🌱 After Rain Chapter 47 🌱

1 2 0
                                    

🌱 After Rain Chapter 47 🌱

Pandangan gadis berkaus putih yang dibalut hoodie hitam dan memakai topi jatuh pada gundukan tanah dengan nisan bertuliskan Franklin Gehan Y.. Judhy menatap lama makan sang adik dalam posisi berdiri, sebelum akhirnya dia berjongkok dan mengusap nisan sebagai bentuk salam atas kedatangannya.

Gadis bertopi itu kemudian mendoakan sang adik sesuai dengan keyakinannya saat ini. Lalu kembali menatap nisan dengan sorot sedih.

"Apa kabar, Dek? Apa di sana kau sangat bahagia? Sampai-sampai ... kau lebih memilih pergi dari dunia ini dan membiarkan Kakak yang menemani Ayah dan Bunda," katanya haru.

Judhy kemudian mendongak menatap langit yang cerah berawan. Dia teringat saat dulu masih ada Franklin di sisinya. Bocah berkulit putih dengan rambut sedikit pirang mirip rambut Tuan Yohan itu sangat ramah dan sering tersenyum. Judhy sadar, dirinya dan Franklin jauh berbeda.

"Kak, ayo main bola," kata Franklin mengajak Judhy yang sedang membaca buku dongeng Si Kancil.

"Nanti, Dek. Kata Bunda Kakak harus baca buku dulu sebelum main. Sebentar, ya, satu halaman lagi," jawab Judhy.

Franklin tersenyum, lalu mengangguk dan duduk di samping Judhy sambil memeluk bola plastik. Melihat gambar binatang pada buku yang sedang dibaca Judhy, mata Franklin tampak berbinar.

"Ini binatang apa, Kak?" tanya Franklin menunjuk bintang berwarna hijau dengan moncong panjang dan bermulut lebar, serta memiliki ekor yang runcing.

"Buaya."

"Buaya bisa terbang enggak?"

"Enggak."

"Kalau gituh aku enggak suka buaya."

"Karena enggak bisa terbang?"

Franklin kecil manggut-manggut dengan tatapan yang tak lepas dari halaman buku yang menunjukkan gambar binatang.

"Ini ... harimau, kan?" tanya Franklin menunjuk hewan berwarna orens yang memiliki belang hitam.

"Iya." Judhy kemudian membalik halaman dan memberi pembatas baca di sana.

"Bedanya harimau sama macan, apa?" tanya Franklin saat Judhy akan menaruh buku di rak buku.

"Uhm ...." Judhy tampak berpikir, lalu menggeleng. "Tidak tahu. Sudah yuk, katanya mau main bola?"

Franklin mengangguk senang, lantas gegas berdiri dan berlari ke halaman samping rumah. Halaman dengan rumput rapih terawat itu memang menjadi tempat favorit kakak-beradik untuk bermain. Franklin mulai menendang bola saat Judhy sudah berdiri di bawah tiang gawang mini.

Franklin tertawa senang saat berhasil menendang bola dengan kencang sehingga bola itu tertendang jauh. Judhy memberi acungan jempol sebagai bentuk pujian.

Judhy kemudian berjalan mengambil bola yang tertendang hingga sampai di halaman depan rumah. Kembali bermain dengan Franklin, tak lama kemudian, Mbak Opin dan juga beberapa pekerja di rumah itu ikut bermain. Franklin sangat senang sekaligus kesal saat Mas Krey malah memainkan bola di kakinya, sehingga Franklin kesulitan mengambil bola itu.

"Mas Krey ...." Franklin sampai memeluk kaki Mas Krey untuk menahan pergerakannya.

Sontak, aksi Franklin itu mengundang tawa yang lain, sedangkan Judhy hanya diam mengamati dan hanya tersenyum tipis. Ya, memang sejak kecil Judhy tidak terlalu banyak bicara, kalem, dan jarang melepas tawa seperti adiknya.

Franklin sangat senang ketika berhasil mendapatkan kembali bolanya, padahal, Mas Krey sengaja mengalah. Ditambah lagi, Judhy sengaja tidak menangkap bolanya, membuat bocah empat tahun itu sangat girang karena berhasil mencetak gol.

After Rain Season 1 (END)Where stories live. Discover now