Kehamilan Rumini

495 29 1
                                    

🌺🌺🌺

Mbah Rohayah adalah sosok yang lumayan di segani. Paling tidak dulu, sewaktu keluarga wanita tua itu masih berjaya.

Almarhum suaminya, Mbah Margono adalah seorang mantri yang cukup kondang. Setiap hari rumahnya tidak pernah sepi dari banyaknya orang yang datang untuk berobat. Hampir tidak memiliki waktu istirahat.

Suatu malam, datanglah rombongan sebuah keluarga dengan mobil kijang keluaran terbaru era tujuhpuluhan itu. Sepasang suami istri dan anak perempuan mereka yang berusia empat belas tahun, namanya Rumini.

Keluarga itu berhadapan dengan sepasang suami istri mantri di ruang keluarga mereka.

"Siapa yang mau berobat?" Tanya Mbah Margono, menatap keluarga di depannya satu-persatu.

Kedua perempuan saling diam. Kemudian, ayah si gadis berbicara dengan lirih.

"Anak kami, Mbah. Si Rumini ini. Gatau kenapa dia jadi jarang makan dan terus muntah-muntah," jawab si ayah.

Mbah Margono menatap Rumini yang terus menunduk sambil meremas jari-jemarinya dengan gugup.

"Kamu kenapa, nduk?"

Gadis yang di tanya cuma menunduk dan meremas jemarinya yang saling bertaut. Terlihat sekali tengah gundah.

"Ayo jawab, Rum!" Desis sang ibu yang sejak tadi diam.

Rumini terisak pelan kemudian menggeleng lemah. "Rum nggak tahu, Bu. Rum gak tahu apa yang terjadi dengan Rum..." Lirih gadis itu sendu.

Mbah Margono mengangguk, dia melirik istrinya, "Mbu, coba ajak ke ruang periksa. Dan bicaralah," katanya. Sedikit banyaknya pria paruh baya itu sudah mengajarkan ilmu kedokteran pada sang istri. Jadi, jika ada situasi seperti ini, dia tidak akan turun tangan langsung. Tapi, istrinya yang akan bertindak.

"Njeh pak." Mbah Rohayah menuntun Rumini, meskipun gadis itu terlihat enggan. Mereka memasuki ruangan khusus di sudut ruangan. Mbah Rohayah menutup pintu dan meminta Rumini duduk di kursi.

"Coba, nduk. Jelaskan apa sakitmu."

Rumini menggigit bibirnya. Sungguh, dia tidak tahu apa yang terjadi.

Mbah Rohayah menghela nafas panjang. "Coba baring disana," katanya sambil menunjuk dipan kecil di sudut.

Rumini menurut.

Mbah Rohayah meraba perut si gadis. Menekan-nekan kecil di bagian tertentu.

"Kata bapakmu kamu tidak mau makan dan sering muntah, benar?" Tanya Mbah Rohayah sambil terus meraba perut rata Rumini.

Rumini mengangguk lemah. Mbah Rohayah sudah selesai memeriksa. Dia menyuruh Rumini duduk di dipan saja. Dia menatap manik mata gadis itu dengan seksama.

"Nduk, apa kamu punya kekasih?"

Pertanyaan Mbah Rohayah membuat Rumini tersentak.

"Nduk?" Desak Mbah Rohayah.

Rumini akhirnya menggeleng lemah. Matanya berkaca-kaca.

Mbah Rohayah menghela nafas panjang. Menatap sendu pasiennya itu.

"Baiklah. Kamu keluar dan tolong suruh ibumu masuk kesini, nduk."

Rumini bangkit. Dia menatap wajah tua itu dengan bingung, "emang Rum sakit apa, Mbah?"

Mbah Rumini cuma tersenyum, "nanti kamu akan tahu. Sekarang tolong panggilkan ibumu ya."

Walau penasaran, Rumini tetap menurut. Dia keluar ruangan dan meminta ibunya untuk menggantikannya masuk ke ruang periksa.

"Mbah?" Sapa Bu Marni begitu masuk ruangan.

Mbah Rohayah tersenyum ramah, "silahkan duduk buk. Ada yang ingin saya sampaikan," katanya.

Bu Marni duduk, gelisah.

"Sebenarnya Rumini tidak memiliki penyakit serius. Saya sudah memeriksanya. Tapi, saya ingin bertanya satu hal pada ibu."

Bu Marni mengangguk, "tanya apa, Mbah?" Dia lega karena tidak ada penyakit serius yang bersarang di tubuh putrinya.

"Apakah Rumini memiliki kekasih?"

Pertanyaan Mbah Rohayah membuat Bu Marni terhenyak. Sedikit banyaknya dia bisa meraba kemana arah pembicaraan wanita di depannya itu. Sebagai seorang ibu, tentu dia paham.

"Maaf saya harus mengatakan jika saat ini Rumini tengah mengandung. Usianya baru menginjak tiga bulan," kata Mbah Rohayah. Mampu membuat dunia Bu Marni jungkir balik. Wanita itu terisak.

"Bagaimana mungkin dia hamil, Mbah? Dia bahkan belum menikah..."

Mbah Rohayah tidak mengatakan apa-apa. Karena dia tidak tahu jawabannya.

"Lalu apa yang harus kami lakukan Mbah? Kami malu! Ini aib! Hu hu hu..." Bu Marni menangis sesenggukan.

Mbah Rohayah menghela nafas panjang.

"Bagaimana kalau..."

*****

Bersambung.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Mar 02, 2022 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

Kumpulan CerpenDove le storie prendono vita. Scoprilo ora