🍁 After Rain Chapter 66 🍁

0 2 0
                                    

🍁 After Rain Chapter 66 🍁

🍁 "Waktu itu kau bilang ... kalau kita saudara, kan?"

Arah pandang Prima dan Judhy tertuju pada area lapangan. Di sana ada Jeran cs yang sedang bertanding futsal dengan Geldan cs. Jeran melambaikan tangan pada Judhy usai mencetak gol. Namun aksinya itu diabaikan Judhy yang berada di lantai dua.

"Bukannya sesama muslim, kita semua saudara, ya?"

Mendengar jawaban Prima, Judhy menghela napas lelah. Gadis dengan sorot mata tajam dan dalam itu sedang tidak mood untuk berbasa-basi. Dan memang dia tidak suka membuang-buang waktu dengan lawan bicaranya.

Tak berniat bicara lagi, Judhy mengeluarkan permen karet pemberian Prima saat di kantin. Sebelum memasukkan dua potong permen karet sekaligus ke mulut, dia sempat menawarkannya pada Prima. Namun, Prima memberi gelengan sebagai penolakan.

"Kita saudara sepupu," ucap Prima lagi, memandang ke arah lapangan.

Tidak mendapat respons dari Judhy, Prima lantas menoleh dan bertanya, "Kau tidak ingin meminta penjelasan?"

Judhy balas menoleh setelah meletupkan gelembung permen karet. "Dengan senang hati akan kudengarkan kalau kau mau menjelaskannya. Kalau pun tidak, aku tidak memaksa."

Ini dia. Ini dia sifat Judhy yang membuat Prima tertarik ingin berteman dengannya. Judhy pandai memainkan perasaan orang lain melalui kata-katanya. Setiap kalimat yang keluar dari gadis penyuka permen karet itu mampu membuat Prima masuk ke dalamnya. Prima ingin tahu lebih banyak tentang lawan bicaranya.

"Malam tahun baru nanti kau ada acara?" Prima bertanya keluar dari topik pembicaraan.

"Langsung ke intinya."

Sudut bibir Prima tertarik. "Aku ingin mengajakmu balapan. Kau tenang saja, kau bisa menggunakan mobilku. Kau bisa mengendarai mobil, kan?"

"Taruhannya?"

"Kalau kau menang, aku akan memberikan semua informasi yang kutahu tentangmu dan keluargamu. Dan bukan hanya itu, mobilku yang kau gunakan, akan menjadi milikmu."

"Dan kalau aku kalah?" Judhy menatap Prima serius.

"Bagaimana kalau uang seratus juta?" Prima balik badan, menyandarkan punggung pada pembatas balkon, lalu menyilangkan tangannya.

"Aku tambahkan sembilan ratus juta kalau kau menang. Jadi pastikan kau memberikan semua informasi yang kau tahu."

Setelah beradu pandang beberapa detik dengan Prima, Judhy angkat kaki dari sana dan memasuki kelasnya.

Avril dan Alinzy yang berdiri tak jauh dari Prima, lantas segera menghampiri gadis berbando putih.

"Sudah Prim?" tanya Alinzy.

Prima tak menjawab, tetapi dia langsung mengambil langkah menuju kelasnya yang tentu saja diikuti Avril dan Alinzy.

Sementara di lapangan, pertandingan baru saja usai. Tim Jeran menang dengan skor 9-8. Tim Geldan yang kalah pun langsung mengeluarkan uang masing-masing seratus ribu. Jeran dengan senang hati menerima uang itu.

"Lain kali kita taruhan lebih besar." Jeran menepukkan lima lembar uang seratus ribu itu ke bahu Geldan seraya beranjak pergi.

Geldan si cowok berambut belah kanan dan memiliki rambut yang hitam berkilau itu menatap Jeran kesal. "Lain kali kami pasti menang," ucapnya yang ditanggapi lambaian tangan dari Jeran.

"Cabut!" perintah Geldan pada keempat rekan yang menjadi timnya.

Seraya berjalan menuju kelasnya, Jeran mengetikkan pesan pada gadis yang sudah memenuhi setiap titik di dalam kepalanya. Cowok itu tersenyum saat mendapat balasan.

After Rain Season 1 (END)Where stories live. Discover now