Attacked (Daverick POV)

17.4K 877 3
                                    

Sudah dua hari gue merasa ada memperhatikan gue dari luar jendela sana. Entah feeling gue doang atau emang ada yang perhatiin gue. Gue sendiri gak ambil pusing, apalagi ngadu ke bokap. Hell! Gue bukan anak cewek!

Kayak biasa gue berjalan di sekitar rumah yang seperti Villa ini dan kembali ke kamar gue. Terlalu malas buat melihat anak buah bokap gue. Setelah tinggal disini selama dua minggu, anak buah bokap gue banyak yang melihat gue di kamar. Kemarin bokap baru aja pergi. Dia pulang menjemput nyokap dan terbang entah ke negara mana

"Hoammm..."gue menguap

Bosan dengan buku yang ada di tangan gue, pintu kamar gue terbuka dan menampakan Rio dengan seragam Sky yang masih nempel di badannya

"Baru balik lo?"

"Hn"

"Terus ngapain lo kesini?"

"Males balik! Jendral iblis lagi di rumah!"

Gue liat baju sohib gue berantakan dengan bercak darah disana-sini

"Takut mobil sama blackdiamond card lo dicabut lagi yak?" Tanya gue jahil

"Yoi"

Gak lama ponsel Rio bergetar. Rio menatap malas ponselnya

"Halo mom"

"Iya. Rio lagi di tempat Dave"

"Oke bentar"

Rio menjulurkan ponselnya ke gue

"Apaan?" Ujar gue tanpa suara

"Angkat aja nyokap mau ngomong"

Gue mengambil ponsel itu

"Halo"

"Dave. Alexander disana?"

"Iya om. Rio disini. Baru aja nyampe, tadi saya minjam catatan Rio om"

"Oh. Yasudah. Rayzen?"

"Dad lagi keluar negeri om. Kemarin dad jemput mom terus langsung berangkat pake private jet"

"Hn"

"Dave, tolong bilang ke Rio kalau mau nginap disana, besok jangan telat ke sekolah"

"Iya tante"

"Cepat sembuh"

"Iya tan terima kasih"

Gue memutus sambungan telepon itu dan mengembalikan ponsel Rio

"Kampret lo! Bokap lo yang ngomong"

"Mana gue tahu tadi yang nelpon nyokap gue. Tapi, thanks udah bantuin gue cari alasan"

"Nyantai aja bro! Udah ah. Gue mau tidur!" Ujar gue

Gue segera berbaring ranjang gue dan gue dengar Rio membanting badannya di sofa. Gue sih biarin aja dia tidur dimana pun yang dia mau termasuk di ranjang yang gue pake sekalipun karena dia tidurnya anteng gak lasak. Jadi gue aman tanpa harus takut tiba-tiba di peluk kayak pasangan homo

"Yo!"

"Hn"

"Kenalin gue sama ade lo kek!"

"Gak!"

"Pelit lo!"

"Emang!"

Gue gak melanjutkan lagi ucapan gue karna gue tahu Rio udah ngorok di alam mimpi. Gue juga memejamkan mata gue yang terasa berat. Untuk terakhir kali gue melihat keluar jendela dan gue masih merasa ada yang mengawasi gue. Mungkin anak buah bokap

......

Bruugghhh

Brakk

Krakk

Bletakk

Dorr

Suara tembakan membuat mata gue terbuka. Meski keadaan sedang gelap. Gue lihat Rio juga sudah bangun dan sedang mencari alat yang bisa di pakai buat memukul

"Napa gak bangunin gue nyet!" Gumam gue

"Lo kayak babi tidurnya! Cape gue bangunin lo!"

Gue mengambil tiang infus yang sejak tiga hari yang lalu udah jadi pajangan doang. Gue copotin tuh gagang dan gue ambil bagian atasnya doang. Rio sendiri memegang pentungan golf dan sebuah pentungan baseball di tangan satunya

Suara berisik semakin mendekat ke arah kamar gue. Keadaan gelap membuat gue kesel setengah mati

Brakk

Pintu kamar gue di dobrak. Gue dan Rio segera melawan siapa yang masuk ke kamar gue. Anak buah bokap juga beberapa membantu gue dan Rio dengan cepat

Bugghhh

"Sial!" Pinggang gue kena ke tampol sama tuh orang

Gue segera menghajar dia dengan gagang infus di tangan gue. Gue lihat Rio udah hilang entah kemana. Mungkin dia ngelawan gerombolan laen

Dorr

Sebuah peluru berhasil nyerempet di betis gue. Mau gak mau gue tersungkur, dengan rasa panas di betis gue

"Damn!"

Seseorang memukul tengkuk gue dan yang lain menghajar habis gue secara bersamaan. Terakhir mereka narik gue entah kemana. Anak buah bokap juga udah banyak yang tewas gue liat. Gue ditarik ke ruangan gede di Villa ini. Gue liat Rio keadaannya gak lebih baik dari gue, malah dia udah bonyok banget mukanya. Gue juga lihat pundaknya berdarah

'Ketembak dia' pikir gue

Gue mencoba melawan mereka dan sebuah pisau justru menyabet pinggang gue, dan satu pisau lagi malah sudah nancep di paha gue, membuat gue bersimpuh di lantai. Om Jammy sendiri sudah babak belur juga tapi masih hidup

"Oh dia anak dari keluarga Ardlan!"

"Siapa lo?!" Tanya gue lantang

"Siapa gue? Penting apa?" Itu orang tertawa dengan suara yang bikin kepala gue mumet

"Berisik lo njing!" Maki gue

Bughh

"Uhukk.." Dia nampol perut gue dengan kerasnya

"Cuma segitu doang?! Elah! Gak ada sekukunya dari bokap gue!!!" Ujar gue nantangin, tapi gue jujur kok, emang gak lebih sakit dari tampolan bokap gue

"Banyak bacot lo!! Bocah tengik!!!"

Bughh

Jduaghh

"Cih!" Gue mendecih

"Gue benci banget sama mata merah itu!!! Mata dari anjing kampung itu!!!"

Bughh

Orang itu nampol muka gue. Gue malah menyeringai

"Anjing lo bilang? Lo mau tahu lo itu apa? Kutu!! Kutu sampah!!! Seenggaknya Anjing masih punya harga mahal dibanding kutu!!!" Bentak gue

Gak terima gue kalau bokap gue dikatain Anjing! Lah secara gue yang tampan ini anjing juga dong kalo bokap gue anjing!

Sebuah pukulan dari ujung belakang pistol mengenai pelipis gue dan mulai berdarah. Itu orang mengarahkan pistolnya ke arah gue

Dorr

Gue rasa perut gue berlubang sekarang. Puas memukuli gue dan Rio, orang-orang itu menarik gue dan melemparkan gue ke gudang bersama dengan Rio dan om Jammy yang udah semaput dari tadi

"Lo gak pa-pa Yo?" Tanya gue

"Lo liatnya apa nyet?!"

Gue terkekeh, tangan gue menekan luka hasil dari tembakan tadi

"Tahu gini gue nolak liburan aja deh"

"Tahu gini mending tadi gue balik dan ketemu jendral iblis aja!" Gurau Rio

Gue tahu Rio juga nahan sakit di punggung kirinya yang kena tembakan juga. Sial! Sepertinya gue dan Rio harus menghabiskan malam dengan terkurung di gudang bokap gue sendiri

[KAS #1] King And Queen (Of The Underworld)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang