Holiday (Daverick POV)

19K 964 8
                                    

Bolehkah gue berterima kasih pada anak Spring? Berkat mereka gue libur dari sekolah, meski harus dibayar dengan patah tulang rusuk. Mommy gue bahkan gak tahu kalau gue patah tulang. Bokap gue berhasil menutupi kenyataan dengan baik

"Kamu yakin gak apa cuma kamu sama daddy?" Tanya nyokap khawatir

Gue sih cukup mengangguk aja. Bokap sudah menyiapkan semua rencana buat gue berobat ke temennya yang jago banget itu

"Gak apa mom, kenapa juga mom tanya begitu? Memangnya daddy bakal melemparku ke jurang apa?" Gue bercanda sejenak

Nyokap gue terkekeh, mau gak mau gue juga tersenyum

"Mom" panggil gue

"Kenapa sayang?"

"Ish! Jangan pake sayang kenapa mom?! Aku bukan anak kecil mom"

"Ya sudah. Kenapa?"

"Thanks sudah meliburkan Dave dari sekolah. Dave jadi bisa liburan" ujar gue dengan senyum miring khas gue dan bokap demi biar nyokap gak khawatir

"Lah? Ini anak! Mentang-mentang diabsenin! Awas aja nanti kalau nilai kamu turun!!"

"Gak akan"

"Kamu terlalu percaya diri!"

"Lah? Kan aku anak mommy sama daddy yang sama-sama pintar. Kenapa juga aku harus meragukan kepintaran aku?"

Mommy cuma mengangguk-angguk doang. Gue lihat bokap sudah dateng. Gue segera berdiri dari ranjang king size gue

"Udah ah. Mommy mending temani granny tuh! Kayaknya granny bakalan nangis karna gak ketemu aku sebulan" usir gue secara halus

Nyokap memandang gue dan segera beranjak pergi dari kamar gue. Menyisahkan gue dan bokap. Gue berjalan dengan amat lambat, bahkan gue berani jamin kalau ada siput di sebelah gue, mungkin siput itu akan bisa mendahului gue

Keluar dari kamar gue tentu saja gue harus berjalan kayak orang normal. Meski artinya harus memaksa berdiri tegap seperti biasa dan mengakibatkan dada gue linu. Tapi, tetap aja yang namanya Ardlan gak akan pernah nunjukin kelemahannya, meski mereka sekarat sekalipun

"Ayo berangkat!" Ujar bokap gue yang dari tadi berdiri di belakang gue dan baru saja mendahului gue

"Granny jangan nangis! Aku balik bulan depan"

"Tuan muda jangan nakal"

"Granny, aku bukan anak umur lima tahun! Masa granny kasih aku wejangan kayak gitu!"

Granny tertawa. Nyokap juga ikut tertawa. Gue cuma tersenyum tipis. Gue memasuki mobil bokap yang sudah nangkring di depan pintu. Mobil sejenis SUV dengan warna hitam mengkilap, tumben banget, biasanya juga mobil sedan

"Hhh..." Gue menghela napas pelan, sangat pelan

Rasanya lelah. Gue memejamkan mata gue sebentar dan mendengar suara pintu mobil tertutup menandakan bokap gue udah duduk di sebelah gue

"Sesak?" Tanya bokap

Gue menggeleng

"Gak kok dad, gak apa" ujar gue bohong

Gue melepas semua kancing kemeja gue. Memang rasanya sesak banget kayak dihimpit sama batu gede, belum lagi linunya tiap gue menarik napas dalam. Gue lihat bokap menggelengkan kepalanya sebentar, lalu dia sibuk dengan laptopnya

"Kan Dave sudah bilang" ujar gue

"Harusnya daddy sama mommy urusin aja pekerjaan kalian. Dave gak apa-apa. Dave sudah besar juga lagian"

Gue menatap ke arah bokap gue. Dia sendiri menatap gue dengan tatapan yang aneh menurut gue. Bokap gue mendengus dan kembali mengetik sesuatu di laptopnya

"Dad"

"Hn"

"Rio itu punya adik kan?"

"Kenapa kamu tiba-tiba tanya tentang Rio?"

"Cuma tanya"

Sebenarnya gue penasaran. Siapa tahu malaikat gue itu adiknya Rio.

