Pantone pms 100c

186 16 0
                                    

[Mahesa]

Hari ini free ice cream nya rasa matcha. Aku gak suka :(

Warna kuning muda yang kupilih sebagai latar ruang percakapan dengan Rana di aplikasi tukar pesan, bawa bahagia. Seperti kehadirannya yang bawa tawa, warna kuning juga identik dengan euforia.

Makan siang hari ini tidak bisa dihabiskan bersama Rana, karena waktu jaga parlornya yang tidak serasi dengan break makan siangku. Berakhirlah aku di restoran dekat rumah sakit menghabiskan waktu makan dengan Farhan, Keanu, dan Tiana yang juga sedang istirahat di sela jadwal kami.

Keajaiban dunia kami bisa bekerja di rumah sakit yang sama, setelah lulus dari kampus yang sama.

"Itu nasi lama-lama kabur gara-gara liat orang bucin senyum-senyum mandangin hape," Keanu meledek sambil dorong-dorong mangkuk rice bowl ku.

Astaga. Ganggu aja.

"Bentar. Gue bales chatnya Rana dulu."

"Ya Allah Ya Tuhan berikanlah keadilan untuk jiwa yang kesepian."

Keanu itu memang punya sejuta kelebihan dalam dirinya. Salah satu kelebihannya adalah sifatnya yang berlebihan. Ya, begitu.

"Sirik aja, Nu. Makanya cari pacar."

"Betul. Tuh, dengerin kata Tiana."

Aku tertawa lihat wajah konyol Keanu yang sekarang terpojok oleh balasan Farhan dan Tiana. Biarkan saja mereka sekarang bergelut memperebutkan mahkota 'jiwa sendiri tapi tidak mengenaskan'. Aku harus balas pesan Rana terlebih dahulu. Yang paling penting. Nomor satu.

Nanti aku marahin managernya. Balasku dengan canda

Setelahnya, aku buka aplikasi pesan-antar makanan. Aku cari nama parlor es krim tempat Rana bekerja. Satu big cup choco forest ice cream aku masukkan ke keranjang belanja dan kirimkan ke alamat parlor es krim yang sama, setelah satu pesan aku ketikkan di kolom chat dengan pengemudi yang tersedua.

Tidak sampai lima ketukan waktu, masuk pesan baru dari kamu.

Gaya banget emang kamu siapa?

Aku tertawa sampai harus letakkan ponsel di atas meja. Tangan kananku kini sibuk tutup mulut. Malu juga kalau dilihat kolega lain yang lalu lalang di kafetaria rumah sakit.

"MAHESA ASTAGA! Kayak bocah SD baru kenal cinta senyum-senyum begitu."

Saat aku angkat kepala, Farhan juga ternyata sedang tertawa di sebelah sana. Entah karena tingkah Keanu yang antik dan penuh drama, atau menertawakan aku yang bahagia karena Rana.

"Tapi iya deh, Sa. Kayaknya sama yang dulu-dulu gak segininya," kata Tania.

Belum sempat aku berkata apa-apa saat Farhan menyahut. "Hmm, setuju. Keliatan jauh lebih jatuh cinta kalo yang sekarang."

"Jauh lebih bucin. Bilang aja gitu, Han. Ribet amat bahasa lu," Keanu dengan seribu satu protesnya.

Betul. Tidak ada yang salah dari komentar mereka. Bersama Rana, rasanya jauh lebih bahagia dari hubungan-hubungan sebelumnya. Mungkin karena ia lebih muda, lebih banyak tawa. Mungkin karena Rana bukan datang dari latar yang sama, lebih banyak topik untuk saling bicara.

Walaupun hari-hari kami bukan hanya tentang pelangi dan bunga, tapi segalanya terasa berbeda. Terasa mudah. Menyenangkan.

Mungkin karena dia Rana. Hanya itu.

"Lah. Malah senyum-senyum. Capek banget, Gusti." Keanu buat gestur dan ekspresi seperti mau menangis.

Aku mendengus menahan tawa. "Ya kalian yang mulai-mulai."

Mereka diam. Seperti tanpa suara menyuruhku untuk melanjutkan. Tuh, kan. Jangan salahkan aku.

"Karena, rasanya kalau sama Rana, gak ada kupu-kupu di perut ala anak SMA jatuh cinta. Tapi segala yang berhubungan sama dia, kesannya kayak coming home. Semua tepat pada tempatnya, bikin betah lama-lama."

Keanu tepuk tangan dua kali. "Walaupun ini bukan pertama kalinya gue denger lo sepuitis ini pas ngomongin Rana, masih aja gue kerasa takjub."

"Sama. Mahesa yang dulu kan pacaran cuma sekedarnya. Makanya kita putus, ya kan Sa?"

"Na, udah jangan diingetin lagi masa-masa kita pacaran cuma karena pengin punya tempat buat nangis aja, ah," protesku.

Agak memalukan kalau diingat-ingat beratnya masa KOAS dulu sampai jalan keluar yang aku dan Tiana pilih adalah memacari satu sama lain agar punya tempat mengadu dan menangis. Akhirnya? Kami malah makin pusing sendiri.

"Lagian ada-ada aja kalian berdua," Farhan dengan komentar singkatnya. Lebih datar lagi nada bicaranya setiap topik tentang episode aku dan Tiana dibahas. Sepertinya ada sesuatu di sana, tapi itu lain cerita. Biar Farhan yang buka segalanya.

Ada getar dari ponselku di atas meja. Satu pesan dari Rana masuk kembali. Lalu pesan selanjutnya, sampai bulat lima pesan datang sebelum sempat aku buka.

Kamu ya yang pesenin es krim dari parlor ke parlor?

Mahesa apa sih pake titip ke abang ojeknya buat bilang i love you lagi. Kamu mah

Males banget gombal

Tapi suka

Makasih ya. Aku sayang. I love you juga :(

Warna Warni Cerita Kita ㅡ [COMPLETED]Where stories live. Discover now