Rayzen's Fear

10.2K 548 3
                                    

Pintu utama Mansion Ardlan terbuka dengan cukup keras, disusul dengan langkah dari seorang gadis yang nampak cemas

"Daddy!" Pekik gadis itu, tanpa ragu dia memeluk badan tegap ayahnya, meremat jas yang dipakai sang ayah juga melesakan wajahnya di dada bidang sang ayah

Sebuah isakan kecil keluar dari bibir gadis itu. Sang ayah hanya bisa mengusap punggung putrinya dengan lembut dan pelan. Menunggu sampai putrinya sedikit tenang

"Mana Daverick?" Tanya Rayzen pada salah satu anak buahnya

"Maaf tuan, tuan muda hanya menitipkan nona pada kami dan beliau pergi" ujar Ken

"Tuan muda baru saja menelpon untuk menanyakan keadaan nona, lalu beliau memutus sambungannya tuan" tambah Loui menjelaskan

Rayzen cukup kesal mendengar ucapan anak buahnya. Bagaimana mereka bisa membiarkan putranya pergi sendirian? Baru saja Rayzen hendak memaki anak buahnya, tapi terhenti saat ponsel milik Roan berbunyi

"Ya tuan muda" ujar Roan begitu mengangkat panggilan itu membuat semua mata mengarah padanya

Sedangkan di tempat lain, Daverick menghubungi Roan dengan ponselnya. Tangannya sudah berlumur dengan darah, mobilnya ringsek tak karuan dan menjepit dirinya

"Ya tuan muda" Daverick mendengar suara Roan, dia menarik pelan napasnya

"Rika sudah sampai?" Tanya Daverick

"Sudah tuan muda. Nona sudah samapi dengan selamat"

Daverick menghela napasnya lega. Dia sedikit meringis

"Tuan muda?" Tanya Roan saat mendengar suara ringisan Daverick

"Jemput gue" titah Daverick

"Dimana anda sekarang tuan muda?"

"Jalan menuju Zevall"

"Baiklah tuan muda, saya akan segera menjemput anda"

"Lima belas menit Roan"

"Maaf?"

"Lima belas menit. Waktu lo lima belas menit"

"Tuan muda, bagaimana bisa kami menuju Zevall dalam waktu lima belas menit?"

"Gue gak peduli bagaimana cara lo kesini! Rrrgghh!! Shit!" Bentak Daverick diiringi ringisan dan umpatannya

"Tuan muda, maaf. Apa anda terluka?"

Hening tak ada jawaban. Roan melirik Rayzen yang kini sedang berusaha menahan emosinya. Daverick tak kunjung menjawab

"Tuan muda?" Panggil Roan lagi dan hanya dijawab dengan suara napas Daverick yang cukup terengah

"Cepet kesini" ujar Daverick

Setelahnya Roan mendengar suara ribut

"Tuan muda?" Panggil Roan dan tak ada jawaban

"Tunggulah sebentar tuan muda. Kami dalam perjalan kesana" ujar Roan akhirnya sebelum dia memutus panggilannya

Daverick menyandarkan badannya di kursi. Dia hanya menatap ponselnya yang jatuh ke bawah, tanpa bisa mengambilnya. Daverick menutup matanya dan menengadahkan kepalanya ke atas

"Kak Joshe..." Panggil Daverick pelan

"Sampe kapan kira-kira gue bisa bertahan disini?" Ujarnya

"Sepertinya gue bakal ketemu lagi sama lo"

Daverick menggerakkan tangannya dan mengarahkan tangan itu ke dada kirinya yang kini sudah sangat basah oleh darahnya. Tangan kiri Daverick mencoba menarik pecahan kaca yang tertancap disana

"Kkkhhh..." Ringis Daverick

Kaca itu tidak tercabut, Daverick hanya menambah luka di tangannya. Daverick lagi-lagi menutup matanya

"Damn!" Umpatnya

Rasa sakit di sekujur badannya, membuat dia tidak bisa bergerak terlebih lagi dengan tangan kanan yang ikut terjepit bersama dengan badannya

'Semoga aja tulang gue gak ada yang patah lagi' batin Daverick

Lima menit berlalu. Daverick masih di posisi yang sama, tidak bergerak sama sekali. Dia masih mencoba bernapas, meski sulit dan menyakitkan. Dia mendengar ponselnya berbunyi dan kemudian hening kembali melanda

"Kalo gue ke tempat lo lagi..." Ujar Daverick pelan

"Jangan bilang saat itu bakal hujan badai lagi, ya kak. Jangan bohongin gue demi agar gue masuk ke rumah lo!" ujarnya

Menit berlalu, Daverick mulai merasakan dirinya mengantuk. Tak ada tanda kalau anak buah ayahnya akan datang

"Setengah jam" ujarnya

Daverick sangat lelah dan mengantuk. Dia memaksa matanya tetap terbuka tapi matanya seperti memiliki pemikiran sendiri dan memilih menutup secara perlahan

Disisi lain, Rayzen dan anak buahnya mencari dimana keberadaan Daverick, berkali-kali Rayzen menghubungi putranya dan tidak mendapat jawaban. Sampai tiba-tiba mobil yang dia naiki berhenti. Rayzen melihat ke arah depan

"Maaf Tuan, di depan sepertinya mobil tuan muda" ujar sang supir

Rayzen segera turun dari mobilnya dan menatap Roan dan beberapa anak buahnya sedang berlari ke arah mobil yang sudah hampir tak berbentuk lagi. Dengan napas memburu Rayzen segera lari menuju ke tempat semua anak buahnya berlari

"Tuan muda..." Panggil Roan dan Daverick tidak merespon

"Cepat keluarkan tuan muda" perintah Roan

Semua anak buah Rayzen berusaha mengeluarkan Daverick yang terjepit di dalam mobil. Mereka berusaha secepat mungkin untuk mengeluarkan Daverick. Berbekal Linggis dan tenaga mereka mencoba membuat jarak agar badan Daverick bisa mereka bawa keluar

"Waktu lo lima belas menit" Roan teringat perintah Daverick

Lima belas menit adalah perkiraan waktu Daverick bagi dirinya agar tetap tersadar. Lima belas menit juga tengat waktu yang diperkirakan Daverick sebelum dirinya tewas karena kehabisan darah. Butuh waktu hampir setengah jam sampai Daverick berhasil dikeluarkan dari mobil itu dengan penuh darah di badannya. Rayzen mencabut pecahan kaca di seluruh badan Daverick termasuk pecahan kaca yang cukup panjang dan besar di dada kiri Daverick

"Dave" panggil Rayzen dia menyampirkan jasnya di tubuh penuh luka dan darah

Rayzen memeluk sekilas putranya dan menggendong Daverick menuju ke mobilnya

"You're so late dad" gumam Daverick dalam gendongan ayahnya dan setelahnya dia kembali tak sadarkan diri

Rayzen mengeratkan gendongannya dan menatap putranya yang sudah sangat pucat dengan bibir yang mulai membiru

"I know. I'm sorry... Please hang on... Hang on for me and your mother... Please" bisik Rayzen dengan nada pilu dan suara serak yang cukup untuk menjadi bukti betapa takutnya Rayzen saat ini

[KAS #1] King And Queen (Of The Underworld)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang