Pantone 19-4524

98 9 0
                                    

[Mahesa]

Senyum dengan mudahnya terbit begitu saja saat aku lihat Mario berlari kecil dari pintu kelasnya. Adik Rana yang hanya ada satu di dunia itu melambaikan tangan dengan penuh semangat kepada dua teman yang berjalan bersamanya dari dalam kelas. Satu anak di sebelah kiri Mario memberinya high five sebelum menempeleng kepala Mario dari belakang dengan main-main. Mario tertawa saja.

Anak kecil dengan kebahagiannya yang mudah dan sederhana.

"Adik kamu yang mana, Rana?" tanya Mama. Sebelah lengan Mama memeluk lembut bahu Rana. Hatiku hangat melihatnya.

"Itu, Tante. Yang tasnya warna tosca gambar robot."

Seakan sadar kalau ia sedang dibicarakan, Mario menoleh tepat ke arah Rana dan melambaikan tangannya dengan riang. Dibalas sama semangatnya oleh Rana.

Aku memang tidak terlalu sering bertemu Mario. Masih bisa dihitung dengan jari kedua tangan, berapa kali aku dan Mario bertemu secara langsung. Paling sering saat aku antarkan Rana pulang ke rumah. Itupun, biasanya Mario hanya melihat dari balik jendela, atau sebatas berdiri di depan pintu, jika sedang tidak ada Bapak.

Mungkin, itu sebabnya lari Mario melambat saat melihatku dan Mama. Bocah kecil itu terlihat gugup.

Lucu. Mario sangat mirip dengan Rana.

Mario genggam tangan Rana yang terjulur ke arahnya. Aku mengusap kepalanya yang tertutup topi merah khas seragam anak seumurannya. Dengan tatapan ragu-ragu, ia berdiri menempel ke samping Rana.

"Hai anak keren," ucapku.

Mario tersenyum, menunjukkan deretan giginya yang masih belum terlalu lengkap. Masih ada jendela-jendela karena gigi permanen belum tumbuh dengan sempurna di tempat yang ditinggalkan oleh gigi susu.

"Hai Kak Mahesa. Makasih ya, udah anterin Kakak aku kesini."

Untuk ukuran anak seumurannya, Mario sungguh dewasa dan santun dalam berkata-kata. Aku tidak bisa menahan senyumku. Ada rasa kagum melihat Mario, tanpa disuruh oleh siapa-siapa, berterima kasih karena aku mengantar Kakaknya.

"Sama-sama, jagoan," balasku.

"Halo. Mario, ya?"

Perhatian Mario kini teralih ke Mama yang menyapanya dengan ramah

"Iya. Boleh aku tau Tante siapa?" tanya Mario dengan suara kecil dan santun.

Sama sepertiku, Mama tersenyum. Seakan kagum atas kesopanan yang menyelimuti tutur kata Mario.

"Boleh dong. Nama Tante, Elisa. Mamanya Kak Mahesa. Salam kenal, ya."

Mario mengangguk dengan senyuman. Ia sambut uluran tangan Mama sebagai bentuk perkenalan.

"Halo Tante Elisa. Aku Mario, adiknya Kak Rana."

"Pleasure to meet you," kata Mama.

Dengan kerutan bingung di dahinya, Mario mendongak. Menatao Rana dan berucap dengan suara kecil. Ia pasti berharap aku dan Mama tidak bisa mendengarnya. Tapi, suara Mario tidak cukup pelan ternyata.

"Sama kayak 'nice to meet you' gak, Kak? Aku di sekolah diajarinnya itu."

Rana tertawa. Ia jawil pipi kiri adiknya dengan gemas. "Sama."

Seperti mendapat kepercayaan dirinya kembali, Mario menatap Mama. "Nice to meet you too," ucapnya mantap.

Mama tersenyum semakin lebar. "Yuk, kita berangkat. Katanya Mario mau beli sesuatu di toko buku, ya?"

"Iya," jawab Mario pada Mama. "Tapi emang gak apa-apa, Kak?" Tanyanya kemudian, pada Rana.

Rana menatapku kini, seakan mengatakan kalau 'lihat? Mario sama denganku. Ia juga ragu', kira-kira begitu.

Aku putuskan untuk bawa tubuhku berlutut di depan Mario. Menyetarakan tinggi kami agar aku bisa tatap matanya tanpa ia harus mendongak.

"Gak apa-apa, dong. Kita anterin Mario ke toko buku, sekalian Tante Elisa ada yang mau dibeli juga di Mall. Mau?"

Mata Mario berbinar senang. "Mau! Kak Rana mau juga, kan? Aku gak mau kalau kak Rana gak mau."

Rana tertawa. Ia peluk tubuh adiknya erat dari belakang dengan gemas. "Mau, kok."

"YEAY! Semoga Bapak belum pulang pas kita sampai rumah, ya Kak!" ucap Mario dengan girang. Tidaj sadar kalau perkatannya barusan bisa timbulkan pertanyaan di kepala Mama.

Kalimat Mario buat Rana terdiam. Aku memberi tatapan yang kuharap sedikit bisa menenangkan dan meyakinkan Rana kalau, tidak apa-apa, jangan khawatir.

Rana menghembuskan nafas, samar-samar.

Dalam hati aku berdoa, semoga Mama tidak bingung ataupun menaruh curiga, dan tidak akan bertanya apa-apa.

Warna Warni Cerita Kita ㅡ [COMPLETED]Where stories live. Discover now