanya mama Alva ketika tak melihat ada piring dihadapan putranya itu.

Vio sendiri terdiam, apa ini waktunya ia mengatakan semuanya? Dia sendiri bimbang, ia ingin mengakhiri ini dan minggat dari rumah Alva, ia ingin bebas diluar sana bukan bebas menjadi gadis yang nakal, namun bebas menyelesaikan misinya.

"Emm ma, pa," Alva menatap Vio dengan was-was apa dia akan mengatakannya sekarang?

"Iya ada apa sayang," ujar mama Vio seraya duduk dikursi.

"Vio mau bilang sesuatu tapi mama sama papa jangan marah ya," ucap Vio, ia takut jika ia dicap sebagai gadis tidak tau diri.

"Memangnya apa yang akan Vio katakan?"

"Bisakah pertunangan ini dibatalkan saja," dengan satu tarikan nafas Vio berucap dengan lantang, membuat ketiga orang itu membeku.

"Sayang apa yang kamu katakan," kini perasaan mama Alva kurang enak.

"Ma, Vio ingin batalin pertunangan ini, Vio nggak mau jalanin ini ma, Vio masih muda, Vio masih pengen bebas, Vio ingin menikmati masa muda, masa depan Vio masih panjang, Vio nggak mikirin nikah setelah tamat sekolah, pliss Vio hanya ingin bebas dari hubungan ini, maafin Vio," jelas Vio, jika terus-menerus menjadi tunangan Alva maka dirinya tak akan bebas seperti remaja pada umumnya lagi pula masa depannya masih panjang.

Kedua orang tua Alva mencoba mencerna ucapan Vio, Vio ada benarnya, mereka berdua masih muda belum bisa berkomitmen apalagi membina rumah tangga kedepannya.

"Apa kamu yakin?" Tanya papa Alva.

"Iya pa Vio sangat yakin," jawabnya dengan mantap.

Papa Alva menghela nafas panjang, apa pertunangan yang sudah terjalin dua tahun akan berakhir seperti ini? Mungkin ia akan lebih banyak meminta maaf pada mendiang kedua orang tua Vio.

"Baiklah, papa setuju."

"Pa."

Papa Alva menoleh pada istrinya. "Yang dikatakan Vio benar ma, kita tidak bisa memaksakan kehendak mereka."

Mama Alva menatap kosong kearah suaminya, sedangkan Alva sudah memejamkan matanya, malam ini hubungan mereka sudah benar-benar berakhir.

||~~~~~~~=====🦋🦋======~~~~~~~||

||~~~~~~~=====🦋🦋======~~~~~~~||

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
NEW LIFE TIANA or FELICIA ✓Where stories live. Discover now