31. Munafik

38 13 2
                                    

"Apa maksud lo?"

Sekarang sudah waktunya pulang. Jonah menahan Amy di lorong yang sepi.

"Apa?" Amy mengambil jarak.

Jonah melangkah mendekat. "Kenapa lo kembaliin uangnya?"

"Itu punya Jojo."

"Tapi untuk lo."

"Untuk apa? Jojo kira gue gak punya uang ya?"

"Berani-beraninya lo ngomong begitu di depan gue."

Amy merasakan getaran halus menjalar di telapak tangannya. Namun dia mengepalkan tinju, berusaha menguatkan diri.

"Lagipula ada Louis," lanjut Amy.

Tadinya Jonah mengira Amy hanya perlu ditekan seperti biasa, tapi sekarang dia pikir itu salah. Amy sudah membangkitkan amarah dalam dirinya.

"Kita juga udah putus. Harusnya Jonah tahu batasan yang boleh dan tidak antara mantan."

"Sok benar mulut lo," sembur Jonah. "Mata masih ngincar gue aja sok ngomong cowok lain. Malu lo sama diri lo sendiri. Dasar munafik!"

"Siapa yang munafik?"

"Lo!"

Amy menggeleng. "Gue gak munafik. Iya, gue masih suka sama lo. Tapi gue lebih percaya sama Louis. Sekarang gue belajar move on. Mungkin tidak dalam waktu dekat, tapi gue yakin bakalan bisa move on. Pastinya, gue gak akan balikan sama lo."

Gigi Jonah saling beradu. Biar bagaimanapun dia tidak boleh berteriak di depan Amy. Perempuan itu harus diperlakukan dengan baik.

"Fine." Jonah akhirnya mengangguk. "Lo memilih Louis daripada gue. Oke. Kita lihat seberapa lama lo tahan tanpa gue."

"Oke." Amy turut mengangguk, setuju.

***

"Seratus lima belas ribu, Mbak."

Amy membuka dompetnya. Dia mengulurkan kartu. Uang Jonah sudah dia kembalikan. Sekarang isinya hanya miliknya dan Louis.

"Maaf, Mbak. Saldonya nol."

"E-enggak mungkin, Kak. Tadi saldonya masih sebelas juta lima ratus."

"Sebelas juta apanya. Ini  jelas-jelas nol."

Sang kasir mengembalikan kartu Amy dengan kasar. Amy tidak memikirkannya, dia terfokus pada masalah saldo kartunya. Bagaimana bisa? Ketika dia mengembalikan pada Jonah pun, dia sudah memperhatikannya dengan benar. Intinya tidak mungkin saldonya ikut terambil.

"Coba sekali lagi, Kak."

Kendati berdecak kesal. Sang kasir melakukannya. Amy ikut mengintip hasil yang keluar selepas memasukkan pin. Jumlahnya nol. Benar-benar nol.

"Tunai aja deh, Mbak."

Amy memeriksa uangnya. Itu hanya lima puluh lima ribu. Tidak cukup untuk membayar belanjaannya.

"Ada, Mbak?"

Tatapan kesal dari kasir membuat dirinya menciut. Itu menambah beban mentalnya akibat memikirkan ke mana perginya semua uang yang ada.

Corbyn meletakkan sebotol minuman dingin. "Berapa, Mbak?"

"Lima belas ribu."

Between [END]Where stories live. Discover now