Dear Sahabat

5.5K 177 4
                                    

**

Aku mau bertanya, pada kalian semua wahai manusia...

Wahai para pecinta..

Pertanyaanku cukuplah sederhana. Amat sangat sederhana.

"Apa yang akan kamu lakukan jika kamu terjebak friendzone?"

Tentu kalian tahu istilah itu kan? Itu adalah istilah paling menyakitkan di banding jones dan sejenisnya. Paling tidak menurutku.

Friendzone akan sangat menyiksa karena kamu tidak bisa dan takut mengambil resiko untuk mengaku jika sebenarnya kamu menyukai orang yang selama ini menjadi sahabatmu.

Jika kamu mengaku, resikonya ada dua.

Pertama, mungkin saja sahabatmu itu juga memiliki rasa yang sama dan akhirnya kalian bahagia bersama.

Dan yang kedua,.

Sahabatmu hanya menganggapmu sebagai sahabat, seperti yang selama ini kalian jalani. Dan jika kamu mengakui perasaan 'lebih' mu itu padanya, mungkin dia akan menjauh.

Nah, sekarang pilihan ada di tanganmu.

Seperti yang aku alami dengan seorang yang sudah sembilan tahun ini menjadi sahabatku.

Namanya Janur. Pake N bukan M, jangan salah.

Aku mengenalnya sejak di bangku SMP hingga sekarang.

Janur ini orangnya cukup terbuka. Kami sudah terbiasa berbagi cerita. Dia akan menceritakan segala masalah yang dia alami, baik keluarga maupun pribadi. Begitupula denganku.

Kasarnya, kami ini sudah sama-sama tahu 'borok' masing-masing!!

Kami sudah sedekat itu.

Tapi, belakangan, rasa posesif yang aku miliki padanya berkembang membingungkan. Awalnya aku tidak tahu apa yang aku rasakan. Aku mencari tahu ke beberapa sumber. Dari teman lain hingga ke internet.

Aku sudah seputus asa itu.

Dan semua sumber itu mengatakan, menjawab, memberi keterangan, bahwa aku ternyata sudah menyukai sahabatku sendiri. Memiliki perasaan yang pada awalnya tidak aku inginkan.

Sekarang aku kebingungan.

"Naya! Mau beli rasa apa?" Tanya Janur. Kami sedang pergi bersama sore ini, ke warung bakso langganan kami sejak dulu.

"Janur, emang ada bakso rasa coklat?" Tanyaku.

Lagian, sudah jelas warung bakso, kenapa Janur harus bertanya aku ingin rasa apa! Kan aneh!

Janur tertawa geli.

"Dua, bang! Biasa!" Kata Janur pada abang baksonya. Sementara aku sudah mengambil tempat duduk di bawah kipas angin yang berputar.

Aku kepanasan.

Janur duduk di depanku, mengusili sendok yang ada di meja, memukul-mukul si sendok dengan sendok yang lainnya.

Pecicilan sekali.

"Liburan gini gak mau ke mana gitu?!" Tanyaku. Janur mendongak memandangku.

"Pengennya sih ke penghulu." Selorohnya. Aku memutar mataku.

"Goblok! Kuliah aja belum kelar-kelar pake sok mau ke penghulu segala!" Seruku. Janur terkekeh.

Si Abang bakso datang dan membawakan pesanan kami. Dia tersenyum penuh arti.

Sudah jutaan kali aku dan Janur makan bakso di sini. Bahkan si Abang bakso berpikir kami ini pacaran. Walaupun aku sudah membantah -dengan perasaan gamang sebenarnya- tapi, tetap saja si Abang berpikir kalau aku dan Janur itu pasangan impian.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now