Changes

1K 60 1
                                    

***

Aku terbangun di ranjangku. Tapi, justru itu yang membuatku heran.

Bukankah aku sudah meninggal ? Lalu, kenapa aku masih bisa terbangun di ranjangku dan seolah semua itu --kecelakaan yang membuatku meninggal-- cuma sekedar mimpi biasa ?

Aku duduk, celingukan memandangi satu persatu perabotan yang ada di kamarku. Tidak ada yang berubah. Semuanya masih tertata sempurna seperti biasanya.

Tuhan, apakah aku mati cuma sekedar mimpi?

Menghembuskan nafas, aku merasa seperti hidup kembali.

Dan guna memastikan, aku keluar kamar dengan langkah hati-hati, saat sampai di ruang makan, aku menarik nafas panjang.

Ada ibuku, sedang sarapan dengan ayahku, mereka bersenda gurau, kemudian ibu melihatku dan tersenyum.

"Sandra, ayo sini sarapan, Mama harap kamu sudah cuci muka." katanya seperti tidak ada yang terjadi.

Dengan langkah kaku aku duduk di sebelahnya. Makan, sambil terus memandangi kedua orang tuaku bergantian. Ini benar-benar membingungkan.

"Kenapa kamu melihat kami seperti itu?" Tanya ayah.

Aku tersentak, "nggak apa-apa," cicitku.

Kepalaku benar-benar sakit. Padahal aku ingat dengan jelas, aku melihat banyak orang datang ke rumah dengan pakaian hitam, ada peti mati di ruang tengah, aku melihat ibuku menangis tersedu-sedu sambil memeluk peti. Peti matiku.

Lalu, kenapa sekarang aku ada di sini, sarapan dengan kedua orangtuaku dan seolah tidak ada yang terjadi?

"Kamu mau melihat cincin dengan Robi kan? Dia bilang sama Mama kemarin," kata Mama memandangku.

Robi adalah tunanganku. Kami akan menikah dalam waktu dekat.

Tidak, bukan itu yang membuatku terpaku. Tapi, karena pertanyaan itu sudah pernah di ajukan padaku.

Aku bukan hidup kembali. Tapi, aku kembali ke masa lalu, aku...seolah pergi ke waktu lampau. Sebelum kecelakaan itu.

Ini...ini tidak benar!!

Sekonyong-konyong aku berdiri dan berlari meninggalkan ruang makan, mengabaikan teriakan Mama yang memanggilku kebingungan.

Di sini aku jauh lebih bingung.

Aku pergi ke komplek pemakaman. Tempat di mana seharusnya makamku berada.

Aku terpaku saat menemukannya. Gundukan itu masih basah dan merah, taburan bunganya juga masih segar. Dan ada namaku di sana...

Ini jelas-jelas kuburanku.

Aku memandang kedua telapak tanganku. Masih terlihat nyata, tidak seperti penampakan hantu seperti di film-film itu.

Menggeleng, aku kembali berlari dan tidak memperdulikan apapun. Kali ini aku ke rumah Robi.

Dia ada di rumah, sedang mencuci mobilnya di halaman rumah. Dia tersenyum saat melihatku.

"Sandra? Kenapa kamu gak bilang kalau mau datang? Nanti kan aku jemput dan kita berangkat ke toko perhiasan," katanya hangat.

Wajah tampannya masih tetap sama. Segar dan penuh senyum.

Aku mengangkat tanganku, menyentuh pipi Robi yang basah karena acara mencucinya. Keningnya berkerut.

"Ada apa denganmu?" Tanyanya heran.

Aku diam. Aku juga ingat saat pemakamanku, aku melihatnya menangis dan memukuli nisanku dengan putus asa. Sekarang dia berdiri di depanku, seolah tidak ada yang terjadi.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang