Bolang

551 24 0
                                    

Aku tidak tahu harus bagaimana...

Aku sudah mundur dari yayasan sejak menikah. Aku tidak bisa membagi waktu. Apalagi saat ini tengah mengandung. Menjalankan puasa di kala berbadan dua ternyata super sekali. Harus berhati-hati menjaga pola makan dan sebagainya...

Aku tahu, semua orang akan menganggap biasa. Tapi sejak kemarin aku teramat lemas dan kepala juga sangat pusing. Biasanya pengen muntah tapi aku tahan. Aku tidak mau batal.

Salah jika aku begitu?

Aku cuma berharap semoga debay baik dan sehat di dalam sana...anggaplah ini melatih si kecil untuk ikut berpuasa...

Menghela nafas panjang masih ingat peristiwa kemarin lusa.

Di mana ada banyak polisi di sekitar rumah. Aku kaget. Tidak tahu apa yang terjadi. Lalu ku hampiri kerumunan itu. Mereka tengah mengelilingi bertumpuk-tumpuk karung berukuran besar. Tak tahu apa isinya. Banyak orang mengambil gambar dan video. Media.

"Ini ada apa?" Bisikku pada salah satu tetangga yang juga ada di sana.

"Itu bunggil curian. Polisi lagi mencari pelakunya. Katanya kernetnya luka dan ada unsur perampokan juga."

Astaghfirullah.

"Lalu kenapa itu ada di sini?" Bisikku lagi. Aku melihat seorang wartawan tengah mewawancarai salah satu tetangga sebagai saksi.

Aku tidak mengerti. Masih bingung. Aku sudah sering mendengar tentang 'bajing loncat'. Bahkan aku pernah melihat mereka beraksi, sekali. Tapi ini rupanya lebih parah dari itu. Karena mobil di rusak dan ponsel serta uang milik supir dan kernet di rampas. Jadi masuk kasus perampokan, begitu kata polisi. Aku tak percaya. Tempat ini cuma beberapa meter dari rumahku!

Memalukan!

Siapa yang melakukan itu dan menjadikan tempat ini sebagai sarang persembunyian hasil rampokan?!

"Buat malu saja, mereka," gerutu seorang ibu.

Aku setuju padanya.

Tapi kemudian telingaku mendengar seseorang menyebut nama.

"Loh, Saep meh kakaknya si Bolang," celetuk seorang bocah.

Aku menatap bocah itu dengan raut kaget.

Bolang?!

Astaga! Dia...muridku, dulu!

Jadi, kabarnya si Saep ini salah satu komplotan perampok tersebut dan saat ini masih buron. Sedangkan menurut polisi, Saep mengajak serta si Bolang dalam aksinya, bersama sepuluh orang yang lain.

Aku tidak tahu harus bagaimana. Rasanya aneh. Aku menjadi guru anak itu selama beberapa tahun. Tapi sekarang aku mendengar kabar ini?!

Ya Tuhan...aku tidak pernah menyangka akan sakit hati saat mengetahui muridku ikut kelompok kriminal itu...

Selama ini aku tidak pernah berpikir ketika menonton atau membaca berita kriminal, apa yang di rasakan orang yang pernah menjadi guru si pelaku kejahatan itu...

Sekarang aku merasakan hal itu.

Miris dan sedih. Merasa sia-sia.

Merasa gagal.

Dua hari kemudian, aku mendengar kabar bahwa Bolang sudah di tangkap polisi namun di bebaskan karena masih di bawah umur.

Aku berharap kelak anak itu akan sadar dan memilih jalan yang lebih baik.

Aamiin.

*End

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now