The Game

9.3K 422 12
                                    

Dario menggebrak meja kerjanya dengan kasar. Berita yang baru saja dilihatnya membuatnya geram setengah mati. Dia benar-benar ingin segera kembali ke Kanzpia dan menghajar Daverick. Tak peduli pria itu adalah temannya sejak kecil

"Bastard!!" Umpat Dario

Ares yang kebetulan sedang berada di Marvinia kini tengah duduk di dekat putranya. Beberapa menit yang lalu, dia mendengar gebrakan keras dari ruangan anaknya. Tentu saja, dia penasaran dengan apa yang dilakukan putranya

"Kenapa kamu?"

Dario mendongakan kepalanya dan menatap ayahnya yang kini hendak duduk di sofa

"Apa dad belum baca cerita?"

"Sudah"

"Dad diam saja?"

Ares tidak menjawab dia malah sibuk mengutak-atik ponselnya

"Dad, aku serius"

"Memangnya Dad tertawa?"

Dario mengusap wajahnya dengan kasar. Dia frustasi mendengar ucapan ayahnya

"Tenanglah sedikit. Erika saja tidak seheboh kamu. Padahal dia yang sedang diselingkuhi"

Dario pasti sudah menganga lebar, jika dia tidak menjaga image-nya. Dario menggelengkan kepalanya

"Apa ada sesuatu yang Alex tidak tahu?"

Ares melirik putranya sekilas sebelum kembali menatap layar ponselnya

"Sesuatu apa?"

"Ya... Entahlah..."

"Kalau kamu saja tidak tahu apa itu, bagaimana Dad bisa tahu?"

Dario terdiam. Lelah berbicara apada ayahnya yang malah berujung dengan semua pertanyaan kembali padanya bukan terjawab. Sementara di tempat lain Daverick sedang menatap koran paginya dengan tatapan jengah

"Morning Dave"

Daverick melirik wanita itu sekilas. Kini dia sedang tinggal di apartment miliknya. Dia membeli apartment itu dua hari yang lalu. Dan wanita disampingnya kini mulai bermanja padanya

"Dave..."

Daverick menoleh menatap wanita itu sekilas

"Ada apa Airin?"

"Baby ingin makan ice cream"

Daverick tersenyum. Dia segera berdiri dan mengambil jaketnya

"Kenapa bengong? Ayo! Katanya mau makan ice cream"

Wanita itu - Airin - tersenyum dan segera bergelayut manja di lengan Daverick. Mereka pergi ke toko Ice cream untuk membeli ice cream bagi Airin yang sedang hamil. Sesekali Daverick mengusap perut Airin yang sudah agak membuncit

"Baby, jangan nakal ya di dalam" ujar Daverick

Mereka berjalan kembali menuju ke apartment. Airin menghentikan langkahnya dan mengajak Daverick pergi ke salah satu mall. Dengan senyum manis di wajahnya Daverick menuruti keinginan Airin

"Honey, jangan cepat-cepat jalannya" ujar Daverick

Tangan Daverick kini melingkar manja di pinggang Airin. Sesekali mereka bercanda. Dan disana mereka berpapasan dengan Erika. Erika berjalan seolah dirinya tidak melihat Daverick disana. Daverick pun demikian. Dia berjalan bersama Airin sesekali mencium pelipis Airin. Dia juga membisikan sesuatu pada Airin

"Dave, ayo pulang"

"Hn... Ayo. Kamu pasti lelah kan, ditambah ada baby di dalam sini"

Mereka kembali ke apartemen dan disana sudah ada George Collins, ayah dari Airin

"Daddy" panggil Airin

George menoleh dan tersenyum

"Putriku dan calon menantuku sudah kembali.... Dari mana kalian?"

Daverick tersenyum. Dia merangkul pinggang Airin

"Kami habis beli ice cream dan jalan-jalan di mall. Baby ingin itu tadi"

George tersenyum

"Dad, sudah bilang Airin. Daverick lebih cocok menjadi suamimu dibanding anak berandal itu"

"Sir, maaf. Saya ke dalam dulu" Daverick melangkah meninggalkan Airin dengan Ayahnya di ruang tamu

Daverick masuk ke dalam kamar dan segera mandi. Dia mengguyur badannya dengan air hangat. Daverick mendesah panjang. Merasa lelah dengan kehidupannya dua minggu ini

"I choose this... Yeah... You choose this Dave..." Gumamnya

"You're the one who start this game. So, you have to play this untill the end"

[KAS #1] King And Queen (Of The Underworld)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang