Pernikahan Ini Begitu... (1)

1.1K 77 0
                                    

***

"Kita...berpisah saja," kataku berat. Pria yang baru dua bulan menjadi suamiku itu cuma diam.

Aku menghela nafas lagi, "aku tahu, kalau seperti ini, artinya aku yang harus... mengganti rugi, aku tak masalah dengan itu." kataku lagi.

Tapi, aku sudah tidak peduli, aku sudah tidak tahan dengan pernikahan ini. Pernikahan palsu yang aku dan suamiku lakukan di depan banyak orang. Kami menandatangani surat perjanjian di belakang semua orang.

Halim menghela nafas panjang, "kenapa kamu mau kita bercerai sekarang alih-alih sepuluh bulan lagi sesuai surat kontrak itu?" Tanyanya, kali ini dia terlihat benar-benar penasaran dengan keputusanku yang mendadak.

"Karena aku..." Aku menunduk memandang tepian meja makan kami.

Aku tidak bisa mengatakan alasannya pada Halim, aku tidak mau.

Kami berjanji bahwa tidak akan ada perasaan cinta di antara kami sampai waktu satu tahun ke depan, agar kami bisa berpisah dengan damai dan hidup bahagia dengan pilihan masing-masing. Apalagi aku juga tahu kalau Halim memiliki pacar yang sangat dia cintai. Dia terpaksa menikah denganku karena perjodohan. Begitupula denganku.

Aku...tidak mencintai dia.

"Kenapa diam, Laras?" Tanya Halim menuntut.

Aku mendongak dan melihat sorot mata itu sangat tegas di balik kacamata berbingkai hitam miliknya.

Aku...

Alis Halim naik, entah apa yang dia pikirkan tentangku saat ini. Tapi, setelah beberapa detik, dia mengangguk.

"Aku paham," bisiknya.

Aku memberanikan diri memandang wajahnya, Halim tersenyum sendu.

"Kamu... mencintaiku?" Tanyanya.

Aku diam.

***

Halim memberikan sebundel kertas di hadapanku saat kami sarapan. Aku membuka gulungan kertas itu dan cuma bisa ternganga.

"Apa-apaan ini?" Tanyaku tajam.

Halim mendengus, dengan santai dia mulai memakan roti bakar bagiannya, tanpa menjawabku.

Dengan gemetar aku meletakan bundelan itu, mendelik tajam, "jika kamu pikir aku bisa...bisa di beli..." Halim mendongak dari atas rotinya dan membuatku diam secara otomatis.

Aku membenci diriku yang begini!!!

"Apa kamu membaca bagian di mana ada kalimat 'Halim membeli Larasati'?" Tanyanya tajam.

Aku menghela nafas gusar, tentu saja tidak ada kalimat seperti itu! Tapi, tetap saja maknanya sama. Saat aku meminta bercerai dan seharusnya aku yang membayar kompensasi, tapi Halim malah menukar posisi kami dan dia yang akan membayar!?

"Aku akan transfer uangnya segera ke rekeningmu," kata Halim masih santai.

Entah kenapa aku sangat marah pada pria ini. Aku tahu dia arogan dan tidak pedulian, Tapi bisakah dia paling tidak sedikit menghargaiku sebagai...sebagai apa?! Oke, katakan saja sebagai istri sahnya saat ini!!

Apa itu sangat susah di lakukan?

Halim berdiri, "aku kerja dulu. Tidak usah menungguku. Kamu cobalah untuk memikirkan tawaranku," katanya.

Aku tidak menjawab dan tidak repot-repot mengantar Halim ke depan pintu seperti pasangan menikah pada umumnya.

Aku juga paling tidak suka jika ada salah satu anggota keluarga yang datang dan bertanya tentang itu.

Kumpulan CerpenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora