🍁 After Rain Chapter 68 🍁

0 2 0
                                    

🍁 After Rain Chapter 68 🍁

🍁 Kedatangan Tuan Yohan waktu itu sempurna mengurung Rocky dalam kesendirian. Dia tidak lagi berkeinginan memiliki teman. Namun kalau Auxi tetap menganggapnya teman, maka dia akan menerima dengan tangan terbuka.

"Teman?" gumam Rocky menghentikan kegiatan membaca buku. Cowok itu saat ini tengah duduk bersandar pada batang pohon di tepi jalan, kegiatan yang jadi favoritnya seminggu terakhir sembari menunggu Kevan.

Halaman yang menunjukkan isi soal-soal matematika bangun ruang itu ditatapnya kosong. Pikirannya tengah menerawang jauh, sebenarnya untuk apa dia hidup? Pertanyaan itu memang sering muncul dikala dia kembali terjebak dalam kesepian.

Hidup tanpa tujuan bagai hidup tak tahu jalan, itu yang dia pikirkan. Namun memiliki tujuan untuk membawa pulang orang tuanya yang entah di mana rasanya bagai menggenggam batu berduri, semakin erat digenggam semakin dia merasa kesakitan.

"Ibu ... Bapak ... kapan pulang?" Matanya mengarah lurus pada ujung bagian atas buku. "Auxi tidak mengingatku, Pak. Tadi kami sempat bertemu, tapi ayahnya melarangku berteman dengannya. Aku yakin, Auxi juga diperintahkan demikian oleh ayahnya itu. Sebelumnya aku sudah memiliki teman di SMP-ku sekarang, namanya Welgi, tapi dia juga sudah pergi. Sekarang aku benar-benar tidak memiliki teman, Pak. Aku harus bagaimana sekarang, rasanya sepi sekali, padahal di sini sangat berisik."

Saking sunyinya dunia terasa oleh cowok itu, sampai-sampai dia tidak menyadari Kevan sudah berdiri di dekatnya. Tepukan pria itu di pundak Rocky, membuatnya mendongak.

"Pulang sekarang?"

Rocky hanya diam.

Kevan pun mengambil sikap duduk di tepi trotoar menemani bocah yang sering dipanggil putranya.

"Kau memikirkan anak itu?"

Rocky hanya membalas Kevan dengan sorot tanya, tetapi tidak menuntut jawaban.

"Ayah anak itu juga memperingatkanku agar kau tidak dekat-dekat dengan putrinya. Kalau tidak, dia mengancam akan menghancurkan bisnisku." Kevan bercerita tanpa diminta, pandangannya sedikit mendongak melihat dedaunan serta langit biru. Dalam posisi santainya itu, Kevan membiarkan poni rambut yang sudah menutupi sebagian mata itu tersibak angin.

Beberapa detik merasakan kesejukan angin yang menerpa wajah, Kevan jadi ingin tidur. Dia pun segera mengusap wajah dan bangkit. "Rambutku sudah terlalu panjang, sepertinya aku akan memangkasnya. Jadi, apa kita bisa pulang sekarang?"

Rocky masih pada sikapnya, diam. Namun gerakan tangannya yang menyimpan buku cukup sebagai jawaban bahwa cowok itu pulang sekarang.

"Kau punya wajah yang rupawan, siapa pun yang melihatmu, pasti tidak akan menyangka kalau kau orang dari kalangan bawah. Kau bisa mendapatkan yang lebih dari gadis itu."

Ah, Kevan memang sebaiknya lebih baik tutup mulut jika tidak mengatakan hal yang baik. Karena ucapannya barusan, pria itu mendapatkan delikkan tajam dan tidak bersahabat yang biasa dilayangkan Rocky padanya. Hanya saja kali ini tatapan itu jauh lebih mengerikan seolah Rocky akan menghabisi Kevan saat itu juga.

Kevan meringis. "Maaf."

Rocky tak membalas, dia langsung masuk mobil dan menutup kasar pintu tanpa berminat melihat Kevan sekali lagi.

"Kevan bodoh! Sudah tahu putramu sangat menyukai anak itu, kau malah menyuruhnya mencari gadis lain, ya, tentu saja dia marah," batin Kevan seraya melenggang menuju kursi supir.

Sementara di SMP 1 HarBa, siswa-siswinya baru saja keluar tepat pukul 14.00. Hido dan Bimbim dibuat bingung akan sikap Jeran yang sudah seminggu ini menutup diri dari yang lain.

After Rain Season 1 (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora