Pantone 20-0089 TPM

73 7 0
                                    

[Rana]

Hari ini hujan. Hari kedua setelah Mahesa memberi kabar bahwa ia akan menetap di villa untuk sementara. Awan mendung kelabu tua menutupi langit pagi yang seharusnya biru muda. Menghalangi sinar matahari yang seharusnya menyapa bumi sejak tadi.

Aku bergidik tanpa sengaja saat angin dingin masuk lewat jendela kamarku yang dibuka tidak sebetapa.

Rencana hari ini adalah aku akan bertatap muka dengan penguji dan dosen pembimbingku untuk menyelesaikan BAB lima yang sungguh menguras tenaga. Sorenya, akan kuhabiskan dengan mengambil jam tambahan di parlor selagi Mario mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mewarnai di sekolahnya.

Tapi sepertinya semesta punya pandangan lain tentang hari ini. Pesan dari dosen-dosen ku di ruang berbincang kelompok mahasiswa bimbingan menginformasikan bahwa mereka tidak bisa datang karena hujan menghadang. Banjir, mungkin. Aku tidak paham, dan tidak ada penjelasan sampai kesana. Cukup untuk membuatku paham kalau jika aku tetap memaksakan untuk berangkat, maka tetap saja tidak ada guna.

Beruntung Mario sudah berangkat sebelum tetesan pertama gerimis mencium tanah dengan manis. Setidaknya, adikku itu sampai ke sekolah dengan baju yang masih rapi dan tidak basah barang satu senti.

Aku bangkit dan menutup jendela kamarku, yang kusennya kini ikut mendingin akibat hembusan angin. Tak sengaja, siku ku bersentuhan dengan kotak di atas meja.

Hadiah ulang tahun dari Mahesa yang belum sempat ku buka.

Tidak memiliki kegiatan lain yang lebih berarti, aku buka perlahan ikat pita yang kelihatannya disimpul dengan sangat hati-hati. Kertas buram menutupi bagian atas dari isi kotak. Setelah ku sibak, terlihat baju hangat berwarna lilac yang tempo hari pernah ku bicarakan dengan Mahesa.

Hatiku...menghangat. Mahesa menyimpan niat dengan begitu rapi tentang hadiah ini. Mengingat hal kecil yang sebenarnya bisa berlalu begitu saja tanpa arti.

Aku angkat dengan hati-hati baju hangat dari dalam kotak, untuk kucoba secara langsung. Setiap potongannya memeluk tubuhku dengan tepat.

Rana yang terlihat di bayangan cermin tersenyum manis. Rana yang terlihat di bayangan cermin terlihat bahagia, tanpa beban tak kasat mata di kepala dan pundaknya.

Rana yang kuharap bisa hidup seperi Rana yang asli.

Dua foto ku abadikan untuk kukirim ke Mahesa bersamaan dengan ucapan terima kasih nanti.

Ku amati kembali kotak hitam tadi yang ternyata masih menyimpan kotak kecil di dalamnya.

Gelang silver berbentuk rantai tipis dan halus ada di sana. Dengan lempengan kecil berbentuk persegi panjang di tengahnya. Indah. Buat aku jatuh cinta lagi dan lagi pada Mahesa.

Sepucuk surat kecil bertengger dengan manis di sebelahnya. Hanya terlipat dua, tidak banyak kata di dalamnya, namun penuh makna yang luar biasa.

This bracelet will make sure you would never be alone when i am not around. Happy birthday, love.


Aku tersenyum. Mungkin Rana di semesta yang lain akan menangis di saat ini. Tapi tidak ada satupun air mata jatuh di pipi ku. Hanya rasa bahagia yang memelukku seperti selimut rajut yang menenangkan dan memberi rasa nyaman.

"Thank you," aku berbisik kecil.

Lempengen di tengah gelang ternyata memiliki tulisan di baliknya. Berbeda dengan sisi atasnya yang polos sempurna, di sisi bawah terlihat ukiran yang membentuk tulisan pendek tersemat disana.

I will be ok

Aku tersenyum tipis. Rasanya seperti mendapat kecupan hangat di dahi. Seakan mimpi buruk terusir sempurna dan digantikan oleh pelangi. Bak mendapat harapan yang tak terlalu jauh untuk digapai.

"I hope i will."

~

a.n

aku keinget belum kasih tau kalian isi kadonya hehe di chapter ini ga terjadi apa-apa, filler dulu sebentar hehehehehe

nanti kita ketemu lagi ya!!<3

Warna Warni Cerita Kita ㅡ [COMPLETED]Where stories live. Discover now