🍁 After Rain Chapter 57 🍁

0 2 0
                                    

🍁 After Rain Chapter 57 🍁

🍁 Udara pengap menghantarkan awan kelabu menghiasi langit kota. Cuaca yang tadi terik menyengat berubah teduh disertai angin. Para pengendara banyak tidak sabaran saat berada di lampu merah, ingin segera sampai ke rumah.

Perlahan, tetapi pasti, butiran-butiran kecil cair nan lembut bak debu berterbangan menyapa penduduk bumi. Seiring detik jarum jam mengitari angka di sekelilingnya, butiran itu turun cepat, semakin cepat, dan semakin cepat, hingga orang-orang yang sudah bersiap tancap gas terpaksa mengurangi kecepatan karena jalanan mulai licin. Hujan terlalu deras untuk diterobos.

"Apa dia masih jauh?" tanya wanita bercardigan gelap berpadu dengan rok bunga selutut.

"Sebentar lagi, Nyonya. Menurut informasi, Nona ada di halte jalan depan sana," jawab pria berdasi di balik kemudi yang turut mengantri di antara deretan kendaraan roda dua dan empat lainnya, menunggu lampu hijau.

"Jam berapa sekarang?" tanya wanita itu lagi pada wanita yang lebih muda darinya di sisi kanan, sang asisten.

"Jam setengah enam, Nyonya."

Wanita yang dipanggil Nyonya itu tampak cemas begitu mengetahui waktu ternyata sudah akan malam. Dalam ketidaktenangannya, wanita itu mengalihkan pandangan ke arah luar jendela bersamaan dengan mobil mulai bergerak perlahan.

"Dek ... maafin Bunda, ya. Bunda belum bisa cerita tentang apa yang terjadi dengan Bunda dan Ayah di masa lalu. Dan mungkin ... tidak akan pernah bisa kami menceritakannya padamu," batinnya.

"Nyonya, udaranya dingin, pakailah jas ini agar tubuh Nyonya lebih hangat. Saya tidak mau Nyonya nanti sakit lagi dan sampai Tuan marah sama Nona karena Nyonya memaksa untuk menjemputnya."

Nyonya Kristin menoleh dengan sorot membenarkan perkataan sang asisten. Kalau sampai kesehatannya semakin memburuk, yang ada sang suami akan memarahi putrinya yang tidak tahu menahu tentang niatnya untuk menjemput. Nyonya Kristin pun menerima jas tersebut dan langsung memakainya.

Ya, satu jam sebelumnya, Nyonya Kristin sebenarnya masih berada di ruang rawat, tetapi dia tidak tenang memikirkan anaknya yang memutuskan pergi. Lama bergulat dengan batin, akhirnya wanita itu memutuskan untuk membawa putrinya pulang.

Saat itu juga Nyonya Kristin memerintahkan sang asisten untuk menghubungi orang suruhan Tuan Yohan yang mengawasi keberadaan anaknya. Setelah mendapatkan titik lokasinya, tanpa berpikir lagi Nyonya Kristin langsung bersiap menuju tempat di mana sang putri berada.

"Kau tidak apa-apa hanya memakai kaus?" tanya Nyonya Kristin pada sang asisten setelah diam cukup lama.

"Tidak apa-apa, Nyonya. Fisikku sudah terlatih dengan cuaca dingin seperti ini."

Nyonya Kristin mengangguk mengerti. Kepalanya tak henti memikirkan bagaimana perlakuan dirinya terhadap Judhy semenjak Judhy masih kecil. Memang benar, belaian jemari hangatnya lebih sering menyentuh wajah Franklin ketimbang Judhy. Lalu kebersamaannya pun lebih sering dengan anak laki-laki dibandingkan anak perempuannya. Hal yang paling membekas adalah saat Judhy minta ikut ke rumah sakit, lalu berakhir menangis dan mendapat pukulan dari Tuan Yohan.

Me-nye-sal!

Kalau saja bisa memutar waktu, Nyonya Kristin ingin mengulang hari itu dan membawa Judhy kecil bersamanya ke rumah sakit. Ah, sayang sekali, waktu tak pernah mau berkompromi barang sedetik pun.

"Nyonya, sudah sampai." Suara sang asisten membuyarkan lamunan Nyonya Kristin.

Wanita dengan raut lelah itu lantas menoleh ke sisi kiri jalan dan mendapati sebuah halte. Matanya bergulir mengikuti dudukan halte. Begitu menemukan sosok yang dicari, wanita itu langsung beranjak turun tanpa aba-aba.

After Rain Season 1 (END)Where stories live. Discover now