"Ada. Tapi, mommy kamu yang pernah ketemu sama dia"

"Dad gak pernah ketemu?"

"Not even once"

"Oh..."

Gue kembali diam dan menatap kerjaan dad yang kayaknya banyak banget. Mata gue juga sebenernya masih ngantuk. Gue menggeser kepala gue dan memejamkan kembali mata gue. Baru gue mau pulas tiba-tiba mobil yang gue tumpangi ini ngerem mendadak

"Kkhh..." Ringis gue nyeri. Karena mobil yang ngerem mendadak, badan gue tertarik ke depan dan terlempar balik ke kursi dan rasanya dada gue remuk

"Dave!" Bokap langsung membantu gue membetulkan posisi duduk gue

Laptop dia yang jatuh aja dia biarin tergeletak di bawah

"Ma-maaf bos" ujar supir gue takut-takut

Gue berusaha menetralkan rasa sakit gue

"Ada apaan sih? Pake ngerem segala" gerutu gue, meski sambil menahan nyeri

"Anak kecil nyeberang sembarangan tuan muda"

"Jalan lah! Udah nyeberang kan tuh anak?"

"S-sudah tuan muda"

Supir gue kembali melajukan mobil gue. Bokap gue sendiri gak jadi ngomelin si supir. Mungkin karna gue udah marah duluan tadi. Oke, sekarang gimana caranya gue tidur kalau dada gue masih sangat nyeri karna hal tadi? Gue berusaha memejamkan mata dan bernapas dengan normal meski susah

"Dave"

Gue membuka mata, melirik bokap gue yang kini sedang menatap gue. Ah! Gue baru tahu sekarang ternyata tatapan itu tatapan khawatir dia. Jangan salahkan gue kalau gue gak tahu itu tatapan khawatir dia! Karna bokap gue jarang ada di rumah dan dia sangat stoic, poker face, emotionless atau apalah itu namanya

"Dave?" Panggil dia sekali lagi

"Hn. Kenapa dad?"

"Masih sakit?"

Gue menggeleng. Bokap gue menghela napas. Dia bergeser mendekati gue. Tangannya mengambil beberapa bantal dari kursi paling belakang dan menjadikan bantal-bantal itu sanggahan punggung gue juga sanggahan bagian kanan gue yang kebetulan pintu

"Bantal mommy?" Tanya gue penasaran

"Hn"

Gue mengangguk sekilas "thanks dad" ujar gue

"Masih sakit?"

"Tidak terlalu"

Gue akui, bokap gue tipe orang yang cuek dan arogan. Satu kesalahan yang kecil aja bisa membuat lo berada diantara hidup dan mati. Tapi gue akui, bokap gak pernah membiarkan keluarganya tersakiti. Baik oleh musuhnya maupun karna sakit, atau karna siapapun. Mungkin prinsip dia, cuma dia doang yang boleh menyakiti keluarganya termasuk gue. Eh! Cuma gue doang deh yang sering dia hajar pake tangannya. Mommy mana pernah. Orang dia kalau dekat sama mommy jadi "jinak" dan agak mesum

"Tidur saja! Matamu sudah merah semua begitu!" Suruhnya

"Mata Dave memang merah Dad! Kan dad yang turunkan mata merah itu ke Dave" canda gue

"Tidur Dave! Tidak ada bantahan!"

Gue milih diam aja deh kalo nada otoriternya udah keluar. Nyerah gue

Gue memejamkan mata dan mulai masuk ke alam mimpi gue. Dua kalimat yang gue denger terakhir dari mulut bokap gue sebelum gue bener-bener pulas

"Kemudikan dengan benar! Kalau terjadi seperti tadi aku akan melemparmu ke jurang!"

Ancaman bokap ke supir dan satu lagi gue gak yakin kalau gue gak salah denger

"Have a nice dream son, and hurry up get well soon, jagoan"

Itu yang gue denger, dan gue juga sempet merasakan usapan tangan di helaian rambut gue, lalu sesuatu yang hangat menyelimuti badan gue yang setengah shirtless. Entah mimpi atau bukan gue juga gak tahu. Entah lah.

[KAS #1] King And Queen (Of The Underworld)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang