Pantone PMS 7658 C

100 9 0
                                    

[Rana]

Aku lebih dari bingung.

Setelah bertahun-tahun rasanya dilupakan, setelah ribuan hari terewati diisi dengan ketidakhadirannya di sisi, tiba-tiba saja beliau menunjukkan tanda-tanda kalau dirinya ada. Kalau dirinya, Ibuku, disini.

Tak pernah kubayangkan, setelah puluhan minggu terlewati tanpa sosoknya, aku akan pulang disambut dengan gulai ayam buatan Ibu. Walaupun cara makanan ini menyambutku adalah lewat lemparan Bapak.

Hidup memang suka bercanda.

Halo, Dunia? Boleh tidak aku meminta kalian untuk berhenti mempermainkan takdirku sekali saja?

"Apa sih ini maksudnya?" ucapku pada diri sendiri. Setetes air mata tanpa sadar jatuh dari kelopak mata. Begitu besar sepertinya kefrustasian dalam satu bulir air di mataku itu, sampai-sampai tak sanggup lagi ia untuk diam dan bertahan di dalam kantungnya.

Kusingkirkan air mataku dalam satu kejap. Jangan sampai ia sempat memanggil teman-temannya yang lain untuk ikut terjun ke pipiku.

Aku mengambil kain lap dan membersihkan kuah gulai yang berserakan dimana-mana, membuang kotak makan yang rusak tak bernyawa, dan memunguti potongan ayam yang bahkan tak sempat kucicipi rasanya. Kubersihkan dan aku buang segalanya karena sudah tidak terselamatkan.

Kalau diizinkan untuk berteriak sekali saja, aku akan ucapkan selantang-lantangnya kalau aku muak. Aku benci kenapa situasi seperti selalu mempermainkanku seperti ini.

Apa maksud Ibu tiba-tiba menyelinap masuk ke rumah saat tidak ada orang, dan meninggalkan makanan di kamarku?

Kenapa Bapak begitu membenciku, seakan-akan aku adalah penyebab hancurnya keluarga yang sudah di ujung tali kematian?

Benci mengakuinya, tapi tidak bisa dipungkiri lagi kalau hidupku ini miris sekali.

Siapa sih aku, sebenarnya? Cinderella?

Terlalu banyak tanya. Tidak berguna. Tidak ada yang punya jawaban untuk semua hal yang aku ingin tahu. Pun jika Bapak atau Ibu bisa menjawab, itu semua tidak berguna.

Ibu entah dimana. Bapak sudah kepalang benci pada anaknya yang bernama Rana.

Haha. Komedi.

Langkahku menuju kamar agak terseok. Ternyata rasa ngilu di tulang keringku cukup buat repot.

Sesampainya aku di kamar, hal pertama yang aku lakukan adalah memeriksa segala barangku masih berada tepat pada tempatnya. Kunjungan Bapak ke satu-satunya sudut teraman yang kumiliki di rumah ini selalu buatku resah.

Kali ini, semua barangku masih rapi di posisinya. Entah apa yang Bapak cari, sepertinya ia tidak sempat menemukannya. Mungkin kepalang murka melihat cinderamata dari Ibu tadi.

Aku buka laci di meja samping tempat tidurku. Dari sana, aku ambil satu tabung berisi obat oles yang diresepkan Farhan saat aku dirumahsakitkan beberapa waktu lalu. Memar di tubuhku karena kejadian waktu itu sudah sembuh saat obat ini baru kupakai setengahnya. Sepertinya berguna untuk kakiku yang dalam waktu beberapa jam akan menjadi ungu buruk rupa.

"Ikuti resep ya, Rana. Jangan dikonsumsi sembarangan."

Kata-kata Kak Farhan saat itu muncul di kepalaku. Buatku membuka kotak percakapanku dan Farhan, sebelum mengetikan satu kalimat tanya disana.




Malam, kak farhan. Maaf ganggu.
Lagi sibuk gak ya, kak?





Kak Farhan tidak membalas sampai sepuluh menit berikutnya. Mungkin ia sibuk. Seperti Mahesa yang terkadanh mendapat jadwal jaga di tengah malam buta. Aku jadi merasa tidak enak mengganggu waktunya dengan kepentinganku yang tidak seberapa.

Sebelum aku sempat menghapus pesanku yang tidak kunjung dibaca sejak beberapa menit lalu, datang balasan dari Kak Farhan.




Hai, Rana.
Gpp. Tanya aja.






Jadi gini kak. Aku ada memar
Obat oles yg waktu itu boleh aku pakai
buat memar aku yang ini ga kak?
Aku izin kirim fotonya ya, kak
[picture sent]





Boleh.

Asal gak ada luka terbuka.







Oh begitu, alhamdulillah

Terima kasih kak, maaf ganggu







Sama2.

Gpp. Saya ga terganggu.






Sekali lg terima kasih kak




Untunglah jika obat ini bisa dipakai. Setidaknya, satu masalah tidak perlu aku khawatirkan. Memarku ada obatnya.

Besok aku akan ceritakan tentang hal ini pada Mahesa. Seperti dirinya yang ingin selalu ada, aku ingin Mahesaku tahu, kalau bagiku, keberadaannya berarti lebih dari dunia dan seisinya.

Warna Warni Cerita Kita ㅡ [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon