Sahabat Itu...

1.1K 38 3
                                    

***

Apa kamu pernah memiliki seorang sahabat baik, yang sudah mengenalmu dengan cukup lama, bertahun-tahun kalian bersama, hampir melakukan segalanya bersama, susah senang selalu bersama dan saling membantu?

Aku pernah memiliki satu.

Namanya Angel. Di baca Enjel. Tapi, kadang aku sering menggodanya dengan memanggil namanya dengan ejaan yang salah, yaitu Angel, di baca Angel.

Angel berarti sesuatu yang sulit jika dari kamus bahasa daerah ku.

Tapi, aku sangat jarang menggodanya, karena dia akan marah cukup lama dan tidak mau mengajakku bicara jika sudah begitu.

Dia sahabatku satu-satunya.

Kami lulus TK, SD, SMP hingga SMA bareng! Teman-teman yang lain mengatakan kalau kamu kembar siam. Ada juga yang mengatakan kalau kami sebenarnya saudara yang terpisah, seperti di sinetron-sinetron itu.

Aku dan Angel cuma tertawa saat mendengar itu.

Mungkin bisa saja benar, karena secara fisik kami berpostur tinggi sama, lebar sama, semua itu terjadi apakah karena kami selalu sering bersama-sama?

Ah, aku tidak tahu.

Tapi, setelah lulus SMA, aku dan Angel memilih jalan yang berbeda untuk pertama kalinya.

Aku memilih kampus A dan dia memilih kampus B.

Awalnya kami ragu, tapi kami sadar, sudah saatnya kami mulai mengejar keinginan dan cita-cita kami dengan serius.

Dia ingin menjadi dokter sedangkan aku ingin menjadi insinyur.

Kami paham dan menerima keputusan masing-masing walau berat. Tapi, kami berjanji, kami akan selalu bersahabat.

Waktu berlalu, dan kami sadar bahwa belakangan waktu kami terkuras habis untuk kuliah, dia sibuk, aku juga sibuk, sangat jarang kami bertemu hingga perlahan-lahan kami mulai saling melupakan dan tidak terlalu membutuhkan pertemuan.

Namun, ada saat di mana aku akan merindukannya. Biasanya saat aku tidak sengaja mengingat kenangan manis kami saat bersama dulu.

Tahun kedua Angel menemuiku dan mengatakan bahwa dia akan menghadiri seminar yang akan di adakan di Jerman sana selama seminggu, padahal waktu itu kami sama-sama liburan semester dan aku sudah membayangkan akan bermain dengan puas bersamanya selama liburan.

Tapi, aku tidak mungkin melarangnya pergi.

"Kamu jaga diri dan jangan abaikan kesehatan"

Cuma itu yang mampu aku katakan pada sahabatku.

Angel mengangguk riang, kelihatannya dia sudah tidak sabar untuk segera pergi ke Jerman.

"Nanti aku bawakan oleh-oleh untukmu, Sya" katanya.

Aku cuma mengangguk pias.

Aku tidak mengantar Angel ke bandara pada saat dia berangkat ke Jerman. Aku beralasan bahwa aku sedang sibuk dengan tugas. Padahal itu tidak benar.

Waktu kembali bergulir, hubunganku dengan Angel cukup baik lagi setelah dia kembali dari Jerman, kami cukup sering bertukar kabar dan jika ada waktu kami akan bermain bersama. Hingga kami di paksa fokus dengan tugas akhir kami menjelang kelulusan.

Kami sangat sibuk. Aku tidak ingin mengganggunya dan aku perkirakan dia juga tidak ingin menggangguku. Kami menjauh lagi tanpa kata dan kesepakatan.

Aku wisuda lebih dulu, Angel datang dan membawakan sebuket bunga juga mengucapkan selamat berkali-kali.

Aku juga datang pada saat Angel wisuda bulan berikutnya dan membawakan buket bunga juga.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now