Extra Part [The Wedding]

149 16 11
                                    

Jonah mengencangkan dasi. Seulas senyum menggenang di bibirnya. Sorakan sah, ciuman dengan Amy hingga hari-hari serba penuh Amy sudah menari di otaknya.

"Ciee, akhirnya nyusul juga." Bulan mencolek punggung Jonah. Bumi menyelinap di belakangnya.

"Gue udah bilang. Gue pasti nyusul sama Amy." Jonah  menjawab sombong dan Bulan terpaksa diam, karena itu nyata

"Masih ada unsur paksaan enggak nih ceritanya?"

"She said, she loves me." Bibir Jonah makin mengembang. Rasa hangat terus bertambah di perutnya. 

"Oke." Bumi mengangguk. Ikut senang. "Mungkin sekarang lo bisa segera keluar, karena media udah berkumpul."

Pintu panjang membuka. Jonah tidak sempat melihat ke ujung panggung. Cahaya flash menyerang dengan bunyi cekrek yang memekik. Para pengawal membungkus kedua sisi Jonah sehingga ia akhirnya mampu melihat Amy. Riasannya agak tebal, tapi justru sangat cantik. Sayang itu tidak mampu menutupi kecemasan Amy.

"Kenapa?" Jonah menyelinapkan tangan ke belakang pinggang Amy.

"Ini tamunya banyak banget, sih. Yakin kuat nyalaminnya satu persatu? Media juga, ya ampun. Ini mau konferensi pers atau gimana?"

"Memang akan ada konferensi pers setelah ijab qabul nanti."

"Untuk apa?"

"Ngumumin ke seluruh dunia kalau lo punya gue."

"Harus ya kayak gitu?" Amy ikut menyelinapkan tangan ke pinggang Jonah. "Kan udah ada resepsi. Disiarin juga di TV dan bakalan muncul di berita."

"Beberapa orang gak hadir. Beberapa yang lain malah pura-pura enggak tahu atau sebetulnya terlalu tolol untuk paham."

Amy mengerti kalau Jonah mengucapkannya khusus untuk seseorang, tapi dia tidak tahu kalau itu adalah Louis.

Jonah secara khusus menelepon Louis pagi tadi. Pria itu tidak mau bekerjasama.

"Bahkan kalaupun kamu sudah menikahinya, saya masih dapat memilikinya."

"Merebut lagi? Lo udah kalah."

"Karena itu saya akan mencobanya lagi."

"Then, nice try. Untuk sebelumnya dan sesudah ini, lo akan tetap kalah."

"Tunggu saja pergerakannya. Kamu akan terkejut."

"Lo kenapa terobsesi sama istri gue, bangsat?!"

"Amy memang semenarik itu untuk saya.".

"Awas kalau lo sekali lagi ngedeketin Amy. Gue enggak segan-segan ngebunuh lo langsung."

"Oh ya?"

"Gue serius." Nada itu menukik tajam. "Lo atau siapapun, enggak ada yang boleh mengambil Amy dari gue."

"Saya pikir kamu yang malah terlalu terobsesi pada Amy. Sebentar, kenapa kamu menelepon?"

Jonah menutup panggilan. Niatnya untuk berbaikan terbakar tanpa sisa. Tadinya Amy bilang Louis sudah menyerah. Sekarang yang ia dengar justru berbeda.

Jonah kembali ke dunia nyata ketika namanya diucapkan oleh MC. Ia mengucapkan ijab qabul dalam sekali tarikan nafas. Matanya menancap mantap kepada penghulu sehingga pria itu agak takut. Jonah bukannya hendak menikah, tapi malah seolah hendak mengklaim kekuasaan.

Tamu undangan kompak bersorak sah. Tepuk tangan bergemuruh dan lagu lambat dimainkan untuk mendramatisasi. Amy menahan-nahan senyum saat bertatapan dengan Jonah. Bukannya terpengaruh, Jonah malah menatap galak.

Between [END]Where stories live. Discover now