Pernikahan Ini Begitu... (2)

1.2K 84 9
                                    

***

Laras dan Halim sedang sarapan di hari minggu. Halim libur kerja jadi santai di rumah. Pra itu mengatakan jika dia akan keluar rumah menjelang sore. Ada janji kencan dengan Keke.

Laras cuma mengangguk, sekuat tenaga menenangkan hatinya sendiri yang berdenyut menyakitkan saat mendengar Halim mengatakan itu.

Saat Halim pergi, Laras juga keluar rumah, dia tidak mau terkurung dan menjadi memikirkan banyak hal.

Laras duduk di taman kota yang baru selesai di bangun, masih sepi karena belum banyak yang bisa di lihat. Laras menghela nafas, memukuli dadanya yang masih saja terasa sakit.

Lalu tentu saja hujan turun dengan begitu derasnya hingga Laras kebasahan dan buru-buru mencari tempat berteduh. Untunglah ada bangunan yang sepertinya sebuah mushalla yang masih belum jadi, Laras masuk ke sana setengah basah.

Hujan semakin lebat, Laras menelpon Halim, ingin bertanya apakah pria itu sudah selesai kencan dan bisa menjemputnya pulang. Tapi, Halim tidak menjawab panggilan itu, hingga tiga kali dan Laras menyerah. Mungkin Tuhan mau dia menunggu hujan mereda.

Laras jongkok di pojokan, memeluk dirinya sendiri karena cuaca sangat dingin di tambah pakaiannya yang lembab, mana dia cuma memakai dress tipis.

Laras menangis lagi, entah kenapa. Mungkin karena cuaca, iya, pasti itu dan bukan karena Halim yang mengabaikannya.

Hari sudah senja dan hujan masih belum mereda, Laras mulai ketakutan karena mushalla itu belum di lengkapi dengan listrik jadi pasti akan gelap jika malam tiba.

Laras memandang ponselnya, Halim bahkan tidak repot-repot bertanya...

Kemudian Laras teringat pria itu. Pria yang baru dia temui beberapa kali sejak pesta pernikahannya. Sepupu Halim yang selama ini membantunya...walau cuma kebetulan.

Dengan keberanian super, Laras terpaksa menelpon pria itu dan meminta di jemput. Pria itu berjanji akan segera datang.

Entah kenapa Laras malah semakin menangis.

***

Yuda mengemudikan mobilnya dengan kencang dan tergesa-gesa. Saat mendengar Laras tadi dia merasa...

Yuda sampai di taman dan mencari mushalla. Bangunan itu memiliki dinding berupa kaca bening tembus pandang, jadi Yuda bisa melihat Laras dari tempatnya berdiri.

Dan Yuda tahu jika Laras tengah menangis sambil memeluk dirinya sendiri. Diam-diam Yuda jadi ingin memukul Halim.

Yuda masuk, Laras mendongak dan buru-buru menghapus air matanya, percuma, pikir Yuda, aku sudah melihat semuanya sejak tadi.

Tapi Yuda berpura-pura tidak tahu dan tersenyum lebar, "maaf lama," katanya.

Laras menggeleng, "gak kok. Makasih udah jemput, kak..." katanya.

Yuda melirik dress Laras yang setengah basah, dia menghela nafas dan melepas jasnya, memakaikannya pada Laras.

"Ayo aku antar pulang," ajak Yuda.

Laras bergeming, dia tidak ingin bertemu Halim dengan kondisi seperti sekarang. Jadi dia mendongak memandang Yuda, "bisa aku ke rumahmu saja, kak? Nanti Halim bisa jemput di sana." Yuda bisa mendengar nada ragu Laras, gadis itu bahkan tidak yakin Halim akan menjemputnya atau tidak.

Tapi, Yuda cuma mengangguk dan mengajak Laras ke rumahnya.

"Duduklah. Aku buatkan minuman hangat untukmu," kata Yuda sambil menunjuk sofa di ruang depan, Laras duduk diam.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now