40. Berubah Pikiran

54 16 14
                                    

Edisi kelupaan ya✌🏻
Remind me for any typo
Happy Reading ✨

.
.
.


Kafetaria pagi ini sudah ramai. Banyak mahasiswa sengaja datang lebih awal untuk mengerjakan tugas. Jonah tidak menjadi salah satunya. Dia memang memiliki kelas pagi.

Di salah satu meja Amy dan Davis saling sibuk sendiri dengan ponsel masing-masing.  Kemudian Corbyn bergabung.

"Gak mesen?"

"Eh iya."

Amy mematikan ponsel. Terlampau sibuk membaca komentar di postingan Jonah. Kebanyakan akun mendukung hubungannya dengan Karina. Amy benci karena sebagaian hatinya pun setuju. Jonah dan Karina memang serasi.

"Mau apa?"

Corbyn menggeser buku menu. Jonah secara tiba-tiba menendang kursinya. Tidak kuat, tapi itu cukup berhasil membuat celah bagi dirinya untuk masuk di antara mereka.

"Gimana kalau kita makan soto?" tawar Jonah.

"Ini masih pagi," sela Corbyn. "Soto terlalu asam untuk perut."

"Iya, asam kalau makan sambil lihat muka lo. Beda cerita kalau makan-nya sambil ngelihat gue. Iya gak, mantan?"

"Apa?" Amy justru tidak mengerti. Tangan Jonah mengetuk pelan kepalanya.

"Bego!"

"Kok bego?"

"Lo memang bego."

Jonah menggoyangkan dagu ke samping pada Davis. "Pindah."

"Gue duluan duduk di sini."

"Itu kursi bukan punya lo. Pindah!" usir Jonah.

"Apa sih pagi-pagi udah ribut?" heran Vila.

Jonah menyeret kursi lain ke dekat Amy. "Vil, pesanin gue soto. Dua porsi dalam satu mangkuk, oke."

"Mau makan berduaan?"

"Iya."

"Lo berdua kan udah putus. Jauh dikit dong."

"Makan ya makan, gak ada hubungannya sama perkara putus." Jonah menyenggol lengan Amy. "Iya gak, mantan?"

"Eh apa?" Terlalu banyak kalimat yang masuk. Amy lupa yang mana satu yang menjadi pertanyaan Jonah.

"Udah iyain aja."

Amy mengangguk. "Iya."

"Tuh, dia bilang aja iya. Udah sana pesenin. Minumnya teh lemon."

"Satu gelas juga?" tebak Vila.

Jonah memberi jempol. "Benar."

"Kayak orang gak modal lo."

Corbyn membuang wajah dari Jonah. Rese memang kalau sudah ada dia. Amy tidak lagi bisa diganggu gugat.

"Mantan hari ini mau pulang sama siapa?"

"Sama Davis."

"Temen lo ya?"

"Iya, Davis dan gue temenan. Iya kan, Dav?"

Davis menatap Jonah lamat-lamat. Padahal masih secuil, tapi tampaknya dia sudah ketahuan. Memang ya, Jonah itu paling peka untuk urusan Amy.

"Iya." Davis membenarkan. Jonah tersenyum puas untuk itu. Jangan main-main dengannya. Dia tahu apa yang ada di mata Davis untuk Amy. Sebelum itu membesar biar dia buat Davis sadar diri.

Between [END]Where stories live. Discover now