Be Happy '3

1K 65 13
                                    

****

Langkahku terhenti saat baru saja keluar dari taksi. Jam segini biasanya aku memiliki aktivitas pagi yang biasa sebelum kerja. Mengantar Rena ke sekolah. Setelah itu baru aku ke kantor.

Tanganku yang menggandeng tangan Rena mencengkramnya erat, aku tidak mau melepaskan putriku.

"Papa!!" Panggil Rena, dia berniat menghampiri ayahnya yang berdiri tidak jauh dari kami.

Tapi, aku menahan tangan Rena.

"Ma, Papa di sana," kata Rena, seakan aku tidak melihat saja.

"Sayang, kamu harus segera ke kelas," kataku mengingatkan.

Rama berjalan mendekat, dia tersenyum pada Rena. Tapi, bukan pria itu yang membuatku marah.

Melainkan orang yang berjalan di sampingnya. Aku tidak menyangka kalau mereka mulai berani pamer di depan umum.

"Rena, sayang!" Panggil Rama sok manis.

Rena memandangku, memintaku melepaskan tangannya. Aku menghela nafas dan terpaksa melepaskan tangan Rena, sehingga sekarang anak itu berlari memeluk Rama.

Aku menatap perempuan di samping Rama. Aku tahu, dia adalah orang menyebalkan. Tapi aku tidak mengerti, kenapa Rama harus membawa perempuan itu?!

"Kamu belum ke kantor?" Tanya Rama padaku.

Aku tidak menjawabnya.

Rama menghela nafas panjang, dia mengusap-usap rambut Rena dan tersenyum pada gadis itu, "kamu masuk kelas yah, nanti terlambat. Papa akan datang lagi besok," katanya.

Rena mengangguk, dia mencium pipi Rama sebelum melenggang pergi. Aku tahu Rena memang lebih sayang pada ayahnya!

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Rama padaku.

Aku mendengus, "untuk apa kamu bertanya? Lagipula kita masih bertemu di kantor dan kamu tidak seharusnya bertanya saat ada pacarmu bersamamu," ejekku sinis.

Sungguh, perasaan cinta yang selama ini aku miliki, entah pergi ke mana. Hatiku terlalu sakit oleh pengkhianatan sehingga cinta itu mati, mungkin.

Yang jelas, aku sudah tidak mencintai Rama lagi.

"Aku..."

"Aku tidak peduli. Tapi, bisakah kamu jangan temui Rena jika sedang bersama perempuan itu? Aku tidak suka!" kataku lugas.

"Memangnya kenapa? Rena juga akan jadi anakku!" kata Yuli frontal.

Aku memelototinya, "dia tidak akan pernah menjadi anakmu, meskipun kalian menikah!" Teriakku.

Enak saja dia mengatakan itu! Rena itu anakku!

"Lihat Ram, tempramen mantan istrimu buruk sekali," kata Yuli mencibir.

"Sudahlah, kamu diam, Yuli." sela Rama, dia memandangku dengan kalut, aku tidak peduli.

'tin tin tin'

Suara klakson mobil itu membuatku terlonjak, aku menoleh dan melihat sebuah Mercedes-Benz warna hitam berhenti tepat di sampingku.

Aku kenal mobil itu.

Pak Michael keluar dari mobil, dia memasang wajah datar dan berdiri di sebelahku, sementara Rama dan Yuli mengangguk hormat.

"Kenapa kamu masih bengong di sini? Sudah jam berapa sekarang?" Tanya pak Michael.

"Maaf pak, tadi saya..." Pak Michael menghentikan ucapanku dengan melambaikan tangannya.

"Kalian juga sebaiknya segera berangkat ke kantor," katanya pada dua sejoli di depan kami.

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now