Berat Sekali Menanggungnya...

3.1K 134 0
                                    

**

Tidak ada yang bisa menjelaskan kenapa aku bisa menyukai perempuan itu.

Perempuan yang usianya terpaut jauh dariku.

Perempuan yang bisa di bilang lebih cocok menjadi ibuku.

Aku mengingat dengan jelas pertama kali aku bertemu dengannya.

Saat itu usiaku baru menginjak delapan tahun. Kelas dua sekolah dasar.

Teman-teman yang lain ribut mengatakan akan ada guru baru. Mereka senang. Tidak terkecuali aku. Sudah lama sekali tidak ada guru yang mengajar. Sekolah di sekolahan yang baru di rintis memang seperti ini, begitu yang di katakan ibuku.

Aku harus maklum dan menerima.

Jadi, saat terdengar kabar akan ada guru baru, kami semua sangat senang. Tidak sabar. Penasaran, seperti apa guru baru itu.

Apakah galak? Apakah baik? Dan tentu saja, apakah cantik, seperti Iva, teman sepermainanku?

Ah, aku yang masih kanak-kanak saja saat itu sudah mengerti dengan istilah cantik.

Dan guru itupun datang.

Dia tidak cantik seperti Iva, tapi, dari wajahnya aku bisa menebak bahwa guru baru itu adalah orang yang baik dan tidak galak.

Satu lagi, dia manis. Iya, aku yang masih kanak-kanak saat itu sudah kenal dengan istilah cantik dan manis.

Namanya Tiara. Ibu Tiara, dengan panggilan itulah dia akan di panggil di sekolah oleh teman-temanku.

Dan dia juga sangat baik, sabar. Mau bersabar menghadapi kelakuan murid-muridnya yang bertingkah kurang ajar.

Tapi, suatu hari, ada salah satu temanku, namanya Rio, dia mengganggu Ibu Tiara, entah apa yang dia lakukan, aku tidak melihat dengan jelas.

Yang pasti, ibu Tiara pergi meninggalkan kelas dan tidak kembali lagi.

Tentu saja kami semua satu kelas kena marah oleh kepala sekolah. Tiga hari, ibu Tiara tidak datang.

Aku....kangen. iya, aku tahu rumah ibu Tiara yang kebetulan tidak jauh dari rumah dan sekolahku, tapi, aku takut jika harus datang ke rumahnya. Tapi, aku juga kangen padanya.

Karena perasaan kangen itu sudah tidak bisa di tanggung oleh tubuh kecilku, akhirnya aku iseng datang ke rumah ibu Tiara.

Sekedar melihat apa yang sedang dia lakukan jika di rumah.

Di luar dugaan, ibu Tiara ternyata terlihat sangat bahagia. Dia tersenyum saat aku melihat dia tengah menggendong bayi laki-laki. Aku tidak tahu apakah itu anaknya. Tapi, kata teman yang lain, ibu Tiara belum menikah dan belum punya anak.

Tapi, bayi itu...

"Aih, Lana sama siapa ke sininya?" Tanya ibu Tiara saat dia melihatku. Sambil menggendong bayi laki-laki yang entah siapa itu.

Aku tidak menjawab. Aku cuma melihat matanya yang terlihat bahagia. Setelah itu aku lari, pergi. Pulang. Dan aku malah menangis. Tangisan yang tidak aku mengerti apa sebabnya.

"Lana, kamu kenapa mewek?" Tanya kak Hasan, kakakku. Aku tidak menjawab dan masuk ke kamar. Menyembunyikan tubuh kecilku dari dunia yang tidak aku mengerti.

Aku marah karena ibu Tiara jauh lebih sayang pada bayi itu daripada padaku...

Aku...cemburu.

Entah sudah berapa hari aku tidak sekolah. Aku tidak semangat sekolah. Bahkan omelan kak Hasan dan ibuku juga tidak aku pedulikan.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now