Setitik Rindu

1.2K 41 1
                                    

Aku percayakan hati ini padamu.

Seperti yang sudah kita dan keluarga kita janjikan. Seperti yang sudah kamu katakan pada keluarga besarku, bahwa kamu serius dengan hubungan ini, memintaku menjaga hati, apapun yang terjadi.

Aku percaya. Aku menjaga hatiku. Aku...belajar menerima dan mencintaimu, karena aku tahu, kamu adalah pria yang baik, yang harapannya adalah menjadi yang terakhir untukku, sudah begitu banyak luka yang aku alami selama ini hingga membuatku tidak percaya pada pria di luaran sana.

Tapi kamu datang dan menawarkan sebuah kebahagiaan baru, hidup yang selama ini aku impikan...

Saat kecil aku selalu bermimpi bisa menjadi Cinderella, Snow White, Bawang Putih, dan sebagainya, mereka awalnya menderita kemudian bertemu pangeran dan bahagia. Betapa simple dan bahagia mereka, begitu sederhana, semua tokoh itu membuat banyak anak perempuan mendambakan seorang pangeran yang gagah dan baik hati yang akan membawa mereka ke kehidupan yang bahagia. Selamanya.

Tapi, sekarang aku sadar. Semua itu tidak akan terjadi di dunia nyata, semua dongeng itu hanyalah gambaran kehidupan yang di impikan banyak orang.

Kisah kita tidak berjalan semulus itu dan sedatar itu. Banyak hal yang sudah kita lewati hingga sampai ke titik ini.

Saat ini, aku mengingat kalimat yang kamu ucapkan saat malam ulang tahunku beberapa bulan lalu. Kamu mengajakku jalan-jalan ke taman kota, katanya ingin menikmati suasana malam di kota kelahiranku ini. Aku ikut denganmu.

"Aku suka liat air mancur itu," katamu sambil menunjuk ke arah atraksi air mancur yang baru saja di mulai.

Aku tersenyum setuju. Aku juga suka, air mancur itu meluncur dengan berbagai pose seperti penari profesional. Banyak orang yang ingin melihat dari dekat dan mengambil gambar. Tapi kamu tetap duduk di bangku dan tidak mengajakku mendekat.

"Ini tanggal berapa sih?" Tanyamu, menoleh dan tersenyum geli ke arahku.

Aku berdehem dan membuang muka, malu karena aku yakin wajahku pasti memerah di bawah cahaya lampu taman.

"Entah, aku lupa," sahutku pura-pura.

Kamu tergelak, mungkin menurutmu aku sangat lucu. Tapi, aku benar-benar malu. Selama ini aku tidak pernah merasa begitu di cintai selain olehmu.

Well, kecuali keluargaku, mungkin.

"Selamat ulang tahun, Vera." katamu.

Aku menoleh dan melihatmu tersenyum. Aku pikir kamu akan memberiku hadiah atau apa. Tapi, kamu cuma tersenyum manis.

Aku mengangguk, "makasih," kataku.

Kamu menghela nafas panjang dan kembali memandang air mancur. Aku merasa kamu seperti sedang banyak pikiran. Tapi, aku tidak berani bertanya.

"Kamu ingat, aku sudah janji akan melamarmu akhir tahun ini, kan?" Tanyamu mendadak.

Aku mengangguk. Aku tidak mungkin melupakan hal itu !!

"Kamu percaya padaku kan?" Tanyamu lagi, terdengar sangat gelisah, aku tidak tahu kenapa.

Tapi, aku kembali mengangguk. Aku sangat percaya padamu.

"Kenapa kamu tanya begitu, Sukma?" Tanyaku pelan.

Sebenarnya aku sangat was-was.

"Aku cuma mau mengatakan kalau aku...aku..."

"Kamu kenapa?" Aku mulai merasa cemas.

Kami sama-sama melupakan pameran air mancur di depan kami dan mengabaikan banyaknya orang di taman itu.

Kumpulan CerpenDove le storie prendono vita. Scoprilo ora