Di Antara Kita [2]

1K 85 1
                                    

**

"Pa, aku mau bicara serius," kata Iman to the point saat dia melihat sang ayah yang baru saja pulang dari kantor.

Pria itu bahkan belum masuk ke bagian dalam rumah. Dia lelah. Ingin mandi dan istirahat. Tapi, melihat putranya gusar begitu, dia tidak sampai hati dan hanya bisa mengangguk, menuntun Iman ke ruang baca yang ada di sudut rumah.

Mereka duduk berhadapan di sofa, hanya di pisahkan oleh sebuah meja kecil yang menampung lampu baca.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Ridwan Saidi, Papa Iman.

Iman yang awalnya sudah bertekad bicara tentang Yuda, sekarang malah terlihat ragu.

"Iman?" Panggil Ridwan. Iman tersenyum sendu.

Apa yang harus di katakan?

Pa, seorang mantan pacarku mengaku kalau aku adalah ayah dari anaknya dan anak itu mirip sekali denganku...denganmu..

Ya ampun, Iman tercekat sendiri. Jika sampai papanya tahu, Iman tidak tahu apa yang akan terjadi. Padahal dia sangat yakin jika Yuda bukan anaknya.

Tapi, semua orang pasti akan percaya hal sebaliknya jika melihat bukti test DNA dan bertemu langsung dengan anak itu...

Ya Tuhan, Iman benar-benar penasaran, permainan apa yang sedang di mainkan oleh Tina guna menghancurkan hidupnya!!

"Kalau kamu berubah pikiran, Papa sangat ingin mandi," gerutu Ridwan yang mulai kesal.

Iman membiarkan begitu saja papanya pergi meninggalkan ruangan. Iman menjabaki rambutnya dengan frustasi.

"Kenapa aku malah diam?" Desis Iman kesal pada dirinya sendiri.

**

Sara memaksa Iman agar datang ke rumahnya. Katanya Sara ingin belanja dan Iman wajib menjemput. Iman menurut saja karena dia tidak mau Sara menjadi marah. Iman tidak sedang dalam kondisi baik untuk menghadapi kemarahan Sara.

Gadis itu menyerocos tanpa henti tentang hal-hal yang tidak Iman mengerti. Seperti fashion dan gosip para selebritis. Jujur, Iman tidak mau tahu tentang hal itu. Tapi, dia berpura-pura menjadi pendengar yang baik.

Iman cukup lega Sara tidak lagi membahas soal test DNA itu. Iman harap Sara melupakan hal itu saja. Mereka akan menikah.

Sara memasukan barang-barang yang sekiranya dia butuhkan ke dalam troli yang di dorong oleh Iman dalam diam. Pikiran pria itu sedang terbagi, tidak fokus.

Hingga trolinya menabrak seorang anak kecil.

Iman membeku.

Anak itu...

"Astaga, kamu tidak apa-apa, sayang?" Pekik Sara menghampiri bocah yang masih jongkok sambil mengibaskan debu dari celananya.

Kemudian bocah itu mengangkat kepalanya. Mendongak memandang Sara yang sangat syok.

Iman tegang. Menahan nafasnya.

Perlahan Sara beralih memandang Iman, matanya menyiratkan rasa kecewa yang Iman tidak suka.

Dia tahu apa yang di pikirkan Sara saat ini.

Yuda adalah kloningan sempurna dari diri Iman sendiri.

"Maafkan saya," kata Yuda sopan. Sara tidak mengatakan apapun, dia menggeleng lemah dan beranjak meninggalkan tempat itu.

Dia sakit hati.

Awalnya dia berusaha untuk percaya pada Iman. Dia tahu Iman bukanlah orang brengsek yang suka menipu.

Tapi, semua itu berubah saat melihat bocah itu dan Sara justru mengingat test DNA itu juga apa yang di katakan Tina padanya beberapa waktu lalu tentang Iman.

Kumpulan CerpenDove le storie prendono vita. Scoprilo ora