Rumah sakit

50.4K 5.3K 81
                                    

||~~~~~🦋 TRANSMIGRASI🦋~~~~~||

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

||~~~~~🦋 TRANSMIGRASI🦋~~~~~||

Sejam menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah sakit, mereka keluar dari mobil dan masuk kedalam, Zen dan Vio berjalan masuk kedalam lift.

Ting...

Lift berhenti dilantai 7, mereka keluar dari lift, Vio merasa ini lantai dimana Defran dirawat. "Loh bukan i_"

"Masuk," ucapan Vio terpotong oleh perkataan Zen, ia melirik pintu kamar 175.

Mereka masuk kedalam, disana ada inti dari Zelzon yang sedang duduk seraya makan cemilan.

"Wihh si bos dateng juga," ucap Ibra, ketika melihat Zen dan Vio.

Vio menatap kearah ranjang rumah sakit, denyut jantungnya seakan ingin meloncat dari tempatnya, perlahan ia mendekat keranjang, ia tidak sanggup jika melihat dirinya sendiri terbaring tak berdaya disana.

"Zen apa gue harus mati agar jiwa gue bisa balik lagi," ujar Vio membuat Zen dan yang lainnya kaget.

"Lo jangan sembarangan ya, itu sama saja lo bunuh gadis tak berdosa itu," kata Zen, pasalnya jiwa yang ditempati oleh Feli adalah raga orang lain.

"T... Tapi Zen, g... Gue ingin balik ke raga gue."

"Jangan pikirin hal yang aneh-aneh, kita bakalan bantuin lo kembali, apapun caranya," seru Langga.

"Langga bener, lo jangan sampai ngelakuin hal bodoh," sahut Neo.

Vio menghela nafas kasar, ia menatap raganya, itu pasti menyakitkan, jika jiwanya ada ditubuh gadis ini, lantas dimana jiwa gadis ini, itulah yang menjadi pertanyaan dibenaknya.

Vio berjalan kearah mereka, ia duduk disofa dan menatap mereka satu persatu.

"Gocha," batin Vio. Ketika melihat salah satu diantara mereka.

"Ngapain lo ngeliatin kita kayak gitu?" Tanya Algan.

"Enggak, gue laper, pesen makan gih," ucap Vio seraya menyandarkan dirinya disofa.

"Pesen apa?" Tanya Neo.

"Apa aja deh yang banyak, soalnya gue nguras tenaga tadi pas kesini," jawab Vio dengan santai.

Mereka mengenyit heran. "Maksudnya?" Tanya Ibra.

"Tadi ada yang ngikutin kita dari belakang, dan kayaknya tuh orang udah ngebuntutin gue dari tadi," pikir Zen.

"Jadi orang itu gimana?" Tanya Algan.

"Ya gitu deh, mungkin mati xixixixi," kekeh Zen.

"Kok bisa?" Tanya Langga.

Zen menatap Vio, mereka mengikuti arah pandangnya. "Lo apain Vi? Eh Fel," tutur Neo.

"Biasa gue tembakin jantungnya," ucapannya membuat salah satu diantara mereka menjadi berkeringat dingin, mengapa ia melupakan satu fakta tentangnya, dia tidak mudah untuk dibunuh.

"Lo pada tegang amat, kan dulu sering liat beginian," lanjut Vio lagi.

"Aiss, dahlah pesen makan," sela Zen. Neo kemudian membuka ponselnya dan mulai memesan makanan secara online, sementara Feli a.k.a Vio tertawa dalam hati, menarik baginya, lihat saja siapa yang menipu dan siapa yang ditipu.

~~==🦋🦋==~~

Beberapa orang sedang duduk di kursi cafe, mereka adalah Alva dan teman-temannya, Alva tak henti-hentinya memutar kedua bola matanya dengan malas, gadis disampingnya terus saja mengoceh, siapa lagi jika bukan Denia.

