Bukan Cinderella

823 33 1
                                    

xxxxx

Mematut sekali lagi sambil memandangi pantulan bayangannya dalam cermin yang terletak di dekat pintu kamar. Membenarkan tatanan rumit rambutnya, hasil dari seorang hairstyle yang sengaja dia panggil ke rumah. Gaun merah maroon panjangnya membalut pas menampakkan lekukan tiap jengkal tubuhnya yang tinggi semampai. Wajahnya merona membayangkan apa yang akan dia lakukan malam ini.

"Sarah! Temanmu jemput nih! Sampai kapan kamu di atas sana?!"

Sarah menghela nafas, dia tersenyum pada bayangannya sendiri.

"Sepertinya sudah cukup oke," katanya lega, melirik jam dinding dan nyaris menjerit, "sudah waktunya!" Dia buru-buru turun.

"Lama sekali," desis Amy, teman Sarah.

Sarah cuma nyengir dan mencium kedua pipi ibunya yang sedang mendelik kesal, "aku pergi dulu, Ma, bye..." Sarah menyambar tangan Amy dan keluar rumah.

Amy menggerutu dan mengeluhkan lamanya Sarah berdandan, sambil fokus mengemudi di hari yang gelap ini. Sementara yang di omeli cuma tersenyum. Mereka akan ke sekolah, ini adalah acara perpisahan di sekolah mereka. Pesta dansa. Yule Ball atau apapun sebutannya. Semua anak kelas tiga sangat antusias dengan acara itu dan bertekad untuk tampil paling mencolok dan menarik. Termasuk Sarah, tentu saja. Yang selama sekolah cuma bisa bersembunyi di belakang layar. Malam ini dia ingin merubah hal itu. Paling tidak, dia ingin memberikan kesan menarik sebelum kelulusan.

"Kamu sudah ada kencan untuk malam ini?" Tanya Amy dengan nada ketus, dia masih kesal.

Sarah menggeleng, tidak ada yang mengajaknya ke pesta bersama. Siapa sih yang mau mengajak? Dia cuma siswi tidak populer dan kutu buku, ah pokoknya, tidak ada yang akan mengajaknya. Tapi, entah kenapa dia sangat ingin datang ke pesta. Amy sih enak, sudah punya pacar.

"Kamu cantik kok malam ini, pasti banyak yang gak percaya kalau kamu Sarah si kutu buku," ujar Amy tulus.

Sarah tersenyum, "thanks, My..."

"And then, kita sampai."

Amy menghentikan mobilnya dan menoleh pada Sarah, "kamu masuk saja dulu, aku janji nunggu Wira di sini, gak apa-apa kan?"

Sarah mengangguk. Dia juga tidak mau ada di tengah Amy dan pacarnya yang akan lovey dovey. Jadi, dia turun dari mobil setelah mengucapkan terima kasih.

Pesta akan di adakan di aula yang ada di bagian belakang bangunan sekolah. Saat ini Sarah berjalan sendirian di koridor antar kelas. Berusaha untuk tidak merasa takut karena sebenarnya jalanan itu sudah di taburi dengan lampu hias yang menggantung sepanjang dinding dan menyala warna-warni. Sarah tersenyum, dia sudah sampai di pintu aula yang di jaga oleh dua orang staff.

"Ehm..." Sarah berdehem.

"Tanda tangan dulu," kata salah seorang staff dengan ramah.

Sarah membubuhkan nama dan tanda tangan di buku tamu. Staff lain memberikan sebuah topeng yang cuma sebatas mata dengan warna putih. Sarah menerimanya.

"Terima kasih," katanya sambil memakai topeng itu dan melangkah masuk.

Sarah menarik nafas dalam. Musik sudah mengalun merdu dan banyak yang sudah turun ke lantai dansa. Bahkan ada beberapa guru juga yang ikut. Dan karena dia tidak memiliki teman dansa, Sarah cukup duduk di sofa setelah mengambil minuman dari meja. Dia tersenyum sendiri, konyol memang saat tidak ada teman dansa tapi nekat datang ke pesta dansa. Memang apa yang dia harapkan? Lagipula, tidak mungkin juga seorang Fachri Edward mengajaknya berdansa!

Oh, Fachri adalah prince incaran di sekolah. Yeah seperti di filem, tokoh prince tentu saja di kelilingi dengan kehidupan sempurna yang dimilikinya. Tanpa cela. Banyak yang mengidolakan cowok itu. Termasuk Sarah sebenarnya, walaupun dia tidak mengatakan apa-apa dan memendam semuanya dalam hati sendirian.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now