Tiga Hati [2]

559 36 0
                                    

*****
Cinta ini, sudah ada sejak dulu, tapi kenapa kamu tidak menyadari juga?

Apakah karena sikapku yang terkesan cuek dan tidak peduli?

Tapi, percayalah, cinta itu ada, apa kamu tidak sadar aku melakukan segalanya hanya untukmu...

Bahkan jika kamu memintaku untuk berhenti bermain basket, yang adalah kegiatan favoritku, aku akan berhenti...

Aku akan lakukan apapun yang kamu katakan, kecuali satu, dan kamu tahu apa itu..

Aku dan dia tidak akan pernah menjadi teman apalagi sahabat. Jangan pernah paksa mempersatukan kami karena itu tidak akan berhasil.

Aku dan dia, sama, kami menginginkanmu dan sebenarnya kami bersaing di belakangmu,,

Maafkan aku...

*****

*****

Aku memandang kalian secara bergantian, dan aku melihat tantangan itu dari matanya, aku bertanya padamu, mana yang kamu pilih,.

Rapat atau pergi denganku, tapi kamu tidak mengatakan apapun.

Aku sadar kalau aku...kalah.

"Heri, ayo main lagi!" Hingga Renal memanggilku, itu adalah penyelamatan untukku sebenarnya.

Aku kembali ke lapangan dan melanjutkan permainan, tapi, aku masih bisa melihatmu yang melangkah tertatih di temani si sialan Ichsan itu.

"Bro, kamu lagi banyak pikiran kayaknya," celetuk Renal, dia menarikku menepi dari lapangan.

Kami duduk di kursi panjang yang ada di pinggir lapangan, aku meminum jus kemasan yang sebelumnya aku beli dari kantin.

"Kamu masih belum bilang aja ke Jess yah?" Tanya Renal, dia memang tahu segalanya.

"Rencananya sore ini, tapi..." Aku mengangkat bahu, Renal menepuk bahuku.

"Si Ichsan itu bisa aja curi start, kamu mesti waspada, kamu inget kan apa yang dia bilang waktu itu?" Renal mengingatkanku.

Tentu saja aku ingat. Ichsan pernah mengatakan dengan gamblang bahwa dia mencintaimu dan memintaku agar tidak terlalu posesif karena kita cuma teman.

Aku tidak mengatakan itu padamu, aku tidak mau kamu tahu, tapi, aku merasa kehilangan arah sekarang setelah melihat kamu malah dekat dengannya dan mulai menjauhiku.

"Lalu rencanamu apa? Masa mau nyerah gitu aja." kata Renal.

Aku diam, berpikir...apa yang harus aku lakukan, Jess?

"Katanya sore mereka rapat, kamu tunggu aja deh sampe mereka selesai" Renal memberi usul.

Aku mengangguk setuju, "baiklah, aku bakal nunggu," kataku. Renal mengangguk bangga.

"Itu baru namanya cowok sejati," katanya. Aku terkekeh.

Pulang sekolah aku duduk di luar ruang osis, kamu tidak tahu aku menunggu, karena sebelum kelas bubar kamu sudah izin pulang cepat pada guru demi rapat itu. Aku juga sengaja tidak memberimu kabar. Entahlah, mungkin aku berniat memberimu kejutan?

Oh, aku harap kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku, Jess.

Aku duduk dan terus menunggu, dari detik ke menit dan seterusnya...

Pintu ruang osis terbuka, tadinya aku pikir rapat sudah selesai, tapi rupanya itu cuma Ichsan yang keluar.

Dia memandangku dengan alis terangkat dan senyum penuh ejekan itu.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now