53. Accident

52 14 8
                                    

Lagi niat up, padahal jadwalnya besok hehe
.
.
.

Pintu putih setinggi enam kaki itu terbuka. Dia, Louis menatap lurus tepat di mana mata Jonah tertanam. Dua tangannya yang berayun di sisi tubuh tampak saling meremas.

"Di mana tunangan saya?"

"Amy bukan tunangan lo lagi."

"Oh, kamu berhasil memaksanya seperti dulu?" Louis menyeringai. Sedikit tertawa, tetapi kemarahannya membara di dalam mata.

"Amy memang sayang sama gue. Mau gue paksa atau tidak, itu gak ada hubungannya sama sekali."

"Menurut saya ada."

Pintu di samping tangga terbuka. Amy  mengangkat gaun putih yang ia kenakan. Tanpa memperhatikan detailnya pun Louis mengerti bahwa itu adalah gaun pengantin.

"Apa-apa itu, Amy?"  Ujung sepatu pantofel Louis menabrak milik Amy. Dadanya bergelombang kencang.

"Gue dan Amy akan menikah."

Jonah ikut berdiri di samping Louis. Leher itu bergerak pelan dari tempatnya. Ketidakpercayaan tumpah dan membuat Jonah girang, tetapi Louis mengumumkan penolakan.

"Tidak bisa! Kamu adalah tunangan saya."

"Dan kita punya kontrak." Louis meneruskan "Saya bisa menuntut kamu atas tindakan ini."

"Kontrak dulunya kan cuma main-main."

"Gak ada main-main di dalam hukum, Amy!" Wajah Louis mendadak merah. Udara yang menyentuh bagian bawah dagunya terasa begitu panas.

"Gue akan sewa pengacara," kata Jonah.

"Amy?"

Walaupun belum sepenuhnya setuju untuk menikah sekarang, Amy merapatkan dirinya ke dekat Jonah. Pada intinya benar. Dia hanya menyayangi Jonah seorang.

"Jojo punya pengacara."

"Kamu mau melawan saya?" Louis setengah terkejut.

"Aku kan memang gak suka sama Louis. Kontrak itu juga gak valid."

Louis menarik tangan Amy. "Ayo pulang."

"Lo gak bisa seenaknya, sialan!" Jonah merebut tangan Amy.

"Kamu sendiri seenaknya di sini. Kamu kira Amy mau menikah dengan kamu?"

"Jelas, dia suka sama gue." Jonah kian mengeratkan tangan Amy.

"Oh ya? Lalu kamu kira dia tidak punya harapan untuk kehidupan lain, begitu? Apa perkataan kamu saja adalah ketentuan hidupnya?"

Jonah tidak dapat membalas sekalipun lidahnya berusaha bergerak. Akhirnya ia menggerakkan gigi dalam kejengkelan.

"Amy, coba katakan padanya apa yang kamu inginkan."

Amy menjauhi pandangan Jonah. Cowok itu tidak pernah tahu apa yang dia ingin. Kalaupun tahu, Jonah tidak akan pernah peduli. Lagipula di saat ini Amy hendak berpihak pada Jonah. Bersama Louis lebih parah. Amy sungguh tidak pernah menyukainya secara romantis.

"Baik, biar saya yang mengatakannya."

Louis menepuk punggung Amy. "Gadis ini menginginkan pernikahan setelah mendapatkan gelar pertamanya. Pernikahan itu bukanlah pernikahan mewah, tapi dia menginginkan pernikahan hangat, tenang dan romantis. Bisa kamu lihat apa yang kamu lakukan sekarang? Tidak ada satupun dari keduanya yang diperhatikan."

Louis tersenyum puas akan kemuraman wajah Jonah.

"Intinya Amy mau sama gue." Jonah menemukan kembali keangkuhannya. Dalam keadaan ini dia hanya berharap untuk memukul mundur Louis, bukan memikirkan perasaan Amy.

Between [END]Where stories live. Discover now