🌱 After Rain Chapter 31🌱

0 2 0
                                    

🌱 After Rain Chapter 31🌱

Larut malam, Rocky mendatangi Kevan yang sedang bersantai di ruang tengah yang menyatu dengan area makan. Kevan langsung menurunkan kaki dari meja dan bangkit dari duduk begitu menyadari keberadaan Rocky.

"Hey. Belum tidur putraku?" ucap Kevan basa-basi.

"Aku sudah bilang kalau aku akan menghajarmu begitu kita pulang, kan, Tuan?"

Kevan sedikit mengalihkan pandangannya sejenak dari Rocky, dia berpikir kalau Rocky sudah melupakannya, ternyata salah. "Ah, iya. Aku ingat dengan perkataanmu itu. Makanya aku menunggumu di sini. Jadi ... apa sekarang waktunya?" Kevan berusaha tenang, meskipun dalam hati, dia ingin sekali Rocky tidak menghajar wajah mulusnya itu.

"Kalau begitu kau sudah siap?"

"Ya." Kevan pasrah.

Akan tetapi, Kevan salah sangka. Pria itu mengira Rocky akan mengajaknya ke ruang latihan tinju dan baru akan menghajarnya di sana. Ternyata, justru di tempat Kevan sekarang berdirilah Rocky langsung memberikan pukulan keras yang membuat Kevan terkejut dan meringis.

Kevan meraba pipi kiri, lalu menatap Rocky datar. Belum sempat pria itu melontarkan protes, Rocky sudah kembali menghajarnya dua kali pukulan hingga Kevan kelimpungan dan jatuh ke lantai.

Tanpa mau menunggu Kevan untuk bangkit, Rocky langsung mendorong tubuh Kevan hingga terlentang dan langsung duduk di atasnya. Pukulan bertubi-tubi didapat Kevan di kedua pipinya. Pria itu memang sengaja tak melawan karena sudah bertekad untuk menebus kesalahannya di masa lalu.

Sampai akhirnya, tubuh Rocky ditarik menjauh oleh dua anak buah Kevan yang melihat aksi Rocky tersebut.

Sedikit terlambat memang anak buahnya datang menolong, tetapi setidaknya Kevan terselamatkan. Meskipun wajahnya sudah penuh dengan lebam. Bahkan sudut bibirnya berdarah.

Rocky yang tampak belum puas memukuli Kevan, sorot matanya masih menghujam mata Kevan. Namun ketika dia ingat dengan surat yang berisi nasehat sang ibu agar dia menjadi anak baik, membuat Rocky seakan tersadar atas apa yang dia lakukan. Sorot mata tajamnya meredup. Dia kemudian bangkit dan beranjak keluar.

Melalui tatapannya, Kevan memerintahkan agar kedua anak buahnya mengikuti Rocky. Sementara Kevan, dia berusaha membaringkan diri di sofa dan menghubungi seseorang.

"Ah, pukulannya makin kuat saja dibandingkan waktu itu," ujar Kevan menahan nyeri di wajah.

Sementara Rocky, dia terus mengayunkan kaki menyusuri jalanan yang sepi. Dia tahu kalau dirinya diikuti, tetapi memilih untuk tidak peduli.

Sampai dirasa sudah jauh melangkah, Rocky memutuskan berhenti. Dia mengulurkan tangan ke samping dan menumpukan lengannya di batang pohon. Cowok itu menjatuhkan pandang ke ujung kakinya yang hanya memakai sandal jepit harga lima belas ribuan.

Lama dalam posisi itu, dia berpindah menjadi duduk bersandar pada pohon tersebut. Pandangannya menerawang jauh, bertanya dalam hati bagaimana kabar ibunya.

"Bu, Krish kangen. Bisakah Ibu pulang? Tadinya aku sama Bapak, tapi Bapak juga menghilang tanpa kabar. Krish kesepian, Bu. Krish mau hidup kita seperti dulu lagi. Meskipun kekurangan uang, tapi kita bisa melihat satu sama lain. Kalau Ibu tidak mau pulang, maka aku yang akan datang ke tempat Ibu. Tidak apa-apa, kan, kalau aku datang ke tempat Ibu?" Rocky menarik kakinya menekuk ke atas dan memeluknya, lalu menyembunyikan wajahnya di sana. Pundak cowok itu bergetar, terdengar isakkan tertahan.

Di sisi pohon yang sama, kedua anak buah Kevan hanya bisa saling memandang satu sama lain sebelum ikut duduk. Keduanya memilih untuk menemani Rocky yang sudah tidak memiliki siapa pun sebagai tempat pulang. Selain karena perintah dari Kevan, kedua pria yang hampir kepala empat sudah menganggap Rocky seperti anak mereka sendiri.

Rocky memang sulit diajak bicara dan lebih banyak merespons dengan tatapan serta membiarkan lawan bicaranya mengartikan sendiri akan arti tatapan tersebut. Namun, semua anak buah Kevan, termasuk Kevan, sangat senang akan kehadiran Rocky di tengah-tengah mereka.

