Tiga Hati [1]

1.2K 47 0
                                    

*****
Aku, kamu dan dia, adalah cerita yang saling terkait satu sama lain.

Tahukah kamu apa yang membuat kita bertiga sama?

Yaitu sama-sama memiliki cinta yang tulus dan murni.

Ini bukan cerita cinta segitiga yang berkaitan dengan istilah Pelakor seperti yang sedang trend saat ini.

Ini adalah cerita kita, yang tanpa sengaja merasakan cinta yang seharusnya tidak kita rasakan dalam waktu yang bersamaan.

*****

*****

Aku berjalan dengan langkah cepat, kelas akan segera di mulai, aku tidak mau terlambat. Tapi, kamu santai-santai saja seolah tidak melakukan kesalahan, seolah tidak peduli jika nanti akan mendapat hukuman karena terlambat masuk kelas di jam pelajaran pak Zainuddin yang galak itu.

"Cepetan, Heri!!" Seruku tidak sabar, kamu cuma mendengus.

"Emang dengan jalan cepat kita bakal gak telat? Udalah santai aja, daripada capek!" Katamu.

Aku geram dan memukul belakang kepalamu yang berpikiran bodoh itu.

"Kok kdrt?" Protesmu tidak terima.

Aku tidak menjawab karena kita sudah sampai di depan kelas. Aku menarik nafas, mengumpulkan mental untuk menghadapi guru yang jelas sudah ada di kelas.

"Permisi..." Sapaku lirih sambil membuka pintu.

Semua mata tertuju padaku sekarang, aku mengerjap beberapa kali.

Aku tidak melihat pak Zainuddin di kelas, melainkan kakak OSIS yang sedang bicara di depan.

"Kenapa gak masuk?" Bisikmu dan langsung menerobos, duduk di kursi.

Aku mengangguk minta maaf pada semua orang sebelum duduk di sebelahmu, sekarang fokusku pada dua orang kakak kelas yang ada di depan.

"Sepeti yang sudah kami sampaikan tadi, rencananya sepulang sekolah nanti kita akan ke sana, bagi yang berkenan silahkan ikut..." Kata ketua OSIS, kak Ichsan, matanya memandangku.

"...emang ada apaan dan mau kemana?" Celetukmu santai, aku mendelik padamu.

Heri, bisa tidak sih kamu sopan sedikit?

Aku ingin mengatakan itu, tapi mulutku terkunci dan cuma mataku yang bicara.

Sekarang kamu dan kak Ichsan adu pelotot, walaupun kak Ichsan tidak terlihat marah, dia terlihat...kecewa? Entahlah.

"Subuh tadi pak Zainuddin meninggal karena penyakit jantung" kata kak Ichsan.

Aku ternganga. Kaget, tidak percaya.. orang sekuat dan setangguh itu meninggal? Walau cara mengajarnya terbilang kasar, tapi pak Zainuddin adalah guru yang baik.

Aku memandangmu, wajahmu pucat dan kamu juga sama kagetnya denganku.

"Heri, kamu mau ke sana?" Tanyaku.

"Aku tidak tahu..." jawabmu lirih.

Dan pada akhirnya kita datang ke rumah pak Zainuddin sepulang sekolah bersama teman-teman yang lain...

*****

Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai akrab dengan kak Ichsan, mungkin sejak di rumah almarhum pak Zainuddin itu,, entahlah, yang jelas, saat ini aku malah sering bersama dengan cowok itu daripada denganmu, Heri.

"Kamu sudah siapin datanya, Jess?" Tanya kak Ichsan.

Aku mengangguk dan buru-buru menghampirinya, memberikan data yang dia maksud.

Kumpulan Cerpenजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें