🌱 After Rain Chapter 30 🌱

0 2 0
                                    

🌱 After Rain Chapter 30 🌱

Malam hari yang tenang, Judhy dibuat kesal akan jadwal baru yang dibuat ayahnya. Kertas yang bahkan sudah dilaminating dalam genggamannya itu benar-benar membuatnya ingin menemui sang ayah dan memprotesnya. Namun, Judhy sadar, dia tidak akan bisa melakukannya karena sikap keras kepala ayahnya. Sekeras apapun Judhy memprotes, Tuan Yohan tidak akan mau mengubah apa yang sudah menjadi keputusannya.

"Ayah sama sekali tak memberiku waktu dengan jadwal baru ini. Apa Ayah ingin menyiksaku secara tidak langsung?" pikirnya.

Tanpa memikirkan resiko ke depannya, gadis itu meraih gunting dari laci meja belajar, lalu menggunting-gunting kertas tersebut dan membuangnya asal.

Beberapa saat kemudian perhatiannya teralihkan ketika pintunya diketuk dari luar.

"Non, ada Non Arin." Suara berat seorang pria yang memang berjaga di depan pintu kamar Judhy terdengar.

Tanpa bersuara, Judhy hanya menekan tombol hijau pada gelang khusus yang ada di meja. Di sana masih ada dua tombol lagi, satu biru, dan satu lagi kuning.

Di luar, sang penjaga pintu yang melihat tombol hijau menyala pada bagian lingkaran samping jam tangan di pergelangan tangannya, lantas membuka kunci pintu dengan menempelkan kartu khusus.

Arin melangkah masuk setelah dipersilahkan. Memang tak semudah itu untuk bertemu dengan sahabatnya. Arin sudah terbiasa dengan prosedur bertamu di rumah kediaman keluarga Yohan.

Melihat kertas yang sudah digunting-gunting, tetapi masih menyatu membentuk pazel, Arin memungutnya sebelum duduk di tepi kasur.

"Ini jadwal baru dari Om Yohan?" tanya Arin setelah membaca rangkaian huruf yang terpotong.

Yang ditanya tak menjawab.

"Pukul tiga lebih tiga puluh menit, kau harus sudah belajar lagi. Lalu pukul lima lebih empat puluh lima menit , istirahat, lanjut lagi pukul setengah enam. Dan baru selesai pukul ... sebelas malam? Ya Tuhan, ini sih namanya penyiksaan secara halus," ucap Arin masih memandangi rangkaian huruf di kertas.

"Eh, tidak ada liburnya lagi. Minggu pagi latihan beladiri dari jam lima tiga puluh sampai dengan jam delapan tiga puluh. Habis itu istirahat, lalu lanjut jam satu sampai jam tiga baca buku. Ah, kalau aku tidak akan sanggup, Judhy," kata Arin lagi, lalu bergerak menghampiri Judhy dan meletakkan kertas tersebut di meja.

"Tante Kristin sudah tahu ini?" Arin bertanya seraya melihat Judhy kasihan.

"Ayah pasti sudah lebih dulu memberitahunya," jawab Judhy setengah enggan.

"Dan kau tidak keberatan?"

Judhy menoleh mendongak untuk bertemu tatap dengan Arin. "Apa aku kelihatan bisa meyakinkan Ayah untuk mengubah jadwal baruku ini?"

Arin melepas udara dalam tubuhnya sedikit berat. Dia juga tahu Tuan Yohan orang seperti apa. Jangankan bicara dengannya, mendengar namanya saja Arin sudah merinding.

Sementara di tempat lain, Nyonya Kristin tampak melihat tak suka pada seorang pria di hadapannya. Wanita paruh baya yang duduk di balik meja kerjanya itu sampai menarik napas panjang untuk mengontrol emosinya.

"Aku tidak yakin dia akan sanggup dengan jadwal barunya," katanya seraya meletakkan kertas yang berisi jadwal baru kegiatan Judhy selama seminggu.

"Kau seorang dokter, jadi kalau dia kenapa-kenapa, ada kau yang akan mengurusnya." Pria berkacamata yang tak lain adalah Tuan Yohan, membalas santai.

"Apa kau tidak merasa kalau kau sudah keterlaluan, Mas Yohan?"

Tuan Yohan menatap datar istrinya, lalu meletakkan dua siku ke meja untuk menopang dagu. "Dunia ini sangat kejam, Kristin. Aku hanya tidak ingin dia menjadi anak yang ketergantungan pada orang lain. Aku ingin menjadikannya anak yang kuat secara fisik dan mental, agar dia tidak mudah tumbang. Aku juga sedang mengajarinya, bahwa dia tidak boleh menaruh kepercayaan berlebihan pada siapa pun, termasuk padaku, kau, dan dirinya sendiri. Karena sebuah kepercayaanlah yang membuat diri seseorang menderita kekecewaan."

After Rain Season 1 (END)Where stories live. Discover now