4. Ribet

113 21 12
                                    

Left to right: Rehan, Januar, Davis

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Left to right: Rehan, Januar, Davis.

Suka sama seseorang itu ribet. Setengah dari pikiran kita diculik dan diganti. Tidak ada pengaturan kembali lagi. Guk guk emang, tapi enak.

-Jonah P.A

.
.
.

Belajar dari pengalaman. Amy memaksa otaknya terus ingat bahwa dia dan Jonah harus berjauhan. Jadi ketika memasuki aula, ia memilih duduk di belakang.

Jonah pula telah terlanjur duduk di depan. Saat tahu Amy di belakang, ia segera berdiri. Bersiap untuk pindah.

Menyadari apa yang akan terjadi segera membuat Amy mencari solusi. Beberapa orang berlalu-lalang. Ia menarik salah satunya dan berpikir itu cara terbaik untuk memblokir Jonah.

"Eh ayam-ayam."

Pria itu menggeram. Rasanya siap melenyapkan Amy dari peradaban karena aibnya berhasil keluar.

Sesaat Amy memang melongo. Tidak percaya bahwa pria tampan berwajah blasteran di depannya latah. Aneh saja. Karena yang kepalanya ketahui latah hanya didominasi oleh perempuan. Lalu yang mengejutkan lagi adalah wajah tampannya. Menjadi tidak sinkron benar dengan sikap latahnya.

Davis tersadar. Tidak ada gunanya dia bertahan. Mau memaki juga dia harus pilih-pilih orang. Jika yang tampak jelek seperti di depannya mana mungkin dia tega. Yang ada membuat relung hatinya terluka karena si objek kian insecure, depresi atau bisa jadi memutuskan bunuh diri. Oh tidak-tidak. Dia bukan makhluk sekejam itu. Segera ia memilih melupakan tarikan tangan Amy padanya dan beranjak.

Secepat kilat Amy menyambar lagi tangan Davis. Bola mata birunya melesak ke pergelangan. Perempuan itu berani sekali menyentuhnya tanpa saling kenal.

"Anu mister, jurusan manajemen kan?"

Dia mengangguk, kemudian mengerenyitkan kening. Mister? Panggilan itu terdengar hormat, tapi kenapa terasa tidak enak di telinganya. Mungkinkah karena pelakunya begitu jelek?

"Di sini aja."

Amy melepaskan tangannya dan berganti menepuk kursi. "Masih kosong kok."

Mata Davis sempat berpendar. Mencari kesempatan memungkinkan baginya agar tidak duduk di samping perempuan jelek tersebut. Sayangnya dia terlambat, kursi-kursi telah terisi. Ada di sebrang sana,tapi milik jurusan lain.

Dengan membawa tekanan batin ia duduk di samping Amy dan membaca doa. Semoga perempuan itu tidak mengusiknya. Dia takut akhirnya kilaf mengomel, lalu berujung menjadi manusia kejam.

"Aw."

Amy meringis sembari mengelusi pelipisnya. Matanya melurus pada Jonah yang tampak marah, kemudian turun pada sepatunya. Sebuah kunci terjatuh.

Between [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora