42. Menghindar

48 16 5
                                    

I am back!
Say hi everybody


Seminggu berlalu dengan cepat. Tidak ada yang istimewa, melainkan mengejutkan. Amy menghindari Jonah. Di kelas dia akan merapatkan diri kepada Davis. Begitu juga di luar kelas. Bahkan di saat-saat tertentu dia memilih berada di ruangan Louis. Tidak ada celah bagi Jonah untuk melakukan apa-apa selain bertanya, "lo kenapa?"

Pertanyaan sama berulang hari ini. Amy mengaduk minumannya dengan nyaman. Dia tidak mempresentasikan sama sekali kalau dadanya pun terasa nyeri untuk sikapnya sendiri.

Benar, bukan hanya Jonah yang tersiksa. Di malam-malam tertentu dia terbangun dan memikirkan keseluruhan sikapnya. Yang mana yang salah? Kenapa Amy menjauhinya? Apa dia keterlaluan dengan mengklaim Karina sebagai pacar? Ketiadaan jawaban dari Amy membuatnya berakhir buntu. Tertidur kemudian dan terbangun dengan perasaan tidak enak. Jonah benci perasaan demikian. Dia tidak lagi setenang dulu.

"Amy, lo denger pertanyaan gue?"

"Kita udah putus. Saling jauh adalah hal yang wajar."

"Wajar untuk orang lain, tapi tidak untuk kita."

"Memangnya kita bukan orang?" tanya Amy.

"Lo masih suka sama gue. Apa segitu susahnya mengakui perasaan, Amy?"

"Enggak, gue gak suka lagi sama lo."

"Gue gak pacaran sama Karina. Itu semua cuma akal-akalan gue biar lo cemburu. Lo masih bisa memiliki gue, Amy. Coba deh lo tembak gue sekarang."

"Gue gak tertarik. Gue udah suka sama Louis."

Jonah tertawa. "Cowok egois yang tidak memikirkan perasaan lo itu?"

"Louis gak seburuk itu."

"Terserah lo. Sakit hati gak akan gue tanggung."

Jonah menyandang tas. Dia membayar minuman dan kemudian keluar dari cafetaria.

Davis mengangkat nampan makan, pindah ke hadapan Amy. "Dia ngomong apa?"

"Bukan apa-apa."

"Wajahnya kusut."

"Biasanya juga begitu."

"Akhir-akhir lo menghindari dia."

"Kan udah mantan."

"Benar juga."

Davis mulai makan. Sesekali memperhatikan Amy. Dia memesan semangkuk soto. Uapnya sudah tiada. Maklum, telah dipesan dari tadi. Meski begitu Amy belum memakannya barang sedikitpun. Dia hanya menyesap minuman. Sekejap saja itu tinggal bongkahan es batu. Ketika diseruput suaranya terdengar kasar.

"Lo sebenarnya masih suka sama Jonah kan?"

"Enggak."

Amy melepas sedotan. Dia menarik mangkuk ke dekatnya. Waktu istirahat sudah hampir berakhir.

Davis tahu itu kebohongan, tapi dia mengangguk. "Bagus deh. Ngapain cowok begitu lo sukai."

"Cowok gitu gimana maksud lo?" Amy mendadak sensi. Lupa kalau dia baru mengatakan tidak menyukai Jonah.

"Ya gitu, cowok kasar, pemaksa dan gak jelas."

Amy mengatupkan bibir. Dia tidak bisa membantah. Jonah memang kasar. Tapi..

"Jojo gak seburuk itu."

Davis terdiam. Netra Amy yang melihatnya dipenuhi kejengkelan. Mendadak dia merasa tidak suka. Jonah kan memang seperti deskripsinya. Kecuali tentang kecerdasan dan perihal usaha, Jonah tidak punya kualitas lain.

Between [END]Where stories live. Discover now