|SW 41| Weekend

8.7K 356 657
                                    

Halo besti, ketemu lagi sama Arum di sini. Sebelumnya terimakasih atas antusias teman-teman di part sebelumnya. Terimakasih banyak yang sudah komen spam, untuk yang tetap SIDERS YUK LAH KELUAR DARI ZONA NYAMAN. KOMEN DARI KALIAN SANGAT BERARTI UNTUK AUTHOR 😭💜

GIVE ME 600 KOMEN AGAR AKU KEMBALI UP MALAM INI. GAS KOMEN, JANGAN LUPA VOTE JUGA. MAAF AUTHOR BANYAK MAU😭🥰

TERIMAKASIH SEKALI LAGI ATAS DUKUNGANNYA. GAK KERASA UDAH 41 PART AJA 😭💜

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Selalu ada hal baik dalam sesuatu yang buruk, begitu pula sebaliknya. Kembali lagi pada orang yang menilainya.
|SECRET WIFE|

HAPPY READING 💜

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Riko baru saja mengutarakan apa yang ia rasa, apa yang ia pendam pada Anindya yang tampak menundukkan kepalanya. Dalam hubungannya yang sudah berjalan 4 tahun lamanya, Anindya selalu ada untuknya. Sifatnya yang ceria, dan penuh kasih sayang pada dirinya membuat ia betah. Namun apa yang terjadi belakangan ini? Anindya bahkan jarang sekali membalas chat nya, jarang sekali menemuinya, bahkan untuk sekedar mengobrol bersama pun tak bisa.

Setiap manusia punya pikiran, tapi tidak semua manusia bisa benar-benar menerapkan. Apa Anindya tidak pernah memikirkan bagaimana rasanya menjadi ia? Harus menunggu, kalau pun berhadapan hanya banyak diam seperti sekarang. Dalam benaknya banyak sekali pikiran negatif, apa lagi saat ia melihat jalan dan tanda merah yang cukup banyak di leher Anindya. Ia adalah seorang pria, tapi ia masih bisa menyingkirkan pikiran kotor dan terus percaya bahwa Anindya bukan perempuan seperti apa yang digambarkan oleh pikiran negatifnya. Ia akan terus percaya pada Anindya, karena hubungan yang dibangun atas rasa percaya tidak akan rapuh dan goyang karena satu masalah.

"Jujur saya aku, Nin. Aku ini pacar kamu. Hubungan kita udah lama banget, baru kali ini kamu gak terbuka sama aku. Aku ada salah apa sama kamu?" tanya Riko dengan suara lembutnya.

"Kamu gak salah mas. Aku yang salah," balas Anindya tetap menundukkan kepalanya.

"Kenapa kamu harus disalahkan? Aku gak setuju kalau kamu punya pandangan seperti itu. Kalau hubungan kita ada masalah, kamu bilang biar kita sama-sama perbaiki. Begitu juga kalau aku ada salah sama kamu. Kalau kita terus menerus kaya gini, yang ada justru rasa gak nyaman yang akan kita timbulkan," jelas Riko dengan tatapan seriusnya. Pikiran Riko begitu dewasa dalam menghadapi Anindya.

"Tatap aku, Nin. Bilang kamu ada masalah apa. Kalau kamu kaya gini, aku gak tahu kehadiran aku berguna atau enggak buat kamu," pinta Riko seraya terus mengarahkan pandangnya pada Anindya yang kali ini mendengarkan dirinya. Ia melihat jelas Anindya menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Bibir yang bergetar seolah ia tengah menahan isakannya untuk keluar. Hal seperti ini membuat dirinya lemah. Lemah ketika Anindya merasa rapuh, tapi bukan dirinya yang menjadi obatnya.

"Kamu mau istirahat dulu dari hubungan kita?" tanya Riko pada akhirnya, membuat Anindya tak bisa menjawab iya atau tidak. Karena pada dasarnya yang Anindya ingin katakan adalah kata akhir. Ya, dia ingin mengakhiri semuanya. Ia ingin hubungan mereka berakhir di sini. Ia tak mau Riko terluka lagi karena dirinya yang sudah bersuami.

"Aku mau kita ..." Anindya menggantung kata-katanya. Saat akan mengatakan semuanya, kenapa hatinya berat untuk mengutarakannya. Ia bahkan memegang ujung bajunya erat, berusaha untuk memastikan ia akan baik-baik saja jika harus kehilangan Riko yang sudah menemani nya. Ya, ia harap itu semua fakta, setelah ia mengatakan hal yang sebenarnya.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now