"Sayang bagus dong pertunangan kamu sama si Vio itu udah selesai," ujar Denia.

Mereka kini sedang berada dicafe, bersama teman-teman Alva.

"Lagian ya yang, kita kan ntar lagi tunangan ya, nggak sabar aku tuh yang," perkataan gadis itu membuat mereka melotot, waitt sejak kapan Alva mengucapkan kata-kata laknat itu, bertunangan? Sungguh dunia akan runtuh.

"Ciee... Ciee tunangan sama bidadari neraka, eh maksudnya bidadari surga," goda Putra.

"Iya dong, gue itu bakalan jadi istrinya Alva," dengan sombongnya Denia mengucapkan itu.

"Masih bocil, nggak boleh nikah dulu," sahut Josua.

"Gue nikahnya kalo wisuda iya kan yang," Denia bergelayut manja dilengan Alva.

"Perasaan gue nggak enak kalo nikah sama nih orang," gumam Alva seraya menatap kelain arah, Denia menatap Alva.

"Kamu bilang apa tadi yang?" Tanyanya.

Alva sontak menoleh kearah Denia. "A... Enggak, nggak bilang apa-apa."

"Sok-sokan mau nikah selesai wisuda, tamat SMA aja belom," tutur Erwin.

"Mungkin si Denia nikah sama Alva pas lagi tidur," kekeh Rizal yang sedari tadi diam.

"Lagi mimpi dong," seru Aska yang sedang vc sang kekasih.

"Nggak apa-apa mimpi, asal nikah," kata Putra.

Denia merasa geram. "Lo pada iri banget, sih, sana cari cewek biar ngga julid mulu ke gue," dumel Denia.

"Jomblo bukan kutukan jadi jangan kucilkan hanya sendirian tidak mematikan, kadang sabun mandi jadi tempat pelarian," entah apa yang dinyanyikan oleh Rizal sehingga mereka menatapnya dengan aneh.

"Ngapain make sabun mandi?" Tanya Denia.

"Sttt, bocil ngga boleh tau," kata Erwin.

"Win mending lo jadian sama Tika."

"Bhahahaha si Tika, OMG hello, cocok sih," tawa mereka, Tika adalah gadis yang sering berpakaian seperti preman disekolah, dengan bibir dipakaikan lipstik hitam hingga terkesan seperti Mak lampir.

"Gile aja lo pada, blom seminggu pacaran udah remuk tulang gue," ujar Erwin, pasalnya Tika juga gadis gemuk.

"Biar ngga jomblo men," kata Putra.

"Kagak mau njir mending sama Vio."

"Ehh Vio incaran gue yak," ucap Rizal.

"Apa hebatnya sih si Vio itu," kesal Denia, ia tak suka jika Vio diperebutkan apa lagi dipuji-puji.

"Ya hebatlah, dia cantik, baik, senyumnya beuhh minta di nikahin," ujar Erwin.

"Lebih hebat lagi gue," celetuk Denia.

"Kehebatan lo apa?"

"Bisa buat Alva jatuh cinta, emang si Vio bisa ngebuat Alva jatuh cinta? Engga kan?" Sombong sekali gadis ini.

"Buat apa jatuh cinta sama orang macam Alva, adududuh bukan level Vio kalik," seru Putra. Alva memberikan tatapan tajam pada teman-temannya hei apa-apaan itu, mengapa dirinya yang jadi korban.

"Fix, Vio cocoknya sama gue," ujar Josua.

"Vio ngga suka sama panci gosong, dahlah pulang," Putra kemudian berdiri dan berjalan keluar.

"Lah ninggalin," mereka semua kemudian ikut keluar dari cafe dan pulang kerumah masing-masing, dan seperti biasa Alva akan mengantar Denia pulang.

||~~~~~~~=====🦋🦋======~~~~~~~||

NEW LIFE TIANA or FELICIA ✓Where stories live. Discover now