Our Story

1K 39 0
                                    

---- Episode 1 ----

-----

Seorang pemuda menginjakkan kakinya di tempat yang sudah lama dia tinggalkan. Kota kelahirannnya. Negaranya. Dia merindukan udara panas namun lembab ini, suara mesin-mesin kendaraan yang melintas dengan serampangan, bunyi banyaknya klakson dari pengemudi yang tidak sabaran. Dia menghirup udara banyak-banyak untuk mengisi paru-parunya yang merindukan hal ini. Mengedarkan pandangan dan tersenyum walau tidak ada yang menyambut kedatangannya. Dia tidak memiliki keluarga di sini. Dulu, dia tinggal berdua dengan sang ibu, tapi wanita itu sudah meninggal tiga bulan lalu.

"Aku pulang, Ma..."

Pemuda bernama Davin itu melangkah, meninggalkan taksi yang menggerutu karena Davin terlalu lama mengambil barang-barangnya dari bagasi.

Davin baru berusia delapan belas, dia baru saja lulus SMA, oleh karena itu dia pergi, kabur lebih tepatnya, karena tidak tahan jika harus tinggal dengan keluarga ayah tirinya.

Davin masuk ke rumah yang sudah lama dia tinggalkan, tapi masih terawat karena ibunya menyuruh seseorang untuk menjaga rumah itu. Harta peninggalan satu-satunya dari orangtuanya, kakek-nenek Davin yang sudah lama meninggal.

Davin tidak keberatan tinggal sendiri, dia bisa mencari kerja apa saja asal yang menghasilkan uang. Davin membersihkan rumah itu dengan perlahan, memandang sekeliling rumah yang sama sekali tidak berubah setelah enam tahun dia tinggalkan. Bahkan kursi dari kayu jati yang sering ibunya duduki juga masih berdiri kokoh di tempatnya, tidak bergeser sedikitpun.

Sore hari Davin selesai membersihkan rumah itu, dia masuk ke kamar untuk mengganti bajunya yang sudah kotor dan berkeringat. Kamar ini berubah, langit-langit kamarnya sudah mengelupas, tidak sekokoh dulu lagi. David menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang berderit.

"Home sweet home."

Keesokan harinya, Davin berkeliling kota untuk mencari kerja, tidak mudah, apalagi untuk lulusan SMA seperti dirinya, yang mengenyam pendidikan lebih tinggi saja susah mendapat kerja. Namun Davin tidak boleh menyerah.

Saat siang dan merasa lapar, cuaca juga sudah semakin panas, Davin mampir ke sebuah warung makan, memilih menu seadanya dan meminta air dingin. Sudah lama sekali dia merindukan masakan rumahan begini. Saat akan membayar, Davin membuka dompet dan melihat foto ibunya di apit oleh dua orang pria, yang katanya teman sekolahnya, dan katanya lagi...

Salah satu dari pria itu adalah ayah kandung Davin yang selama ini di rahasiakan darinya. Dia tidak tahu yang mana ayah kandungnya. Dia sama sekali tidak mirip dengan kedua pria itu.

Davin duduk di halte, membuka kancing bagian atas kemejanya karena cuaca sangat panas, jika sudah begini, dia malah merindukan udara dingin di Jepang. Davin menggeleng, dia tidak boleh berpikir begitu. Hanya akan menimbulkan rasa bersalah saja, karena dia kabur dari rumah ayah tirinya di Jepang. Pria itu pasti sedang bingung mencari Davin...

"Maafkan aku, ayah."

Davin harus berjalan kaki, karena di samping dia harus berhemat, dia juga bisa mencari kerja di toko-toko pinggir jalan yang dia lewati, walaupun masih saja belum membuahkan hasil.

Saat dia sudah merasa sangat lelah dan rasanya seperti mau pingsan, Davin memandang kendaraan yang berlalu lalang, dia mengangkat jempolnya, trik ini biasanya berhasil di beberapa negara yang pernah dia singgahi dulu.

Tapi, di sini agak...lain. Semua kendaraan itu bersikap seakan Davin tidak eksis. Setelah hampir satu jam, barulah ada sebuah suv putih berhenti di depannya, kaca jendela mobil itu terbuka.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now