After Rain Chapter 23

0 2 0
                                    

🍁 After Rain Chapter 23 🍁

"Hentikan!"

Di saat Aken sudah pasrah akan nasib malangnya, sebuah suara menumbuhkan harapannya.

Gadis berambut hitam sepunggung menggerakkan ponsel merekam Jezrine, kedua rekan Jezrine, Aken, serta cowok yang akan menyentuh Aken.

Kesal karena kecolongan dengan keberadaan gadis rambut hitam itu, Jezrine membuang puntung rokok dan menginjaknya. Kemudian dia bergerak cepat hendak merebut ponsel dari sang gadis, tetapi kalah cepat karena gadis rambut hitam terurai lebih dulu menghindar.

"Kau terlambat, Jez. Aku sudah merekamnya langsung dan mengirimkannya pada Avril. Kalau sampai terjadi sesuatu padaku atau Aken, maka kalian bisa tinggal di dalam penjara."

Jezrine yang merasa tersudutkan, melihat Aken menahan amarah. "Lepaskan dia."

Perintah Jezrine tentu saja langsung dituruti kedua rekan Jezrine serta cowok yang nyaris merenggut kehormatan Aken.

"Kau puas ... Ketua?" kata Jezrine pada Prima.

Rupanya, bukan hanya ada Prima anak HarBa yang ada di sana, tetapi juga ada dua remaja laki-laki dan seorang gadis bernama Alexa yang Jezrine ketahui dari anak SMP HarBa 2.

Jezrine melangkah dengan sengaja menghantamkan sisi bahunya dengan bahu Prima. Dia beranjak pergi dari sana diikuti ketiga temannya tanpa merasa bersalah.

Setelah kepergian Jezrine cs, Prima dan ketiga remaja dari SMP 2 HarBa segera memberi pertolongan pada Aken.

Keesokan harinya, kabar perundungan Aken tersebar di kalangan anak sekolah. Bukan Prima yang menyebarkan, tetapi anak HarBa 2. Juga video yang Prima rekam tidak tersebar, Prima hanya menjadikan rekaman itu sebagai alat agar Jezrine tidak kembali berbuat ulah. Licik memang, tetapi begitulah cara Prima mengendalikan lawannya.

Hingga kabar itu sampai di telinga sang ayah, Jezrine mendapatkan hukuman fisik yang tidak main-main. Selain ditampar, dipukul, dan ditendang, Jezrine juga mendapatkan cambukkan sampai Jezrine jatuh pingsan tak berdaya.

Mamihnya-lah yang menemani Jezrine dikala sakit. Gadis itu mendapatkan kembali kekuatannya dari ucapan sang mamih yang mengatakan, "Apa yang sudah kau lakukan kemarin, sudah, ya? Jangan lakukan lagi. Jangan mengemis belas kasih dari Papihmu lagi. Mamih dan Jezrine harus bisa membuktikan pada Papih, kalau kita bisa bahagia tanpa Papih. Jezrine mau kan, bahagia dengan Mamih? Kita akan bahagia meskipun hanya berdua. Kita tidak membutuhkan siapa pun lagi untuk bahagia. Hanya ada Mamih dan Jezrine."

Di atas brankar rumah sakit, Jezrine hanya bisa mengangguk patuh atas ucapan sang Mamih.

"Aku benci Papih, Mih," ucap Jezrine lirih.

"Iya, sayang. Lepaskan Papih. Jangan menyiksa diri lagi, ya? Jezrine harus bahagia. Mamih akan selalu ada buat Jezrine. Jadi Jezrine jangan berharap pada Papih lagi, ya?" balas sang mamih sembari mengusap air mata di sudut mata dan bawah pelipis Jezrine.

Wanita modis berwajah tirus serta berkulit putih pucat karena tidak memakai riasan itu kemudian memeluk Jezrine. Jezrine pun menangis dalam dekapan wanita yang sudah melahirkannya.

Masih di atas menara, Jezrine mengusap air matanya yang keluar begitu saja karena menceritakan masa lalunya pada Judhy.

"Aku menceritakan ini karena aku percaya padamu. Ah, ralat. Maksudku kau anak baru yang sudah diam-diam aku amati. Kau memiliki sorot mata yang sama denganku. Sorot mata yang ingin menghancurkan dunia, agar dunia tahu, bahwa kau ada. Hanya saja yang berbeda dari kita, adalah aku tidak bisa menahan diri dari lukaku, sedangkan kau ...." Jezrine menelan ludah, lalu menoleh Judhy serius. "Kau bisa menyembunyikan lukamu sangat rapi, bahkan dari orang terdekatmu, Arin."

After Rain Season 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang