Mr. R

1K 28 2
                                    

xxxxx

--

Waktu masih duduk di bangku SMA, aku mengenal seseorang.. sebut saja dia Mr. R...

Dia salah satu teman pamanku.

Perawakannya tinggi, besar dan tentu saja...ganteng.

Itu penilaianku dulu, bertahun lalu...

Mungkin diam-diam aku naksir padanya. Mungkin saja, karena aku tidak bisa menebak apa yang aku rasakan.

Kami cukup dekat. Dia cukup perhatian padaku.

Aku masih ingat apa yang dia katakan, ketika dia pikir tidak ada pamanku yang bisa mendengarnya.

Dia suka sekali memegang lenganku dan menahannya. Aku tidak bisa melepaskan diri tanpa merasa nyeri atau memar di sekitar lenganku.

Aku tidak mengatakan hal itu pada siapapun.

Oke, sekali, dia berbisik padaku, waktu itu aku sudah memiliki seorang pacar. Pacar pertama yang adalah salah satu kenalan dia.

Jangan heran kalau urusan asmaraku berputar-putar di sekitar teman-teman pamanku...

Pokoknya...aku tidak bisa melupakan apa yang dia katakan waktu itu...

Dia menahan lenganku, aku berontak, berusaha kabur untuk masuk kamar. Tapi seperti biasa, dia menahan dengan kekuatannya yang tidak sebanding denganku.

"Lepas!" Kataku berbisik, memelototinya.

"Aku mau bicara dulu," dia bersikeras.

Akhirnya aku berhenti memberontak, menatapnya, "kalau begitu cepetan ngomong."

Tangannya beralih, meremas jari-jariku dengan cukup kencang. Aku agak tidak suka dengan genggamannya yang selalu penuh paksaan.

"Selingkuh yuk?"

Adalah kata-kata yang dia ucapkan dengan sorot mata serius.

Aku cuma membelalak dan berusaha meyakinkan diri bahwa dia sedang mabuk dan sinting hingga mengatakan hal tidak masuk akal itu.

"Oke, lepas. Jangan bicara omong kosong! Kamu tahu kalau aku sudah pacaran dengan Arif," sinisku.

Perlahan dia melepaskan tanganku dan mundur selangkah.

Aku mendesah lega, menggosok-gosok bekas genggamannya yang terasa nyeri. Sial, itu memerah!

"Kamu benar." Bisiknya.

Kemudian dia pergi. Aku pikir, aku masih akan bertemu dengannya, seperti selama ini, karena bagaimanapun dia adalah teman baik pamanku. Tapi aku salah, sejak kejadian itu, dia tidak pernah datang lagi ke rumah.

Tidak tidak. Beberapa lama kemudian, aku bertemu dengannya di salah satu mall. Tidak sengaja. Aku baru saja masuk ke mall dan ada yang menahan tasku, membuat langkahku terhenti. Aku menoleh dan melihatnya menyeringai.

"Kamu?" Bisikku tak percaya, aku menatapnya dari atas sampai bawah. Sesungguhnya, dia bisa di katakan sangat tampan, tapi masalalu kami membuatku tidak memikirkan itu.

"Kamu sendirian?" Katanya, celingukan.

"Aku tahu kalau kamu sudah tahu aku putus dengan Arif berbulan lalu," kataku berputar-putar.

Dia tertawa, "Arif selingkuh, yah aku tahu, Bagas yang cerita," katanya geli.

Aku cuma menatapnya dalam diam.

"Jadi kamu sendirian atau janjian dengan seseorang di sini?"

"Sendiri."

Dia mengangguk, "senang bertemu denganmu lagi, Wi."

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now