Tiga Hati [3]

794 52 5
                                    

*****
Berapa lama lagi aku harus menunggumu? Apa kamu tidak capek selalu tidur begitu?

Sampai kapan?

Aku minta maaf, aku sangat menyesal... Selama ini aku tidak tahu kamu di selimuti salah paham...dan bodohnya aku tidak mencoba menjelaskan..

Dia sudah menceritakan semuanya. Dia bilang dia menyesal sudah berbohong padamu...

Sekarang, aku mohon bangunlah...apa kamu tidak merindukan semua orang di sini?

Aku salah, aku minta maaf, aku juga mencintai dia, tapi aku jauh lebih mencintai kamu...jadi aku mohon bangunlah, Heri...

Ini sudah tahun keenam!!

*****

*****

Aku duduk di sebelah ranjangmu di rumah sakit yang sudah sekian tahun ini menjadi rumahmu.

Kamu koma, begitu kata dokter, kecelakaan itu merenggut segalanya dan membuatmu trauma hingga tidak mau bangun lagi.

Heri, maafkan aku. Aku sangat menyesal...

Menggenggam tanganmu yang terasa dingin, aku yang selalu ada untukmu, menunggumu bangun di sela-sela kesibukan ku.

Heri, aku bahkan sudah mengambil gelar sarjana, tapi kenapa kamu masih saja belum bangun? Apa mimpimu begitu indah hingga kamu betah di alam sana?

Sebuah tepukan menyadarkanku, aku menoleh dan melihat kak Ichsan di sebelahku.

"Kamu harus makan, ayo," katanya.

Dia juga selalu ada bersamaku saat aku menemanimu di rumah sakit.

Aku berdiri dan membantu kak Ichsan berjalan.

Kamu tahu Heri, dia bilang dia terpaksa membohongimu karena sebenarnya dia tengah sakit, melawan penyakit yang sudah tidak bisa di tolong lagi. Dia sakit Heri, jadi aku mohon kamu bangun dan maafkan dia...

"Kakak gak seharusnya jalan-jalan," kataku lirih, kak Ichsan adalah salah satu pasien di rumah sakit ini juga.

Wajahnya pucat dan tirus, kanker sudah menggerogoti tubuhnya.

Aku tidak tega melihatnya, tapi aku tidak boleh terlihat sedih di depannya.

Kenapa semua orang yang aku cintai harus begini, Tuhan?

Tuhan, aku mohon kembalikan mereka...

*****

"Jess!!! Heri sadar, sayang!!!" Suara mamamu begitu riang saat dia menelponku untuk memberikan kabar itu.

Kabar gembira setelah bertahun-tahun lamanya. Kamu sadar!

"Beneran, ma?" Aku berdiri dan membereskan barang-barangku, aku mau pulang cepat saja, "lalu kondisi dia gimana?" Tanyaku antusias.

Aku berderap meninggalkan kantor menuju ke rumah sakit. Aku bahagia sekali.

"Iya, dokter sedang memeriksanya sekarang, kamu ke sini yah, Jess."

"Iya, ma, aku di jalan nih, udah dulu yah " aku menutup telpon dan mengemudi dengan cepat. Aku sudah tidak sabar.

Saat sampai di rumah sakit, tanpa di duga tubuhku di peluk oleh mamamu yang menangis tersedu-sedu. Aku bingung, kenapa Mama malah menangis?

"Ma ada apa?" Tanyaku sambil melepaskan pelukannya.

"Heri...Heri... Harus menjalani operasi lagi karena ternyata mata dan hatinya rusak."

Apakah aku harus marah pada Tuhan sekali lagi karena ini?

"Kami... para dokter sedang berusaha mencarikan donor untuknya..."

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now