My Lovely Guy

1K 54 5
                                    

***

Pagi hari di isi dengan acara games atau hiburan agar tidak terlalu jenuh membosankan juga guna menciptakan kesan akrab di antara semua mahasiswa. Cukup menyenangkan dan juga menghibur.

Kami melakukan kunjungan ke pabrik kaos terlebih dulu, aku agak kurang setuju dengan tempat yang pengap dan beratap terlalu rendah itu, menurutku itu agak kurang manusiawi. Tapi aku diam saja, mengikuti langkah teman yang lain, kami juga menghadiri seminar yang di adakan oleh owner pabrik itu.

Selama kegiatan itu, aku jarang sekali mengobrol lama dengan Hilman, kami harus serius agar orang-orang tidak menuduh kami main-main di sini karena ternyata cuma kami saja couple yang ada di angkatan kami. Sebenarnya ada Rizal, tapi dia baru saja putus dengan pacarnya karena orang ketiga. Ah, drama cowok itu layak di jadikan drama karena seru sekali. Mungkin bisa di jadikan novel juga.

Saat mendapat kesempatan, Hilman berjalan tepat di sampingku, dia akan menggenggam tanganku. Dan akan tersenyum kalau aku melihatnya. Ah, biar saja teman yang lain iri, aku tidak peduli. Aku bahagia dengan keadaanku saat ini.

Setelah selesai menjelang sore, kami berfoto-foto di sana dengan berbagai macam gaya. Yang jelas, kami benar-benar menciptakan kegaduhan di pabrik itu karena terlalu berisik!

Kami kembali ke wisma dan beristirahat. Waktu luang kami gunakan untuk jalan-jalan, besok pagi kami akan ke Cibaduyut lalu setelah itu rekreasi ke Ciater. Katanya ada pemandian air panas, aku belum pernah ke tempat itu, jadi aku sudah tidak sabar menunggu esok hari.

Nuna mengajakku belanja oleh-oleh di sekitar wisma. Aku menolak, tapi dia tetap saja memaksa hingga aku kalah dan menuruti maunya.

Aku tidak berminat belanja, Nuna sibuk memilih banyak kaos bertuliskan Aku cinta Bandung dan sejenisnya. Katanya untuk keluarga dan juga untuk Hasan, pacarnya. Selama dia memilih kaos-kaos itu, aku berjalan ke toko sebelah yang menjual aksesoris. Aku lebih tertarik benda-benda seperti ini karena lebih simple. Aku cuma membeli beberapa gantungan kunci dan gelang juga sebagai oleh-oleh.

Sialnya, aku bertemu dengan Jamal di toko itu, dia sedang memilih gelang dari kayu. Aku berniat mundur tanpa ketahuan, tapi tentu saja aku tidak bisa melakukan itu.

"Sendirian?" Tanya Jamal berdiri di sebelahku.

"Ehm sama Nuna, tapi dia lagi cari baju," kataku.

"Kenapa gak bareng Hilman?" Tanya Jamal lagi, dia memandang tepat ke mataku, membuatku membuang muka entah kenapa.

"Selama aku bisa sendiri, aku gakmau ganggu acara Hilman," tukasku.

Jamal tersenyum.

Hubunganku dengan cowok ini benar-benar rumit dan membuatku bingung sendiri. Sikapnya yang berubah-ubah itulah penyebabnya. Kadang dia bersikap hangat dan akrab, tapi kadang dia juga akan bersikap dingin dan berjarak.

"Kalau gitu aku cari Nuna dulu, takut dia bingung mencariku." kataku.

Jamal mengangguk, aku buru-buru meninggalkannya dan kembali pada Nuna.

Kami sepakat kembali ke kamar karena sudah jam sembilan malam dan cuaca juga semakin dingin.

Saat akan naik ke lantai atas, aku bertemu Hilman sedang duduk di anak tangga. Nuna menepuk bahuku dan pergi lebih dulu. Aku duduk di sebelah Hilman yang sepertinya sedang banyak pikiran.

Hilman memandangku.

Aku tersenyum, "aku baru dari depan bareng Nuna, cari oleh-oleh." kataku.

Hilman tidak menjawab. Dia bahkan tidak tersenyum. Rasanya sangat aneh.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now