Forgive

1.2K 27 2
                                    

-------

Aku ingin menceritakan tentang kita. Kita, yaitu aku dan kamu.

Ryan Pramadi.

Masih ingatkah kau kapan kita bertemu untuk yang pertama kali? Ah, mungkin kamu lupa. Tapi, aku tidak mungkin melupakan saat itu.

Mengingat itu aku selalu tersenyum sendiri.

Kala itu, lebih tepatnya lima tahun lalu, aku masih menjadi karyawan baru di tempat kita bekerja. Di divisimu. Bersama dua orang lainnya, hanya aku 'anak baru' yang di tempatkan bos di sana.

"Bimbing dia selama di sini." Begitu kata si bos saat itu.

Lalu, kamu dan dua orang temanmu memandangku, ingin tahu, tapi, aku cuma berani membalas pandangan matamu daripada dua temanmu itu.

Tahukah kamu apa yang aku 'temukan' di matamu kala itu? Ah, mana mungkin kamu tahu.

Aku menemukan sebuah 'undangan' di matamu, yang tidak aku temukan dari dua temanmu.

Cuma kamu yang mau membantuku dengan kesabaran yang bisa di bilang sangat luar biasa. Cuma kamu yang mau meladeni setiap pertanyaanku. Dan cuma kamu yang peduli padaku.

Aku seperti menemukan kakak sekaligus sahabat dalam dirimu. Bahkan kamu memanggilku dengan sebutan 'neng' yang terasa asing di telingaku tapi, aku justru suka karenanya.

Kamu, Ryan, adalah yang pertama membuat hatiku berbunga sejak beberapa tahun belakangan ini.

Kamu, yang sudah mengetuk pintu hatiku yang sudah lama terkunci rapat.

Kamu, yang sudah membuat hari-hari di tempat kerja tidak semenakutkan seperti yang aku bayangkan.

Ryan, sekarang, aku tidak bisa mengatakan semua ini padamu, tahukah kamu kenapa?

Ryan, dunia kita sudahlah berbeda. Aku tidak bisa menggapaimu lagi karena kamu sudah bersama dengan para malaikat di sana.

Ryan, terkadang, aku ingin sekali kembali ke masa kita bercanda bersama.

Kamu akan selalu mengajakku makan siang bersama di kantin. Kamu akan selalu mengingatkanku untuk beribadah. Kamu akan selalu bertanya kabarku jika libur kerja.

Ryan, mengingatmu, senyummu, aku sangat sedih. Aku sangat merindukanmu. Tapi, apa yang bisa aku lakukan?

Saat kamu mengantarku pulang pertama kalinya, aku sangat bahagia, apa kamu tahu itu? Mungkin kamu juga tidak tahu.

Apa yang kamu tahu? Tidak ada, karena salahku tidak memberitahumu lebih awal.

Ryan, salahkah jika bahkan sampai sekarang aku masih merindukanmu?

Melihat meja kerja yang biasa kamu gunakan, sekarang di pakai oleh orang lain, biasanya kamu yang duduk di sebelahku, sekarang orang lain menggantikan tempat itu.

Ryan, aku merindukanmu.

Aku masih mengingat setiap saat kamu pasti akan membelaku jika dua temanmu mulai ngomel padaku karena menurut mereka aku tidak becus bekerja.

"Udalah Ris, namanya juga baru." Selalu itu yang kamu katakan pada Aris. Mengabaikan pelototan tajam dari cowok itu yang dia layangkan padamu. Kamu semata-mata akan tersenyum dan memintaku berusaha lebih baik lagi.

Aku masih saja merasa bahwa kamu pergi terlalu cepat. Kebersamaan kita terlalu singkat. Saat pulang, menyusuri jalanan itu, aku selalu mengingatmu. Tahu apa yang sering aku ingat?

Adalah kamu yang menggandeng tanganku saat memaksaku ikut denganmu.

"Udah, aku gak kerepotan kok, kamu ada-ada aja." Katamu saat itu, menggandeng tanganku dan aku hanya bisa tersenyum melihat tangan kita yang saling bertaut.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now