26. Gagal

44 17 5
                                    

Seminggu tanpa terasa sudah berlalu. Waktu menuju pertunangan  pula hanya tersisa beberapa jam saja.

Ballroom hotel sudah disulap sesuai tema. Pada langit-langitnya tergantung untaian bunga putih dan merah muda. Kursi-kursi dengan warna sama mengelilingi meja panjang.  Tiap-tiap meja memiliki pohon bunga berukuran sedang.

Di luar hotel, mobil-mobil mulai merapat. Tamu undangan perlahan memenuhi ballroom. Beberapa raut perempuan muda tidak senang, tapi mereka tidak bisa menolak untuk kagum.

Di belakang, Amy telah cantik dalam balutan merah muda tanpa lengan. Berlian bertaburan di bagian atas, menciptakan kilau indah saat bertubrukan dengan cahaya. Pada rok bawah pula dihiasi bunga-bunga. Itu terlihat tampak nyata.

Rambut hitamnya dibiarkan jatuh sebatas pinggang. Ujung-ujungnya pula dibuat bergelombang.  Riasan di wajahnya tipis saja, tapi warna merah muda dari eyeshadow dan bibirnya telah merubah Amy menjadi lebih manis.

Ada yang berbeda memang dengan rencana awal terkait tema dan dekorasi. Namun Amy tidak protes. Terlebih dia tidak tahu banyak tentang tema acara. Lagipula pesta ini menentukan harga diri Jeyanandika. Jadilah dia membiarkan saja Louis yang mengurus.

"Senyum dong. Begini lo malah kayak pengantin pernikahan kontrak yang bakalan diselingkuhin."

Amar masuk. Sengaja untuk memberi semangat kakaknya. Tentu saja, semangat itu dalam bentuk berbeda. Amy bahkan mungkin tidak paham akan perhatian adiknya tersebut.

"Gimana persiapan di depan?"

"Lancar."

Amar menekan pinggulnya ke tepi meja rias. "Masih ada satu setengah jam. Kalau lo mau membatalkan, ini waktunya."

"Ya, kali gue begitu. Bisa malu nanti kita sekeluarga."

"Gak masalah. Sesekali keluarga kita perlu viral."

"Gue dan Jonah udah gak ada harapan."

"Terserah lo deh. Gue mah yang penting calon lo bagus."

"Amy, sudah siap?"

Louis masuk. Telah rapi dalam balutan jas hitam.  Memang tidak ada yang spesial. Tampilan formal Louis ini adalah tampilan sehari-harinya. Anehnya tidak ada yang bisa muak. Wajah dan tubuh Louis adalah kesempurnaan.

Hanya saja ada gurat cemas dari ekspersinya. Ini menjadi satu-satunya perbedaan dari tampilan biasanya.

"Sudah."

Amy menggeser kursi. Amar membantu memegangi lengannya untuk berdiri.

"Kenapa segala pakai hells sih? Nanti lo jatuh lagi," omelnya.

"Biar tingginya sama dengan Louis."

"Makanya banyak makan kacang panjang lo kayak gue." Amar memeluk lengan Amy. Dia berniat membantunya keluar.

"Memangnya kacang panjang bisa bikin tinggi?"

"Loh baru tahu. Bego sih lo."

Louis menahan bahu Amar. Beralih memegang tangan Amy.

"Kami perlu berbicara sebentar."

"Jangan lo ancam kakak gue."

"Iya."

Amar mengeluarkan telunjuk dan jari tengahnya dari kepalan. Mengarahkan pada matanya, lalu berpindah ke pada wajah Louis, mengacam. Setelahnya dia beranjak pergi.

"Kamu gugup?"

"Eum." Amy mengangguk. Louis menyelipkannya anak rambut ke belakang telinga. Tampaklah olehnya anting Amy yang indah.

Between [END]Where stories live. Discover now