Dafin : Anak Yang Tidak Diakui

1.5K 66 2
                                    

**

"Mama!!!!" Panggilku setibanya di teras rumah, tak ada jawaban, aku langsung masuk.

Memandang sekeliling dan sadar jika rumah dalam keadaan sepi.

Aku baru pulang sekolah dan perutku lapar. Biasanya Mama akan selalu melayaniku, tapi sekarang mungkin Mama sedang bekerja. Mama memang shift siang. Dan aku baru pulang saat jam dua siang.

Menghela nafas, aku duduk di meja makan dan mulai makan. Walaupun cuma dengan tempe goreng, aku sudah bersyukur.

Aku hidup berdua dengan Mama sejak dulu. Sudah enam belas tahun. Mama bekerja di toko kue untuk biaya hidup dan sekolahku.

Aku harus cepat lulus sekolah agar dapat membantu Mama.

"Dafin!!! Dafin!!!"

Aku menghela nafas. Itu dia, tetangga sekaligus temanku. Namanya Ido, walau dia dua tahun lebih tua dariku, tapi dia sangat kekanakan. Buktinya dia malah satu kelas denganku.

Cowok pendek dan ceking itu duduk begitu saja di depanku sambil memamerkan cengiran menyebalkan.

"Apa?" Tanyaku sambil terus makan.

"Main yuk? Si Ilky baru beli ps yang terbaru tuh," kata Ido antusias.

Aku memberikan tatapan datar. Ilky dan Ido adalah tetanggaku. Tapi, hubunganku dengan Ilky tidaklah baik, semua tahu itu, termasuk makhluk yang ada di depanku ini.

"Aku tidak mau," sahutku, berdiri dan mencuci piring bekas makanku.

Ido membuntutiku dengan setia dan terus mengajakku ke rumah Ilky. Padahal aku sudah menolak.

Aku muak dengan Ilky, dia sok dan benar-benar menyebalkan.

Keluarganya sempurna dan dia selalu bisa mendapat apa yang dia mau karena keluarganya sangat kaya. Tidak sepertiku.

Apakah aku tidak menyukainya karena rasa iri?

Sebenarnya tidak. Aku begini, karena Ilky tidak pernah memperlakukanku seperti temannya yang lain. Dia selalu sinis dan terlihat tidak suka padaku.

Padahal kami tidak pernah berkonflik secara langsung. Entah apa masalah cowok itu padaku.

"Ayolah, Dafin..." Sekarang Ido malah merengek.

Aku mengelap tanganku dan berbalik menghadapi si cerewet Ido.

"Aku tidak..."

"Dafin..." Sela Ido sambil memasang ekspresi bak anjing yang terlantar dan minta di pungut.

Sial.

Dia selalu saja membuatku merasa tidak tega. Dia selalu bisa memukul tepat ke titik lemahku dan membuatku selalu menurut padanya.

Aku menghela nafas dan mengangguk paksa...

Ido tersenyum lebar.

**

Di rumah Ilky..

Ternyata bukan cuma aku dan Ido yang ada di sana. Melainkan banyak tetangga yang semuanya adalah teman dekat Ilky.

Sialan.

Dan aku terpaksa mendengar dan melihat Ilky menyombong akan hal itu pada semua orang sambil memandangku dengki.

Aku cuma berdiri diam di sana. Enggan untuk duduk sementara Ido sudah menghambur masuk dan melontarkan banyak pujian pada barang baru milik Ilky tersebut.

"Tentu saja, Abiku kan kaya, dia bisa beli apapun yang aku mau!" Kata Ilky angkuh dan tentu sambil memandangku.

"Keren!" Puji Ido.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now