Karena anak itu, mereka jadi memiliki pekerjaan halal lantaran tidak ingin memberikan Rocky makanan dan minuman dari uang yang dihasilkan dengan cara tidak baik.

Dari supir angkutan kota, penjual gorengan keliling, membuka warung kecil di pinggir jalan yang biasa menjadi tempat tongkrongan anak muda, sampai mendirikan bengkel kecil, mereka mau melakukan pekerjaan tersebut. Semua mereka lakukan atas perintah Kevan untuk membantu pria itu mendapatkan uang halal. Semua demi kebaikan Rocky, harapan yang bisa menerangi kehidupan mereka yang sudah terlanjur gelap.

Akan tetapi, karena Kevan memiliki banyak anak buah, pria itu tentu saja tidak bisa mengandalkan penghasilan dari usaha-usaha kecilnya untuk menghidupi orang-orang yang bekerja padanya. Lantaran hal itu, bisnis club malam miliknya tetap berjalan.

Ya, Kevan memang sudah berniat akan menutup usahanya itu, tetapi tidak sekarang. Entah, kapan.

"Ini sudah mau tengah malam, Dek. Pulang, yuk?" bujuk salah satu anak buah Kevan yang berkulit coklat bertubuh kekar dan berambut agak gondrong. Biasa dipanggil Mang Asep.

"Iya, Dek Rocky. Ini sudah mau tengah malam, cuacanya juga mulai dingin, pulang, yuk?" dukung Mang Jiro yang berperawakan gempal berotot dan berambut rapih belah kanan.

Tak mendapat tanggapan dari Rocky, Mang Asep dan Mang Jiro saling menyandarkan kepala masing-masing. Awalnya mereka terjaga, tetapi karena tiupan malam yang begitu merayu kelopak mata untuk terkatup, keduanya pun terlelap.

Bersamaan dengan itu, Rocky yang sedari tadi menyembunyikan wajah, lantas mengangkat kepala. Dia mengusap sisa air mata, lalu menoleh ke samping. Sorot matanya datar saat melihat Mang Asep dan Mang Jiro sampai tertidur menungguinya. Dia bangkit, lalu melangkah pergi. Dia bertekad untuk mencari ibunya seorang diri.

Namun, tiba-tiba sebuah mobil yang melewatinya kembali mundur. Seorang gadis bertopi putih turun dan memanggil Rocky. "Hey!"

Rocky lantas berbalik, bola matanya tampak membesar sesaat karena kehadiran gadis bertopi itu. Keduanya saling mengunci tatapan. Bahkan, kedua tangan mereka juga sama-sama mengepal di sisi tubuh.

"Arin bilang ... aku memiliki teman masa kecil yang bernama Krish. Dan waktu itu kau bilang kalau kau adalah Krish. Kau mengenalku, tapi aku sama sekali tidak mengenalmu. Jadi ... apakah kita adalah teman di waktu kecil?"

Rocky menelan ludah, masih mengunci rapat mulutnya tanpa melepas tatapannya pada gadis bertopi putih.

"Uhm, maaf. Sebenarnya aku cerita tentang pertemuan kita yang tidak sengaja malam itu pada Arin, lalu Arin bilang kalau kau jangan-jangan adalah Krish teman masa kecilku. Tapi, aku sama sekali tidak ingat dengan sosok Krish. Tidak sedikit pun aku ingat tentang Krish teman masa kecilku. Jadi, kalau kau benar-benar mengenalku, bisakah kau menunjukkan sesuatu agar aku ingat tentang masa lalu kita?"

"Anak-anak memanggilku anak haram dan anak tukang begal. Ibuku seorang wanita penghibur dan ayahku adalah seorang preman jalanan yang suka membegal orang. Aku hanya anak miskin. Sementara kau anak orang kaya. Kau adalah teman pertamaku. Kau adalah satu-satunya orang yang mau berteman denganku di saat yang lain menjauhiku. Kau juga adalah orang yang membelikanku makanan saat jam istirahat, karena kalau aku membelinya sendiri, anak-anak terus menghinaku. Bahkan mereka tidak mau membeli makanan di tempat yang sama denganku. Kau ... adalah orang yang mau mengulurkan tangan di saat aku jatuh. Aku, tidak akan lupa tentang semua kebaikan yang sudah kau lakukan padaku. Tapi kalau kau melupakanku, maka aku terima. Aku sadar diri aku siapa."

Penjelasan Rocky membuat gadis bertopi putih bungkam. Terlalu banyak kata yang masuk ke telinganya, tetapi Judhy ingat inti dari perkataan cowok di hadapan.

"Kau memanggilku Krish, sedangkan aku memanggilmu Auxi. Apa sekarang kau ingat?"

...

After Rain

Diketik: Kamis & Jumat, 9&10 Maret 2023

Dipublikasikan: Minggu, 26 Maret 2023 (20.19 WIB)

After Rain Season 1 (END)Where stories live. Discover now