Marahnya Zen

27.8K 3.5K 101
                                    

||~~~~~🦋 TRANSMIGRASI🦋~~~~~||

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

||~~~~~🦋 TRANSMIGRASI🦋~~~~~||

Zen dan Feli turun dari motor, Feli berjalan deluan dengan Zen yang mengekor dibelakangnya, laki-laki menatap punggung Feli dengan tajam, kedua tangannya dimasukan ke dalam kantong celananya.

Mereka masuk kedalam rumah Feli, Zen duduk disofa dengan tenang, walaupun raut wajahnya ingin rasanya memakan Feli hidup-hidup.

"J.e.l.a.s.k.a.n," titah Zen dengan penuh penekanan, Feli menahan salivanya, apa ia harus bilang sering ke club? Sudah dipastikan ia akan mati sekarang.

"GUE BILANG JELASIN," bentakan Zen membuat Feli terlonjak kaget, gadis itu menutup matanya, ia menunduk tak berani melihat Zen.

Zen melepaskan jasnya kelantai, ia menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku, pahanya menopang kedua siku Zen yang saling bertautan.

"Lo bener-bener ya," Zen tak tau lagi mau berkata apa-apa lagi, gadis didepannya ini berbohong.

"LO NGECEWAIN GUE TAU NGGAK," lagi dan lagi Feli harus terlonjak kaget, Zen berteriak dengan keras.

Zen berdiri, ia mondar-mandir disana seraya memijat kepalanya. "Tatap gue," ucap Zen pada Feli, namun Feli sama sekali tak bergeming sekalipun.

"GUE BILANG TATAP GUE," dengan mata yang berkaca-kaca Feli perlahan mendongak, ia menatap Zen yang sedang menatapnya dengan tatapan menusuk.

"Lo bilang apa tadi Hem, mau jalan ke mall kan? Ternyata dugaan gue bener lo bakalan bohong."

"Ze_"

"Stttt, jangan ngomong sebelum gue suruh ngerti," tekan Zen, Feli hanya mengangguk pasrah, bagaimanapun ini juga salahnya.

"Lo malah pergi party dan goyang-goyang disamping cowok? Lo lupa kalo LO UDAH ADA YANG PUNYA HAH, LU LUPA? APA GUNANYA LO GOYANG KAYAK GITU SAMA COWOK LAIN, BIAR DI LIAT SIAPA," suara Zen yang tadinya pelan kini menjadi menggelegar.

Feli berdiri, ia mendekati Zen, niat untuk memegang tangan laki-laki namun belum sempat memegang tangannya, Zen lebih dulu mundur satu langkah.

"Lo nggak pernah liat gue marah kan? Tau nggak, kenapa gue nggak pernah marah? Karena gue anggap apa yang lo lakuin adalah kesenangan lo, dan itu mungkin yang terbaik buat lo biar punya kebebasan, tapi apa yang gue dapet? Lo, lo dengan beraninya bohongin gue, goyang disamping laki-laki yang nggak gue kenal?"

Prangggg...

Zen membanting Vas berukuran besar yang berada tepat disampingnya, Feli takut setengah mati, air matanya mengalir dengan sendirinya.

"SIAPA JUGA YANG NYURUH LO MAKE BAJU KURANG BAHAN KAYAK GITU," amarahnya kembali memuncak ketika melihat baju Feli terkesan seksi, hei laki-laki mana yang tidak akan tertarik jika melihat gadis seperti Feli, Zen sudah pastikan laki-laki dipesta pasti sedang berfantasi liat melihat Feli.

"Hiksss... Hikss... Maafin gue, gue tau ini salah gue," Feli meremas dressnya takut, ia belum pernah melihat Zen semarah ini.

Zen berjalan menghampiri Feli. "Ohh, gue tau lu make pakaian kayak gini biar narik laki-laki kan," Hati Zen sakit jika itu benar.

Feli menggeleng, ia menatap Zen. "Enggak hikss, i... Ini nggak seperti yang lu pikirin hikss."

"LO TAU PERASAAN GUE KAYAK GIMANA SAAT LO JOGET KAYAK GITU DIDEPAN LAKI-LAKI LAIN, LO TAU NGGAK," Feli semakin terisak, ia menatap sakit kearah Zen, sebenarnya Zen tak ada niat membuat Feli menangis, namun Feli sangat keterlaluan.

Zen menghela nafas kasar, Feli takut ia kembali seraya terisak, laki-laki itu mengusap wajahnya dengan kasar, Zen mengangkat tangan kananya, Feli sontak memejamkan matanya, ia sangka Zen akan memukulnya, namun diluar dugaan, Zen malah langsung menarik Feli kedalam pelukannya, ia tak ingin berbalik menyakiti Feli dengan pukulannya, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa semarah apapun dia, dia sama sekali tak akan pernah menyentuh Feli dalam artian memukulnya, walaupun hanya sekedar menampar gadis itu.

Bukannya berhenti menangis, Feli malah semakin menangis kejar-kejar. "Huwaaaa maafin gue, hikss gue salah," Isak Feli, ia membalas pelukan Zen tak kalah eratnya, Feli bisa merasakan dada Zen naik turun dengan cepat, pertanda laki-laki ini sedang marah besar.

"Lo tau, gue marah dengan apa yang sekarang lo lakuin," ucap Zen.

"Hikss, maafin gue."

Lagi dan lagi Zen menghela nafasnya kasar. "Kali ini gue maafin, ini peringatan pertama dan terakhir, kalo lo masih ngelakuin ini, goyang nggak jelas didepan laki-laki lain, make pakaian kayak gini, gue nggak tau lagi, mungkin hubungan kita nggak akan bertahan lama," perkataan Zen membuat Feli menegang, bagaimana bisa Zen mengakhiri hubungan mereka, bahkan Feli telah jatuh sangat dalam pada pesona Zen.

"Hikss, nggak gue janji gue nggak bakalan lagi kayak gini," mendengar ucapan Feli, membuat Zen tersenyum miring, perkataannya tadi hanya membuat Feli agar patuh, mana mungkin ia mengakhiri hubungan ini, Feli adalah hidupnya dan cintanya, sampai kapanpun ia takkan pernah melepaskan gadis yang berada dipelukannya ini, sampai maut memisahkan.

||~~~~~~~=====🦋🦋======~~~~~~~||

NEW LIFE TIANA or FELICIA ✓Where stories live. Discover now