🍁 After Rain Chapter 54 🍁

1 2 0
                                    

🍁 After Rain Chapter 54 🍁

Ruangan dengan nuansa putih bersih itu terasa lengang setenang malam yang membungkus kota dengan kegelapan. Angin yang berembus lembut hanya bertiup beberapa detik, lalu kembali sunyi.

Judhy mengalihkan pandangnya ke jendela, sedangkan Nyonya Kristin masih setia menemani gadis itu. Wanita yang terlihat lelah itu meremas rambut dengan kedua tangannya.

Saking sunyinya, embusan napas Nyonya Kristin sampai terdengar oleh putrinya sendiri. Wanita itu sedang terluka akan perkataan putrinya beberapa saat lalu. Beberapa saat sebelum keduanya terbelenggu dalam keheningan.

"Aku sadar, Bunda dan Ayah lebih mengharapkan Franklin yang ada di sisi kalian, bukan? Andai saja aku punya kekuatan untuk menghidupkan orang mati, sudah lama aku akan menghidupkan Franklin untuk Ayah dan Bunda. Aku rela jika harus bertukar tempat dengannya. Bahkan ... itulah yang saat ini sangat aku inginkan," kata Judhy beberapa saat sebelumnya, kemudian mengalihkan pandang ke samping.

Atas perkataan Judhy itu, Nyonya Kristin tak mampu berkata-kata. Memang benar dia lebih senang akan kehadiran Franklin karena Franklin tidak mengingatkannya pada dosa masa lalu. Sementara Judhy? Setiap kali melihat gadis itu, Nyonya Kristin melihat sosok lain, seorang perempuan berparas cantik dengan rambut sedikit pirang terurai, hidung mancung tipis, dan memiliki sorot mata sendu. Ya, itulah sebabnya Nyonya Kristin dan Tuan Yohan jarang sekali berlama-lama berhadapan dengan Judhy, itu karena ... mereka melihat kakak Judhy yang juga seorang perempuan.

Akan tetapi, bukannya segera memberitahukan alasannya, mereka lebih memilih untuk tetap memendam rahasia itu.

"Benar." Akhirnya Nyonya Kristin memberanikan diri untuk mengeluarkan suara, tetapi Judhy tetap pada posisi enggan melihatnya. "Benar katamu. Kehadiran Franklin jauh lebih membuat kami senang, tapi bukan berarti kami lebih menyayangi Franklin dibandingkan kau, sayang. Kami sama-sama menyayangi kalian, hanya saja kami memiliki alasan kenapa berbeda memperlakukan kalian. Tolong maafkan kami."

"Benarkah? Aku ragu dengan apa yang Bunda katakan. Masih ingat? Saat usiaku sepuluh tahun dan minta ikut Bunda ke rumah sakit? Padahal waktu itu aku kesepian karena Franklin tidak pernah pulang, dan memang tidak akan pulang."

Rasa sesak tiba-tiba menyerang dada Nyonya Kristin, wanita itu berusaha menembus dimensi masa lalunya, mengorek kembali memori lama yang dimaksud putrinya.

"Saat itu ...."

Judhy kecil menghampiri Nyonya Kristin yang baru saja keluar dari kamar, sudah berpakaian rapi.

"Bunda mau kerja lagi? Ini kan hari libur?" kata Judhy mendongak agar bisa melihat wajah sang bunda.

"Iya. Bunda hari ini ada pasien dari luar kota yang harus konsultasi dengan Bunda. Dan ... karena pasien dari luar kota, Bunda tidak bisa menundanya besok, kasihan."

"Kalau begitu boleh aku ikut?"

Nyonya Kristin melihat Mbak Opin yang masih sangat muda dan arah pandangnya diikuti Judhy, lalu wanita itu memberi isyarat pada Mbak Opin agar membawa Judhy pergi darinya. Judhy yang bisa membaca gelagat Mbak Opin akan membawanya menjauh dari Nyonya Kristin, langsung memeluk kaki ibundanya.

"Enggak, hari ini aku mau sama Bunda. Pokoknya mau ikut Bunda," ucap Judhy penuh harap.

"Lain kali ya?"

Judhy menggeleng. "Sekali saja Bunda."

"Iya, tapi tidak sekarang."

"Enggak, mau sekarang."

"Tapi rumah sakit bukan tempat untuk anak kecil bermain, Dek ...." Nyonya Kristin masih berusaha sabar menghadapi putri kecilnya.

"Adek janji, enggak lari-larian di rumah sakit, kok. Boleh ya?"

After Rain Season 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang