Ardlan and Dimitry

10K 500 12
                                    

Hari mulai beranjak sore saat Ares, Kanaya dan Dario menginjakan kaki di mansion Ardlan. Mereka disambut baik dan langsung diantar menuju ke ruang keluarga. Ya, keluarga Dimitry memang sudah dianggap keluarga oleh Ardlan

Dario duduk di sebelah Daverick setelah dia memeluk adiknya

"Apa kabar lo?"

"Baik"

Dario mengangguk. Dia berkutat pada ponselnya

"Apa kabar lo sama princessa lo itu?"

Seketika itu ponsel di tangan Dario terjatuh ke lantai dan menarik perhatian semua orang di ruangan itu. Daverick sendiri terkekeh jahil sebelum beranjak dan mengambil segelas wine untuk dirinya

"Kenapa kamu Lex?" Tanya Kanaya heran

Dario langsung menggeleng dan mengambil ponselnya sebelum dia mendekati Daverick yang masih terkekeh

"Dari mana lo tahu?" Bisik Dario

Tak menjawab Daverick justru memberikan selembar foto pada Dario

"Cantik juga..." Ujar Daverick sebelum dia melangkah menghampiri Erika yang sedang berdiri di dekat balkon dan memeluk gadis itu dari belakang

Dario menelan ludahnya kasar. Dia tidak menyangka Daverick akan mengetahui tentang dirinya. Rencananya menyembunyikan tentang wanita incarannya, luntur sudah...

"Apa itu?"

Dario langsung memasukan foto itu ke dalam jasnya

"Bukan apa-apa Dad"

Tak lama ponselnya berdering

"Maaf Dad, Alex angkat telepon dulu" ujar Dario sambil menjauh dari sana

"Jangan lama-lama Yo! Takutnya diambil orang!" Goda Daverick sambil terkekeh yang langsung dihadiahi dengan acungan jari tengah Dario

"Ada apa?" Tanya Erika

"Hm?" Daverick menunduk dan menatap wajah gadisnya sebelum menggelengkan kepalanya

"Bukan apa-apa"

"Oh iya, entah hanya perasaanku saja atau memang tadi siang ada bau anyir yang cukup kuat di sekitar rumah mu"

Daverick melebarkan matanya sejenak dan kembali menatap Erika dengan normal

"Tidak ada apa-apa. Mungkin hanya perasaanmu saja. Jangan terlalu sering menonton film horor makanya!"

Erika terkekeh mendengar jawaban Daverick. Daverick melirik jam tangannya sekilas

"Aku ke atas dulu Queen. Ada pekerjaan yang belum selesai. Nanti aku kembali"

Erika mengangguk. Daverick mencium pipi Erika sekilas dan segera pamit untuk ke kamarnya. Di kamar Daverick sendiri sudah ada Jammy yang menunggunya sejak tadi

Daverick membuka kaus turtle neck-nya dan juga menggulung celana panjangnya. Dan seketika itu Jammy menggelengkan kepalanya

"Sungguh, kemarin malam aku hanya melihat tiga luka..."

Daverick terkekeh dan duduk di ranjangnya. Jammy mulai mengobati luka-luka di badannya. Jammy mengatakan hal yang sama seperti yang Daverick jelaskan pada ayahnya, luka di kakinya memang bisa kembali normal. Terlebih ilmu medis sudah berkembang dengan pesat saat ini

Tepat saat Daverick hendak memakai kembali kausnya, Rayzen, Ares dan Dario masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu, membuatnya menghentikan kegiatannya

"Astaga Dad! Aku hampir saja terkena serangan jantung..."

"Berlebihan"

Daverick melanjutkan memakai kausnya. Tanpa menyadari ketiga pasang mata itu menatapnya khawatir. Terlebih saat dia sedikit meringis

"Aku tidak berlebihan Dad. Aku pikir mom yang masuk tadi"

Rayzen mengangguk

"Ini saya tinggalkan disini ya pangeran kecil" Jammy meletakan dua jenis salep di atas nakas

"Thanks om"

Jammy mengangguk

"Oh iya, sepertinya luka yang satu itu akan menghilang dalam tiga minggu ke depan" Jammy menunjuk ke kaki Daverick

"Lama sekali"

"Itu paling cepat pangeran kecil"

Daverick mengangguk saja. Jammy pergi dan tersisa mereka berempat

"Apa?" Tanya Daverick saat melihat ketiga orang di kamar itu masih menatapnya

"Tidak" ujar Rayzen singkat

Daverick mengangguk saja. Dia berjalan ke walk-in closet dan mengambil sebuah amplop cokelat besar. Daverick meletakan amplop itu di atas meja

"Dokumen yang Dad dan uncle cari"

Rayzen membuka amplop itu dan terkejut. Dokumen perjanjian mereka yang sudah hilang sejak sebelum Daverick lahir

"Bagaimana kamu mendapatkan ini?"

Daverick tersenyum "dengan sedikit keberuntungan"

Dario terkekeh mendengar jawaban Daverick

"Keberuntungan?" Tanya Rayzen

"Percayalah Dad, uncle, anak uncle ini orang yang paling beruntung jika menyangkut masalah taruhan. Semua yang memiliki kata taruhan di dalamnya, dia pasti akan memenangkannya kalau dia mau"

Ucapan Dario membuat Rayzen dan Ares semakin mengernyit heran

"Taruhan apa lo kemarin?"

"You know"

"Meja judi?"

"Bukan"

"Lantas?"

Daverick mengangkat tangan kirinya dan membentuk pistol dengan jari telunjuk, jari tengah dan ibu jarinya lalu, mengarahkan ketiga jari itu ke pelipisnya

"Nasib bagus lo gak mati!" Gerutu Dario disambut kekehan geli dari Daverick

"Terus tuh tangan gimana?"

"Tinggal sedikit lagi. Udah mau hilang" Daverick mengulurkan tangan kirinya pada Dario dan anehnya, Dario memegang tangan itu dan memeriksa bekas luka di pergelangan tangan Daverick

Rayzen dan Ares saling menatap dan tertawa geli melihat kedua putra mereka

"Anjing! Gue kayak emak lo aja!!" Dario menyentak tangan Daverick begitu dirinya tersadar dengan perbuatannya

"Lah lo ngapain pake kayak gitu? Serasa pasangan homo gue!"

Dario dan Daverick bergidik geli dan jijik sendiri. Ares dan Rayzen makin niat menertawai anak mereka

"Stop it Dad!!" Pekik Daverick dan Dario berbarengan

[KAS #1] King And Queen (Of The Underworld)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang