🌱 After Rain Chapter 46 🌱

0 2 0
                                    

🌱 After Rain Chapter 46 🌱

"Kita mau ke mana nih, Raden Ayu Prima ...," ucap gadis berbando putih pada Prima. Dia ... Aken.

"Perpustakaan dekat taman Bintang, bagaimana?"

Pundak Aken menurun tanda tak bersemangat. "Ayolah Prim ... libur gini masih mau pacaran sama buku? Otakmu juga butuh hiburan kali."

Prima tersenyum tipis. "Oke. Kalau gitu kita ke taman Bintang dan makan di sana, setuju?"

"Nah, itu baru aku setuju. Apa lagi kau yang traktir."

"Iya, aku traktir." Prima lalu merangkul pundak Aken, menggiringnya keluar dari kediaman keluarga Prima.

Selama perjalanan, keduanya mengobrol banyak hal. Terutama tentang bagaimana sekolah masing-masing. Sampai saat Prima menyebutkan dirinya akan mencalonkan diri menjadi ketua OSIS, Aken melotot tak percaya.

"Kau yakin mau jadi ketua OSIS?" Aken bertanya tak yakin, pasalnya Prima terkenal angkuh bagi yang tidak mengenalnya, mana ada yang mau memilihnya kalau begitu, pikir Aken.

"Ya ... mau bagaimana lagi, kedua kakakku punya prestasi yang bagus. Mereka juga dulunya pernah menjadi ketua OSIS semasa sekolah, karena itu Papa menuntutku untuk melakukan hal yang sama."

"Oh, keinginan papamu ternyata, aku kira keinginanmu sendiri."

Prima menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Di wajahnya, berhias senyuman samar meremehkan yang ditujukan untuk dirinya sendiri. "Aku sadar diri, Aken. Aku tahu orang yang tidak mudah bergaul dan tidak bisa berbasa-basi dalam pertemanan, jadi jika sampai aku terpilih, itu artinya sebuah keajaiban."

"Nah itu, aku juga berpikiran begitu Prim. Tapi ... kalau kau serius ingin menjadi ketua OSIS, akan lebih baik kalau itu keinginanmu sendiri, Prim. Ya ... secara, jadi ketua OSIS itu tidak mudah. Apa lagi jadi ketua OSIS SMP satu HarBa, ah ... pasti akan sangat sibuk."

Prima menoleh Aken yang duduk di sisi kirinya. "Sayang sekali ya, Ken, kita tidak satu sekolah."

"Ya mau bagaimana lagi, aku gagal saat seleksi penerimaan siswa baru. Tapi masih untung sih, aku bisa diterima di SMP dua HarBa. Setidaknya sama-sama sekolah HarBa."

"Kalau saja Papa ngizinin, aku bakal milih sekolah bareng kau, Ken. Sayang sekali, ya."

Aken menepuk-nepuk pundak Prima sambil tersenyum. "Tidak apa-apa. Yang penting kan, kita bisa tetap main bareng kalau ada waktu. Aku janji deh, bakal lebih giat belajar lagi biar nanti kita bisa lanjut ke SMA yang sama."

Prima hanya mengangguk sekali membalasnya.

Keduanya kemudian turun di taman Bintang dan Prima langsung merangkul Aken, sedangkan mobil yang tadi membawa mereka masuk ke area parkir bawah tanah taman. Karena hari libur, suasana taman cukup ramai. Melihat salah satu bangku panjang kosong di pinggiran taman, Aken dengan cepat menurunkan tangan Prima dari pundak, lalu menarik tangan Prima, mengajaknya berlari.

Aken tertawa senang karena mendapatkan bangku panjang tersebut. Sementara Prima hanya sedikit tersenyum sambil menggeleng. Padahal hanya lari sebentar, tetapi sudah membuat Prima ngos-ngosan dan sedikit berkeringat.

Aken bangkit berdiri. "Kau jaga kursinya, aku yang beli makanan, ya," katanya menawarkan diri.

"Enggak apa-apa nih?"

Aken mengangguk. "Kalau kita berdua pergi, nanti kursi ini ada yang menempati."

"Oke." Prima mengeluarkan uang dari dompet di tas kecilnya. "Ini," ucapnya sembari memberikan uang seratus ribu pada Aken.

After Rain Season 1 (END)Where stories live. Discover now